Kediri (26/7). Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kota Kediri bekerja sama dengan Dit Binmas Polda Jatim menyelenggarakan penyuluhan mengenai antiradikalisme, intoleransi dan terorisme. Acara yang dihadiri 500 santri tersebut dilaksanakan pada Selasa (23/7) di Gedung Wali Barokah, Ponpes Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur.
Dit Binmas Polda Jatim yang diwakili Kasubditbintibsos Dit Binmas Polda Jatim AKBP Bahrun Nasikin mengatakan, Binmas Polda Jawa Timur memiliki program prioritas Kapolri dalam rangka menangkal radikalisme dan terorisme menyambut Indonesia Emas 2045.
“Menurut Menko Polhukam, ada empat hambatan yang harus kita antisipasi, yaitu maraknya narkoba, maraknya korupsi, maraknya radikalisme dan terorisme, serta adanya gerakan separatisme,” ungkap AKBP Bahrun Nasikin.
Oleh karenanya, kepolisian memperkuat tugasnya yaitu preemtiv, preventif dan penegakan hukum. Preemtif itu adalah mengubah pola pikir dan cara pandang, itulah tugas dari Binmas. Preventif adalah meniadakan kesempatan, “Itulah yang dilakukan oleh Satlantas atau Sabhara. Ketika sudah terjadi yang namanya kejahatan, dilakukan penegakan hukum oleh Reskrim,” tutur AKBP Bahrun Nasikin.
“Kehadiran saya disini sebagai fungsi preemtif, untuk memberikan pengetahuan informasi kepada para mubalighin dan mubalighot ini untuk menyebarkan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, mencegah maraknya intoleransi, radikalisme dan teroris. Agar tahun 2045 yang akan datang, Indonesia genap 100 tahun merdeka dan bisa menjadi negara empat besar di dunia,” ujarnya.
Melalui pembekalan ini, ia berharap para santri Ponpes Wali Barokah yang nantinya menjadi ustadz dan ustadzah jadi kepanjangtanganan Polda Jatim, dapat menyebarkan moderasi beragama kepada masyarakat. Sebab, Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dan beragam, sehingga sangat berpotensi untuk diadu domba.
Santri sebagai penerus bangsa yang akan menjadi stakeholder generasi emas, Polri berkepentingan memberikan pembekalan mengenai wawasan kebangsaan kepada para santri. Santri juga diberikan pengenalan Indonesia secara menyeluruh, supaya mereka paham tentang Pancasila, bentuk NKRI dan semboyannya Bhineka Tunggal Ika serta Konstitusi UUD 1945.
Ia juga mengungkapkan penyebab seseorang menjadi radikal. Di antaranya, pemahaman agama yang parsial, tidak tahu sejarah dan terpengaruh oleh budaya luar yang tidak pas diterapkan di Indonesia, “Seperti, paham ingin mendirikan negara Islam,” tegasnya.
“Sudah menjadi konsensus para pendiri bangsa, yang lebih pas untuk NKRI berdasar Pancasila. Dan ini juga tidak bertentangan dengan agama. Bahkan, kita yang beragama Islam, Pancasila selaras dengan ajaran agama. Ini yang perlu kita bumikan kepada masyarakat,” jelasnya.
AKBP Bahrun Nasikin juga menyinggung judi online yang marak akhir-akhir ini. Dampak kerugian yang ditimbulkan sangat besar, bukan hanya pelaku judi itu sendiri, tetapi orang-orang sekitar juga ikut merasakan. “Jadi judi online ini adalah bentuk perjudian modern sehingga harus dikikis habis supaya tidak merebak. Ini menjadi perhatian dan renungan bagi kita semua,” ujarnya.
Pada kesempatan itu AKBP Bahrun Nasikin membagikan bola basket, bola volley, dan bola sepak kepada santri sebagai wujud kolaborasi Polda Jatim dan Ponpes Wali Barokah yang terjalin baik selama ini.
Hadir dalam kegiatan ini, Ketua DPD LDII Kota Kediri H. Agung Riyanto beserta jajaran pengurus DPD-PC-PAC se Kota Kediri, para pengurus Pemuda dan Wanita LDII, Senkom Mitra Polri, dan para pengurus Persinas ASAD Kota Kediri, dan hadirin lainnya. (Mzdha)
Barokaloh..aamiin yra