Yogyakarta (11/12). Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Ar Royyaan Baitul Hamdi di bawah naungan DPD LDII Yogyakarta menggelar kompetisi memasak bertajuk Clash of Cook: International Dishes. Acara yang berlangsung di lapangan RRI ini menghadirkan tema kuliner internasional dengan melibatkan 250 santri yang terbagi dalam beberapa tim.
Ketua panitia, Dava, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memberikan pengalaman interaktif bagi santri sekaligus mempererat kebersamaan. “Melalui kompetisi ini, kami ingin para santri mengeksplorasi budaya kuliner internasional, melatih kreativitas, dan kerja sama tim,” ujar Dava.
Salah satu peserta, Ihsan, yang juga ketua tim 8, memilih masakan India sebagai hidangan utama mereka. “Kami menyajikan beef steak masala sebagai main course, samosa untuk appetizer, dan mango lychee sebagai minuman. Kami menyesuaikan rasa agar cocok di lidah para juri yang berasal dari Indonesia,” jelas Ihsan.
Ihsan mengatakan, pendekatan adaptif ini dinilai dapat mempermudah penilaian dan meningkatkan peluang tim untuk menang. Konsep acara yang unik ini juga menjadi pengalaman menarik bagi peserta laki-laki yang jarang memasak.
“Kami dipaksa untuk belajar masak, sesuatu yang jarang kami lakukan. Selain itu, jadwal memasak dibagi antara peserta laki-laki dan perempuan, agar laki-laki dan perempuan tidak bercampur,” ungkap Ihsan.
Panitia mempersiapkan acara ini selama tiga minggu, memastikan bahan makanan tersedia dan logistik terpenuhi, seperti penyewaan tenda untuk mengantisipasi cuaca. “Tantangan terbesar adalah koordinasi peserta dan perubahan cuaca yang sering terjadi. Namun, kami berusaha memastikan semua berjalan lancar,” tambah Dava.
Penilaian kompetisi dilakukan secara ketat dengan memperhatikan rasa, presentasi, keselarasan tema, teknik memasak, dan kerja sama tim. “Kami ingin setiap tim tidak hanya fokus pada rasa, tetapi juga penyajian yang indah sesuai tema internasional,” kata Dava.
Selain memacu kreativitas, acara ini juga memberikan nilai tambah bagi para santri. Ihsan mengungkapkan pengalamannya, “Kami belajar banyak tentang masakan internasional, teknik memasak baru, dan bagaimana bekerja sama dalam tim,” tutupnya.