Oleh Fathul Djannah*
Diciptakan Tuhan sebagai perempuan bukanlah sebuah kebetulan. Bukan karena sperma X yang lebih kencang larinya dan berhasil mengalahkan sperma Y dalam menembus ovum. Bukan karena sang Ibu yang banyak makan sayur dan buah. Tapi karena perempuan diciptakan dengan rahim sebagai tempat pembuahan dan berkembangnya manusia baru. Perempuan diciptakan untuk melanjutkan generasi dalam kehidupan di dunia ini.
Kehidupan dengan tujuan dan makna hidup yang hakikatnya sama, yaitu berbuat baik kepada sesama dan mencari ridho Tuhan sebagai bekal di kehidupan selanjutnya.
Kartini di “era habislah gelap terbitlah terang” (door duisternis tot Licht) berjuang untuk kesamaan hak perempuan sehingga perempuan bisa sekolah setara dengan laki laki.
Pada era tahun 50-an pun baru sedikit yang bisa sekolah termasuk Mamak (Ibu) yang kucinta, yang hanya bisa menamatkan sekolahnya sampai SMP. Sehingga bertekad anaknya harus sarjana agar punya kehidupan yang lebih baik dari dirinya.
Saya adalah Kartini yang lahir di abad 20. Dengan segala kesempatan yang terbuka lebar untuk menggenggam dunia.
Bebas melangkah ke mana saja.
Bebas menjadi apa saja.
Bebas bekerja di mana saja.
Namun kembali terikat setelah dipinang dan berubah status menjadi seorang istri dan ibu. Tujuan dan makna kehidupan seorang Kartini, seorang perempuan kembali kepada fitrahnya dilahirkan di dunia ini, melahirkan generasi penerus kehidupan.
Bukan sebuah pekerjaan gampang ketika cita-cita, mimpi, kewajiban dan fitrah dari Sang Maha Pencipta bercampur menjadi satu. Melupakan dirinya. Menghadapi tantangan waktu demi waktu untuk kebahagiaan terbesar, yaitu melihat generasi penerusnya tumbuh berkembang menjadi generasi yang siap menerima tongkat estafet kehidupan.
Bukan pekerjaan gampang menjadi seorang Kartini milenial.
Tetapi janji dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa pun sangat indah buat perempuan. Janji Surga Firdaus bagi perempuan yang membawa anaknya sembilan bulan di perutnya, menyusui anak selama dua tahun, mendidik anak menjadi hamba Tuhan yang bertakwa, anak yang berbakti dan warga masyarakat dan bangsa, yang bisa hidup menjadi yang terbaik di manapun dia berada.
Banggalah menjadi Kartini millenial.
Menjadi sahabat buat anak-anak
Menjadi bidadari buat suami
Menjadi yang terbaik di bidang yang ditekuni
Apapun status dan identitas sosial ada janji indah dari Sang Pemilik Kehidupan, bagi kita perempuan yang berjuang pada posisi masing-masing dengan kewajiban utama menjadikan generasi yang lebih berilmu, berakhlak dan menjadi hamba yang selalu ingat dan menyembah kepada Tuhannya manusia.
Selamat Hari Kartini, cintai diri kita sendiri agar bisa membagi cinta itu kepada dunia.
Mataram NTB, 21 April 2024
Dr. dr. Fathul Djannah, Sp.PA., penulis adalah warga LDII Mataram, Nusa Tenggara Barat.
mantaapp lanjuttken lncr barokah
Masyaallah tulisan yang luar biasa.. Alhamdulillah jaza killah khoiro sdh menginspirasi kami. Selamat Hari Kartini 🥰🙏
Salah satu bahan bacaan yg hadir dengan tanpa mendiskreditkan status dan identitas sosial.. AJKH
Selamat hari kartini.
Alhamdulillah menjadi salah satu bahan bacaan yg hadir dengan tanpa mendiskreditkan status dan identitas sosial perempuan.. Ajkh
Selamat hari Kartini!
Alkhamdulillah… memang sangat diperlukan penyemangat kaum hawa yang semakin banyak, untuk mendapat pertolongan dimasa persiapan keberhasilannya tetap dalam petunjuk Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang didunia dan di akhirot.. alkhamdulillahi jazaakumullohu khoiron
Banggalah menjadi Kartini millenial.
Menjadi sahabat buat anak-anak
Menjadi bidadari buat suami
Menjadi yang terbaik di bidang yang ditekuni
Menjadi madrasah terbaik bagi anak
Menjadi penenang bagi anak dan suami
Penjaga kesehatan keluarga
Do’anya diharapkan oleh anak