MADINAH- Petugas Misi Haji Indonesia yang bertugas di sektor Bandara Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz Madinah mengeluhkan ketiadaan tenaga medis dan ambulans yang stand by di lokasi tersebut. Padahal, banyak kejadian jamaah sakit dan membutuhkan pertolongan segera begitu turun dari pesawat.
Sejumlah petugas sektor menuturkan, permohonan agar tenaga medis dan ambulans ada yang standby di bandara telah disampaikan sejak kloter pertama mendarat. Namun hingga kemarin permintaan itu belum dipenuhi. “Kami sudah minta ke daker (daerah kerja-red) agar ada tenaga medis dan ambulans yang standby di sini. Tapi sampai sekarang belum ada,” kata Wakasektor Bandara, Karta, didampingi dua petugas posko M Yamin dan Sardi di Bandara Madinah, kemarin.
Calon jamaah haji yang mendarat di Bandara Madinah ada 150 kloter terdiri atas 65.316 orang, sementara yang mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jedah 332 kloter atau 128.684 orang. Dari jumlah tersebut, 18% berusia di atas 60 tahun. Perjalanan normal Jakarta-Jedah atau Madinah ditempuh selama sembilan jam 40 menit. Bagi kebanyakan jamaah yang hampir tidak pernah naik pesawat, perjalanan tersebut tentu sangat melelahkan dan menjemukan. Dalam kondisi itu, seringkali ada jamaah yang stres sehingga sakit atau memang sudah sakit sejak dari berangkat.
“Tiap kali pesawat mendarat, selalu ada jamaah yang sakit. Kami tidak bisa memberikan pertolongan pertama karena sama sekali tak tahu medis,” kata Yamin. Pihak bandara sebenarnya sudah menyediakan ambulans dan tenaga medis. Namun jumlah mereka tidak memadai karena tidak hanya jamaah asal Indonesia yang dilayani. Tenaga medis bandara mengutamakan jamaah yang sakit parah.
“Padahal banyak yang butuh pertolongan. Bagaimana kalau misalnya dalam satu pesawat ada lima jamaah yang sakit dan benar-benar butuh bantuan?” tambah Karta. Selama ini, di semua sektor –Madinah terbagi menjadi delapan sektor– selalu ada tenaga medis dan ambulans yang stand by kecuali sektor bandara dan sektor khusus. Sektor khusus bertugas memantau jamaah Indonesia di sekitar Masjid Nabawi. Sektor ini terdiri atas polisi dan TNI sehingga memang tidak membutuhkan tenaga medis dan ambulans.
Kepala Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Ahmad Jauhari Chariri, mengatakan, tenaga medis dan ambulans untuk sektor bandara sebenarnya ada. Namun, mereka tidak bisa terus-menerus stand by di areal bandara.
“Tenaga medis dan ambulans kan mobile, jadi bergerak terus, tidak bisa berhenti di satu tempat,” ujar Jauhari. Dokter Septa Ekanita dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah menjelaskan, ambulans dan tenaga medis siap meluncur ke bandara sewaktu-waktu jika memang dibutuhkan. “Memang tidak ada yang stand by di sana. Tapi kami swaktu-waktu siap. Yang penting, petugas sektor bandara selalu memberitahu kami saja kalau pas ada pesawat yang akan mendarat, ujar Septa. (Dep. KIM DPP LDII)