Kediri (5/3). Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kota Kediri mengikuti sosialisasi program “One Pesantren One Product (OPOP)”, pada Minggu (23/2) di Gedung DPD LDII Kab. Gresik. Kegiatan yang digelar Biro Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPW LDII Jawa Timur tersebut bertujuan memperkuat pemberdayaan dan kemandirian ekonomi pesantren melalui pengembangan produk unggulan.
Utusan dari Ponpes Wali Barokah, Daud Soleh mengatakan, pondoknya memiliki bisnis roti bakery yang diproduksi langsung oleh santri-santrinya sejak tahun 2019. Bisnis roti bakery ini dirintis berawal dari banyaknya acara yang digelar Ponpes Wali Barokah, seperti musyawarah atau rapat, pertemuan wali santri, maupun pengajian yang semuanya membutuhkan konsumsi.
“Nah, awalnya pondok kami mendapatkan hibah sarana prasarana pembuatan roti bakery sekaligus pelatihannya dari Kementerian Perindustrian melalui Ditjen IKMA. Kemudian, kita selalu dibina dan dievaluasi melalui pelatihan-pelatihan lanjutan,” jelasnya.
Daud menambahkan, bisnis roti dari Ponpes Wali Barokah ini bermerek ‘Al Qomar Bakery’. “Nama itu diambil dari koperasi yang ada di pesantren kami yang sudah berbadan hukum yaitu Koperasi Konsumen Pesantren Al Qomar, dan masuk jadi produk andalan Ponpes Wali Barokah,” terangnya.
Produksi roti di Al Qomar Bakery cukup besar. Dalam satu bulan dapat menghasilkan lebih dari 30.000 pcs roti dalam 40 varian dengan berbagai macam isian maupun topping. Juga ada bolu dan berbagai macam jenis kue. Selain di koperasi dan UB yang ada di pondok, pemasarannya juga sudah menjangkau di sekitar pondok.
“Produk kami ada di 30 outlet minimarket dan koperasi di Kediri, Nganjuk, dan Jombang, seperti di Tsamaniya, Ponpes Budi Utomo, Ponpes Al Ubaidah Kertosono, serta UB Mart Pare,” ungkap Daud.
Lanjut Daud, motivasi bisnis produksi Al Qomar Bakery agar terus berjalan adalah kembali ke tujuannya yakni meningkatkan keilmuan dan menularkan ilmu bakery untuk santri-santri pondok, sebagai pembekalan kemandirian mereka supaya dimanfaatkan di daerahnya masing-masing.
Alhamdulillah karena bisnis ini, pembiayaan acara-acara di intern pondok dapat ditekan. “Selain itu santri-santri kami mendapatkan banyak ilmu bisnis. Semoga usaha ini tidak berhenti dan bisa berkembang luas nantinya,” tutur Daud.
Terkait bergabungnya Ponpes Wali Barokah ini pada program OPOP, Daud menjelaskan, alasannya ialah supaya bisnisnya ini mendapat dukungan dari OPOP, “Karena bergabung dengan OPOP kami jadi tergugah agar berani untuk memasarkan produk ini dan memiliki target pasar yang lebih luas,” bebernya.
Untuk program OPOP, Daud berharap mendapatkan lebih banyak dukungan dengan selalu dibimbing. “Semoga ke depan ada integrasi yang lebih antara OPOP dengan kami,” harapnya.
Sementara itu, Sekjen OPOP Jatim Mohammad Ghofirin mengatakan, kehadirian OPOP bertujuan menaikkan kelas kesejahteraan dan kemandirian ekonomi pesantren melalui peningkatan kualitas produk, pemasaran dan juga permodalan. OPOP merupakan salah satu program prioritas Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubenur Emil Elestianto Dardak periode 2019-2024.
Gus Ghofirin menceritakan, sejak OPOP didirikan hingga 2024 pesantren yang tergabung dengan OPOP tercatat 1.210 anggota. Dengan demikian, pada 2025, pihaknya akan menyediakan 250 kuota bagi pesantren yang ingin bergabung dengan OPOP.
Dalam pengembangan OPOP, Gus Ghofirin berhasil membangun ekosistem tiga pilar, yakni pesantrenpreneur, santripreneur maupun sosiopreneur. Melalui program tersebut juga dapat membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dan menaikkan pendapatan daerah.
“Dengan adanya pemberdayaan ekonomi pesantren maka otomatis akan terjadi proses pemberdayaan masyarakat di sekitar pesantren. Dan di situlah kemudian persoalan pengangguran akan teratasi dan kesejahteraan bisa dimaksimalkan, Jika OPOP dijalankan dengan baik, kemudian pesantren betul-betul berdaya ekonominya, maka otomatis akan menaikkan pendapatan daerah,” katanya. (Mzda)
Alhamdulilllah…
Pembekalan santri dengan keterampilan untuk berusaha setelah lulus dari pesantren..
Semoga barokah