Seorang lelaki berkuda datang ke istana Anthokiyyah (Antioch) yang megah, untuk mengantarkan surat penting pada Raja Hiraqla. Al-Waqidi (sejarawan Islam terkenal) melaporkan: “Ketika lelaki itu telah sampai Anthokiyyah, memohon izin menemui Raja Hiraqla. Dia dipersilahkan masuk.”
Setelah membaca surat tersebut, raja membuangnya sambil menangis. Suasana istana menjadi tegang. Tak lama kemudian, raja mengumpulkan sejumlah bathriq (petinggi militer yang sangat pandai berperang) lalu menuturkan, “”Hai keturunan Ashfar (maksudnya kaum Romawi)! Sejak dulu saya sudah mengingatkan kalian agar waspada pada orang-orang Arab itu! Bahkan pernah saya katakan ‘mereka nanti akan menguasai negri yang singgasananya saya duduki ini!’ Namun saat itu, kalian malah menertawakan, bahkan mau membunuh saya! Kini mereka telah keluar dari kota tandus (tanah Arab) yang hanya menghasilkan gandum kualitas rendah! Lalu masuk ke kota subur yang pohon dan buah-buahannya bervariasi (Damaskus)! Tentu saja mereka tidak mau pergi karena senang dengan keindahan dan kesuburan kota kita! Kalau tidak malu nama saya tercoreng, kota Syam ini pasti telah saya tinggalkan! Lalu menuju kota Qusthanthiniyyah (Konstantinopel) yang lebih megah! Tapi saya bertekad memerangi mereka demi agama dan keluarga saya!.”
Mendengar perkataan raja yang mencengangkan, mereka berkata, “Wahai baginda yang mulia! Kalau tuan menyerang mereka atau pun hanya duduk-duduk di dalam istana! Itu tetap membuat bangsa Arab ketakutan, karena kewibawaan tuan yang besar.”
Raja Hiraqla memutuskan, “Saya akan menyuruh seorang agar memimpin pasukan untuk menyerang bangsa Arab.”
Mereka mengusulkan, “Sebaiknya tuan menyuruh Wardan (وردان), gubernur Himsh (حمص/Homs) saja. Di antara kami, dia lah yang paling pandai menghadapi musuh. Dia pernah bercerita pada kami mengenai pengalamannya berperang di waktu pasukan Persia menyerang kita dulu.”
Raja meminta Wardan datang menghadap. Setelah hadir, Wardan diperintah, “Saya memanggilmu kemari karena kamu lah pedangku yang tajam dan perisaiku yang kokoh! Sekarang juga kamu saya tugaskan memimpin 12.000 pasukan. Jika kamu telah sampai ke Balabak (بعلبك/Balbek)! Perintahlah pasukan yang berada di Ajnadin (أجنادين) agar segera bergerak berpencar menuju kota Balqa (البلقاء) dan gunung-gunung Sawad! Untuk berjaga-jaga, jangan sampai seorangpun dari kaum Arab itu bisa berhubungan atau bergabung dengan bala bantuan mereka yang dipimpin Amr bin Al-Ash!”
Wardan mendengarkan dengan penuh hormat, lalu menjawab, “Hamba telah mendengar dan akan melaksanakan perintah tuan yang mulia. Hamba tak akan kembali sebelum berhasil membawa kepala Khalid bin Al-Walid dan rekan-rekannya. Mereka semua akan hamba porak-porandakan. Selanjutnya hamba berencana akan masuk dan menghancurkan kota Hijaz bahkan Ka’bah, Makah, dan Madinah, juga akan hamba hancurkan.”
Raja Hiraqla mendengarkan dengan serius hingga selesai lalu bertitah, “Demi kebenaran Injil! Jika kamu berhasil mewujudkan perkataanmu! Saya akan memberimu semua sawah dan pajak wilayah yang telah direnggut kaum Arab! Bahkan saya akan membuat surat pernyataan bahwa kamu akan menjadi raja setelah saya.”
Raja bergerak untuk memberikan mahkota dan Salib emas pada Wardan. Upacara teragung itu sangat berkesan di hati Wardan dan rakyat Hiraqla. Selanjutnya>>
Sumber: mulungan.org