Perang Khaibar adalah perang akbar kaum Muslimiin menyarang penduduk Khaibar. Perang ini ditungguh-tunggu oleh kaum Muslimiin, karena dua bulan sebelumnya Allah telah menjelaskan bahwa kaum Muslimiin pasti akan menang dan mendapatkan jarahan yang banyak sekali.
Allah berfirman, “فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.[1]” Artinya: Lalu Dia menurunkan ketenangan atas mereka, dan mengganjar mereka kemenangan yang dekat. Mereka akan mengambil rampasan yang banyak sekali. Sejak dulu Allah Maha Mulia Maha Hakim. Jarak tempuh dari Madinah hingga Khaibar adalah, “Delapan Barid ke arah Syam.” Satu Barid: 12 mil. Khaibar adalah kawasan yang dihuni kaum Yahudi. Kota tersebut terisi beberapa beteng atau kastil dan perkebunan kurma yang sangat luas. Kastil-kastil tersebut tidak berkumpul dalam satu tempat; tetapi pada beberapa tempat terpisah di dalam beberapa dataran, bersebelahan. Di pertengahan perkebunan yang sangat luas itulah mereka mendirikan kastil-kastil. Khaibar merupkan tempat persembunyian umat Yahudi yang mencari kenyamanan hidup. Ada tujuh kastil dari batu yang bertengger di sana:
1. Na’im, 2. Al-Qamus (tempat tinggal tokoh besar mereka yang bernama Abul-Chuqaiq), 3. As-Syaqq, 4. An-Nathah, 5. As-Salalim, 6. Al-Wathich, 7. Al-Katibah.
Menurut Qarwini[2] “Khaibar saat itu kota yang sering dijangkiti penyakit panas, dan penduduknya suka melancarkan makar dan kejahatan. Orang Yahudi yang dikenal masyarakat luas sebagai orang baik hanya Samual bin Adiya.”Pasukan berkuda Muslimiin 300 orang[3], selain mereka yang berjumlah 1.300 orang berjalan atau naik unta. Istri Nabi yang mendampingi beliau dalam peperangan tersebut adalah Ummu Salamah. Ummu Salamah pula yang mendampingi Nabi di waktu Perang Hudaibiyyah beberapa bulan sebelumnya. Yang dipercaya Nabi agar memimpin Jamaah di Madinah selama ditinggalkan adalah Siba’ bin Urfuthah Al-Ghifari (سِبَاعَ بْنَ عُرْفُطَةَ الْغِفَارِيّ). Sebetulnya banyak sekali yang ingin bergabung dalam perang Khaibar ini, tetapi Nabi menolak mereka karena mentaati peritah Allah. Karena mereka tahu bahwa peperangan tersebut pasti akan menang dan akan mendapatkan rampasan perang yang banyak. Allah berfirman, “سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا.[4]” Artinya: Orang-orang yang dikodar ketinggalan (dari Perang Hudaibiyah) akan berkata, “Bebaskanlah kami; kami akan ikut kalian!,” ketika kalian pergi untuk mengambil rampasan (Khaibar). Mereka ingin merubah Kalam Allah. Katakan, “Kalian takkan mengikuti kami!. Demikian itulah Firman Allah sebelumnya!.” Maka mereka akan berkata, “Justru kalian dengki pada kami.” Justru mereka tidak faham kecuali sedikit.
Meskipun orang-orang Yahudi sombong dan congkak, namun begitu Muslimin berangkat dari Madinah; mereka sangat khawatir kota mereka akan rusak dan mereka akan dikalahkan. Karena orang-orang Yahudi Qainuqak, Nadhir, dan Quraidlah juga telah ditaklukkan Muslimiin. Kekhawatiran umat Yahudi tampak sekali dengan adanya semua orang Yahudi yang menghutangi orang Islam segera menagihnya. Abus-Syacm juga termasuk orang Yahudi yang segera menagih hutangnya lima dirham untuk gandum yang dibeli Ibnu Abi Chadrad. Ibnu Abi Chadrad berkata “Besok saja, in sayaa Allah besok saya akan melunasinya jika telah pulang dari Khaibar. Sungguh Allah telah menjanjikan akan memberi kemenangan pada Nabi-Nya atas kota Khaibar secara khusus.” Tentu saja ucapan Ibnu Abi Chadrad tersebut membuat dia bertambah berdebar-debar jantungnya. Abus-Syachm adalah orang Yahudi kaya yang memberi hutang Sya’ir 30 Sha’ pada Nabi dengan tempo setahun, dan menahan baju perang Nabi hingga akhirnya Nabi meninggal dunia[5].
Beberapa orang ingat di saat kaum Yahudi dari keluarga besar Nadhir berbondong-bondong pergi ke Khaibar dengan membawa terbang dan seruling beberapa tahun yang lalu. Sepertinya mereka berbahagia oleh terbang dan seruling yang mereka mainkan; padahal sesungguhnya hati mereka terluka, perih, kecut, pahit, bahkan panas, karena terusir oleh Muslimiin. Dipastikan di pertengahan mereka ada tangisan, jeritan, gertakan, cibiran, pukulan, debaran jantung, sesak nafas, bingung dan lain-lain. Itulah kehidupan; dibolak-balik oleh Tuhan. Sebelum itu kaum Yahudi sangat menguasai Arab, namun dalam waktu yang sangat cepat, tiba-tiba ditaklukkan orang-orang Arab. Dan penaklukan Khaibar adalah yang paling memalukan dan menyakitkan.
Perjalanan jauh yang melelahkan akhirnya hampir sampai tujuan. Di saat Rasulullah SAW menghadap kota Khaibar bersabda “Berhenti!,” lalu berdoa “اللّهُمّ رَبّ السّمَوَاتِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبّ الْأَرَضِينَ وَمَا أَقْلَلْنَ وَرَبّ الشّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبّ الرّيَاحِ وَمَا أَذْرَيْنَ فَإِنّا نَسْأَلُك خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا ، وَنَعُوذُ بِك مِنْ شَرّهَا وَشَرّ أَهْلِهَا وَشَرّ مَا فِيهَا. Artinya:Ya Allah Tuhan beberapa langit dan yang dinaungi (di bawah)nya dan Tuhan bumi-bumi dan yang dimuat dan Tuhan syaitan-syaitan dan yang disesatkan, dan Tuahan angin-angin dan yang ditaburkan. Sunguh kami memohon pada-Mu baiknya ini desa dan baiknya penduduknya, dan baiknya yang di dalamnya; dan kami berlindung pada-Mu dari jeleknya desa ini dan jeleknya penduduknya dan jeleknya yang di dalamnya.” As-Suhaili[6] berkata, “Tiap kali Nabi akan memasuki desa maka berdoa seperti di atas.” Di malam yang menegangkan itu Rasulullah tidak segera melancarkan serangan, tetapi menunggu sampai subuh. Siapa tahu ada suara adzan di pertenghan kota tersebut. Sepertinya orang-orang Yahudi telah tahu bahwa umat Islam akan menyerang mereka. Di pagi yang semakin terang itu para petani Yahudi keluar-rumah membawa bajak-bajak dan wadah-wadah mereka. Di saat mereka menyaksikan Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ dan para pasukan Islam, mereka berkata “Muhammad dan Khamis,” sambil lari terbirit-birit. Khamis adalah formasi pasukan yang disusun menjadi lima titik: depan, kiri, kanan, tengah, belakang. Sontak Nabi bersabda “Khaibar hancur!. Sungguh halaman kaum yang kami drop menjadi sejelek-jelek yang diancam.” Ternyata benar firman Allah: mereka segera kalah sebagian demi sebagaian dan harta mereka dijarah. Kastil yang pertama kali dikuasai adalah Na’im. Sedangkan kastil yang terakhir ditaklukkan Muslimiin adalah yang paling besar bernama Qamus.
Naik ke Atas Dinding-Kastil
Jantung berdebar, susah, sebel, benci, geregetan, adalah keadaan yang selalu membalut perjuangan, apalagi perang. Namun di balik itu juga ada senang puas dan bahagia. Demikianlah yang terjadi pada saat itu. Muslimiin geregetan terhadap penghuni sebuah kastil yang sulit sekali ditaklukkan. Musim panas dan angin-besar menyambar keras menambah sebagian kaum Muslimiin susah. Dalam peperangan yang sengit tersebut, seorang Yahudi bernama Marhab menaiki benteng dan menjatuhkan lesung-batu; di bawahnya ada seorang Muslim bernama Machmud. Macmud terkejut; topi-perangnya hancur tertimpa lesung-batu itu. Selain topi-perang itu hancur; kulit kening Machmud mengelupas darahnya bercucuran. Para sahabat takjub di saat menyaksikan kulit tersebut direkatkan lagi oleh Nabi hingga pulih seperti semula. Selanjutnya Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ membalutnya dengan kain.Sebuah sumber memberitakan, “Yang diserahi memimpin penaklukan kastil An-Nathah adalah Utsman bin Affan. Dia memulai penyerangan pada hari pertama siang-hari dari arah bawah. Jika hari mulai gelap dia menarik pasukannya menuju Rajik. Hari berikutnya dia menyerang lagi dari arah atas hingga akhirnya menang.” Ka’eb bin Malik berkisah: “Di saat kami di Rajik; seorang Yahudi penghuni kastil An-Nathah berteriak keras ‘saya minta kepastian agar saya diamankan karena akan menyampaikan sesuatu yang penting!’. Kami menjawab ‘ya!’. Tak lama kemudian kami bergegas mencari lelaki tersebut, dan sayalah yang pertama kali menangkapnya. ‘Siapa kau?’ tanyaku. Dia menjawab ‘lelaki Yahudi’. Tak lama kemudian kami memasukkan dia keruangan Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ. Tak lama kemudian Yahudi itu berkata ‘ya ayah Qasim, amankan saya dan keluarga saya; kau akan saya beri tahu rahasia kaum Yahudi’. Setelah Nabi bersabda ‘ya’; dia segera menjelaskan rahasia. Malam itu juga Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ memanggil dan menggerakkan para sahabat untuk menyerang mereka. Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ juga memberi tahukan ‘sungguh kaum Yahudi telah ditinggalkan oleh pendukung-pendukung mereka. Bahkan kaum Yahudi telah terusik, berselisih dan berlari meninggalkan kastil tersebut’. Di pagi buta kami segera bergegas menyerbu; ternyata penghuni kastil tersebut telah kosong, hanya anak-anak kecil yang berada di sana. Kami pun segera menyerbu kastil itu lalu menyerbu kastil As-Syaqq; ternyata istri lelaki Yahudi yang menghdap nabi tersebut di situ. Nabi menyerahkan perempuan tersebut padanya; dan dia pun segera menggandeng perempuan cantik-jelita tersebut.”
Rajik di waktu itu adalah posko umat Islam. Selama seminggu Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ mengatur pergantian para sahabat agar berjaga-jaga. Di hari keenam, yang dipilih agar memimpin pasukan Muslimiin adalah Umar. Saat itu Umar menggerakkan sahabat-sahabatnya untuk mencerai-beraikan musuh sehingga kemenangan makin sempurna. Saat itu pula ada tawanan perang yang hampir saja dipenggal lehernya atas perintah Umar. Dia bersilat-lidah, “Serahkan saya pada Nabi kalian agar saya berbicara langsung padanya!.” Umar menangkap dan membawa lelaki itu menuju pintu tenda Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ; saat itu Nabi sedang shalat. Setelah Nabi mendengar ucapan Umar, segera mengucapkan salam dan menyuruh dia membawa masuk. Nabi bertanya, “Apa yang di belakangmu dan siapakah kau?.” Dia menjawab, “Saya seorang Yahudi, amanankan saya. Saya akan mengatakan informasi yang benar padamu.” Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda “Na’am,” maksudnya okay. Dia berkata, “Malam ini saya barusan kelur dari kastil An-Nathah di saat penghuninya sedang bercerai-berai dan meninggalkan kastil tersebut. Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bertanya, “Lalu mereka lari kemana?.” Dia menjawab, “Mereka justru lari menuju kastil yang lebih jelek bernama As-Syaqq. Yang pasti mereka sungguh ketakutan padamu hingga perasaan mereka bergoncang hebat. Sebetulnya yang ini justru kastil Yahudi yang penuh senjata, bahan makan dan lemak, bahkan peralatan-perang-berat yang mereka gunakan berperang antar mereka juga berada di sini. Mereka menyembunyikan semua itu di dalam ruangan-bawah-tanah.” Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bertanya “Terdiri dari apa saja?.” Dia menjawab “Manjaniq[7],” maksudnya pelontar batu. Dia melanjutkan “Di sana juga ada peralatan perang berupa pedang, topi-perang dan dua dababah. Jika kau memasuki benteng tersebut besok pagi pasti akan menemukannya.” Rasul Allah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda “In syaa Allah,” artinya jika Allah menghendaki; namun maksudnya semoga Allah menghendakinya[8].Lelaki Yahudi meneruskan “In syaa Allah saya akan kesana, karena tak seorang-pun Yahudi yang tahu kecuali saya. Ada lagi yang perlu kau ketahui: ambillah itu semua, selanjutnya yang akan memasang Manjaniq untuk menyerbu kastil As-Syaq saya sendiri. Suruhlah sejumlah pria masuk kebawah Dababah, selanjutnya agar membobol kastil tersebut dengan jalan menggali tanah. Hari itu juga kau akan menaklukkan mereka. Selanjutnya kastil Katibah juga serbulah dengan cara yang sama.” Umar berkata “Ya Rasulallah, saya menyangka lelaki ini telah berkata benar.” Yahudi tersebut berkata “Ya Abal-Qasim,” yakni Nabi, Ayah Qasim. “Pastikan darahku aman.” Nabi bersabda “Kau orang yang dijamin aman.” Dia meneruskan permohonan “Saya memiliki istri di kastil An-Nazzar, pastikan dia tetap milikku.” Nabi menjamin “Dia tetap milikmu.” Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya padanya “Kenapa orang-orang Yahudi memindahkan anak-anak kecil mereka dari kastil An-Nathah?.” Dia menjawab “Mereka mengkhususkan kastil itu untuk tentara, dan memindahkan anak-anak ke kastil As-Syaq dan Al-Katibah.” Beberapa orang menjelaskan “Akhirnya Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengajak dia masuk Islam.” Dia menjawab “Berilah saya kesempatan mempertimbangkannya beberapa hari.” Pagi itu Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersama kaum Muslimiin pergi ke kastil An-Nathah. Ternyata tak lama kemudian Allah memberi kemenangan kaum Muslimiin atas kastil tersebut. Semua barang yang dilaporkan lelaki Yahudi tersebut dikeluarkan. Tak lama kemudian Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah agar dua Manjaniq segera dipasang untuk menyerang kastil As-Syaq sekaligus kastil An-Nazar. Ternyata penghuni kastil An-Nazzar takluk sebelum batu-batu-lontar habis dilontarkan dengan Manjaniq menuju mereka. Di saat Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang memasuki kastil tersebut; sebagian penghuninya mati tertimbun batu-batu yang menggunung, hingga mereka bisa diambil setelah batu-batu disingkirkan. Akhirnya Nufailah diserahkan pada suaminya yaitu lelaki Yahudi bernama Simak yang telah laporan pada Nabi tersebut. Setelah Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ menaklukkan penghuni kastil Al-Wathih dan Sulalim; Simak masuk Islam, selanjutnya dia meninggalkan kota Khaibar dan tamatlah riwayatnya.
Panji berkibar; Allahu Akbar
Kastil Na’im berada di wilayah An-Nathah. Saat itu Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ membaris dan melarang sahabat-sahabatnya memulai serangan sebelum beliau memberi idzin; namun seorang lelaki dari Asyjak melancarkan serangan pada seorang Yahudi; ternyata Marhab lelaki Yahudi justru telah mendahului menyerang dan membunuh dia. Orang-orang berkata ”Ya Rasulallah, si fulan mati syahid.” Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya “Apakah menyerangnya setelah saya melarang melakukan serangan: sebelum kuberi idzin?.” Mereka menjawab “Betul.” Tak lama kemudian Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah seorang agar menyerukan “Surga takkan halal untuk orang yang menentang atasan!.” Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memberi idzin agar serangan segera dimulai. Muslimiin menempati posisi mereka masing-masing. Di dalam waktu peperangan yang berkecamuk dengan seru tersebut ada seorang budak-hitam bernama Yasar Al-Chabasyi milik seorang Yahudi bernama Amir. Yasar Al-Chabasyi menggembala sejumlah kambing milik Amir majikannya. Di saat penduduk Khaibar berlarian menuju kastil untuk berlindung; dia bertanya “Ada apa ini?.” Mereka berlari sambil menjawab “Berperang melawan orang yang mengaku-aku seorang Nabi ini.” Benak dia berkata “Mungkin justru dia benar-benar Nabi.” Tak lama kemudian dia segera menggiring kawanan kambingnya menuju Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Dia berkata “Ya Muhammad, apa saja yang kau sampaikan?, dakwahmu kau arahkan ke mana?.” Nabi menjawab “Dakwahku mengajak masuk Islam, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan saya Utusan Allah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.” Dia bertanya “Apa pahalaku jika Islam?.” Nabi menjawab “Surga, jika kau tetap atas Islam.” Akhirnya dia masuk Islam. Dia berkata “Kambing-kambing yang kugembala adalah amanat majikanku.” Nabi bersabda “Bawalah keluar dari laskar, lalu teriaki dan lemparlah dengan beberapa kerikil!. Sungguh Allah akan mendatangkan amanatmu ke alamatnya!.” Setelah budak tersebut melaksanakannya; ternyata kawanan kambing tersebut berjalan pulang menuju pemiliknya. Tuannya Yasar Al-Chabasyi tahu pasti budak bernama Yasar Al-Chabasyi tersebut telah Islam. Rasulullahصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ nasehat pada Muslimiin dan membagi tiga panji, yakni bendera besar, pada mereka. Sebelulm perang Khaibar Nabi belum pernah membawa panji. Sebelum itu jika perang hanya membawa bendera kecil. Panji yang dibawa Nabi dalam Perang Khaibar berwarna hitam, berasal dari selimut ‘A’isyah yang dibordir pinggir, lalu diberi nama Al-Iqab. Bendera kecil yang dibawa Nabi berwarna putih. Tiga panji tersebut diberikan pada Ali, Al-Chubab bin Al-Mundzir, dan Sa’ed bin Ubadah. Di saat Ali keluar menuju barisan musuh; budak hitam tersebut mengikuti di belakang untuk berperang hingga akhirnya gugur. Dia diusung-masuk ke sebauh tenda laskar. Tak lama kemudian Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ menengoknya untuk bersabda “Niscaya Allah telah memuliakan dan menggiring sungguh pada budak-hitam ini menuju Khaibar. Dia menerima Islam benar-benar dari lubuk hatinya. Sungguh saya telah menyaksikan dua-istri-bidadari-bermata-indah berada di sisi kepalanya.”
[1] Qs Al-Fath 18-19.
[2] Sejarawan Islam.
[3] Menurut sebagian riwayat.
[4] Qs Al-Fath 15.
[5] Di dalam Lisanul-Arab dijelaskan: في الحديث أَن النبي صلى الله عليه وسلم لما تُوُفِّيَ وغُسِّلَ صَلَّى عليه الناسُ أَفناداً أَفناداً قال أَبو العباس ثعلب أَي فِرْقاً بعد فِرْق فُرادى بلا إِمام قال وحُزِرَ المصلون فكانوا ثلاثين أَلفاً ومن الملائكة ستين أَلفاً لأَن مع كل مؤْمن ملكين. Artinya: Di dalam Hadits dijelaskan “Sungguh di saat Nabi SAW telah wafat dan telah dimandikan; orang-orang menshalatinya sekelompok demi sekelompok.” Abul-Abbas Tsa’lab menjelaskan “Yakni sekumpulan demi sekumpulan, sendiri-sendiri tanpa Imam.” Dia juga berkata “Diperkirakan jumlah yang menshalati 30.000 orang dan 60.000 malaikat, karena tiap orang iman disertai dua malaikat.”
[6] Sejarawan Islam yang menulis Araudhul-Unuf.
[7] Seperti tiang yang diberi tali-tali untuk melontarkan batu.
[8] Ada dua dalil yang menunjukkan bahwa in syaa Allah maksudnya semoga Allah menghendakinya:1. عَنْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ – عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ – لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ – أَوْ تِسْعٍ وَتِسْعِينَ – كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَ
(Ditulis oleh KH. Shobirun Ahkam (merupakan salah satu ulama LDII dan Penulis Misteri Bilangan 7))