Rabid Yahya Putradasa, mahasiswa Fakultas Kedokteran terpilih menjadi Mahasiswa Terbaik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) 2017 dalam acara Wisuda Mahasiswa UI 2017 di Gedung Balairung UI, Depok, pada Sabtu (14/02).
Putra dari pasangan Dandung Sudjatmiko dan Chomsatun ini menjadi mahasiswa terbaik dengan nilai IPK 3,72. Ini adalah nilai yang tidak mudah didapatkan di Fakultas Kedokteran bila tidak belajar dengan giat dan berdoa. Namun, disamping giat belajar, Rabid juga sering mengikuti pengajian di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Faqih Mandiri 354 (PPM AFM) Depok, Jawa Barat.
Untuk membagi waktu antara mengaji dengan kuliah di Universitas Indonesia membutuhkan seni dan pola pikir yang proporsional. Prinsip Rabid adalah mendahulukan mengaji daripada urusan dunia. “Membagi antara mengaji dengan kuliah ini butuh seni dan proporsional, prinsip saya adalah mendahulukan mengaji dan saya usahakan tidak izin. Karena ilmu akhirot dengan ilmu dunia masih jauh lebih baik ilmu akhirot” tutur Mahasiswa Terbaik FK UI itu.
Ketika kebanyakan dari orang-orang biasanya memilih untuk tinggal lebih leluasa dan tidak ada banyak aturan, berbeda dengan mahasiswa kelahiran Surabaya ini, Rabid lebih memilih tinggal di PPM Al-Faqih Mandiri daripada tinggal di kost sekitar Universitas Indonesia dan Rabid menyarankan untuk tinggal di PPM.
“Saya lebih memilih tinggal di PPM daripada tinggal di kost karena di Pondok Pesantren Mahasiswa sholat 5 waktu bisa tertib, saling nasehat dan menasehati, bertemu dengan orang-orang shalih dan biaya akomodasinya pun juga realtif murah, dan saya menyarankan untuk mahasiswa untuk tinggal di PPM karena lebih banyak manfaatnya daripada mudhorotnya”ujar santri PPM AFM tersebut.
Rabid juga menambahkan waktu sisa antara mengaji dengan kuliah itu dapat diisi dengan belajar. Karena jika kita mendahulukan kepentingan Allah SWT, insya Allah dengan waktu yang sedikit itu dapat dibuat efektif dan efisien oleh Allah. Rencana jangka pendek Rabid adalah setelah menjadi dokter, tujuan Rabid tetap sama yaitu ingin menjadi seorang yang memiliki jiwa profesional dan religius agar dapat bermanfaat bagi semua orang.
Mendapatkan nilai cumlaude, tidak membuat Rabid merasa tinggi hati. Bahkan Rabid tidak menyangka mendapatkan nilai IPK tertinggi karena ini adalah pertolongan dari Allah. “Saya mendapatkan nilai cumlaud ini berkat pertolongan dari Allah, saya merasa sebenarnya biasa-biasa saja namun banyak orang yang mendoakan baik orang tua maupun orang-orang sekitar.
Tujuan utama Rabid itu bukan untuk mendapatkan nilai cumlaud namun untuk mencari ilmu agar bermanfaat bagi semua orang. “Motivasi saya itu bukan untuk mencari nilai cumlaud namun orientasi saya hanya untuk mencari ilmu dan ilmu nanti dapat berguna untuk pasien saya, belajar dengan setulus hati dan tidak pamrih, diniati ilmunya bisa barokah untuk semua” tutup Rabid.