<<< Sebelumnya
Khalid memanggil lalu berkata pada Rafi’, “Rafi’! Setahu saya orang yang paling tahu beberapa daerah dan jalan-jalannya adalah kau! Kaulah yang telah berjasa menunjukkan jalan hingga akhirnya kami bisa datang kekota Arakah (أركة) melewati jalan yang sulit! Belum pernah ada pasukan yang mampu melewati jalan sejauh dan sesulit itu sebelumnya. Menurutku kau orang yang sangat cerdas. Ambillah pasukan seberapa jumlah yang kau sukai! Ajaklah mereka mencari di mana Dhirar sekarang! Semoga kau bisa menyusul mereka untuk melepaskan Dhirar! Jika kau berhasil melepaskan Dhirar! Kau dan kawan-kawanmu in syaa Allah pasti akan sangat gembira!.”
“Dengan senang hati tugas yang merupakan kehormatan ini akan saya laksanakan,” jawab Rafi’ bin Umairah (رافع بن عميرة).
Rafi’ memilih 100 prajurit Muslimiin yang kuat, untuk diajak mengejar rombongan pasukan Romawi yang membawa Dhirar menuju Homs (Himsh). Begitu rombongan Rafi’ hampir berangkat; Khaulah berbahagia. Di balik burkah, wajah Khaulah tersenyum berseri-seri, dan mengirup nafas panjang. Dia mengenakan pakaian perang dan mengambil pedang, lalu naik kuda untuk menghadap Khalid.
“Wahai Pemimpin! Agar saya dapat menjadi pengikut Thohir Muthohhar yakni Muhammad SAW tuan besar manusia! Berilah saya idzin untuk mengikuti keberangkatan mereka. Agar saya dapat menyaksikan perjuangan kaum itu,” kata Khaulah.
Khalid berkata pada Rafi’, “Kau sendiri telah tahu keberanian dan ketangkasan dia dalam berperang! Biarlah dia bergabung dengan pasukanmu!.”
Setelah Rafi’ menjawab, “Saya mendengar dan taat,” segera memberangkatkan pasukannya.
Dalam perjalanan yang lumayan jauh itu, Khaulah mengikuti di belakang dengan kudanya. Perjalanan berhenti di dekat daerah Salimah. Rafi’ mengecek keadaan lokasi dan sekitarnya untuk mencari kepastian pasukan yang membawa Dhirar telah melewati daerah itu atau belum.
“Berbahagialah! Mereka belum sampai sini,” kata Rafi’ pada kaumnya.
Rafi’ mengajak pasukannya bersembunyi di Wadil Hayah (artinya Jurang Kehidupan).
Di saat mereka bersembunyi dalam waktu lumayan lama, tiba-tiba ada debu beterbangan yang tampak dari jarak jauh, dan terdengar suara derap kaki kawanan kuda.
Rafi’ perintah, “Siapkan senjata dan amatilah pasukan berkuda yang akan segera lewat kemari!.”
Semua pasukan segera bersiap-siap untuk mengamati rombongan pasukan berkuda yang akan segera melewati jalan di atas jurang itu. Semua telah siaga menunggu rombongan yang diperkirakan pasukan yang membawa Dhirar yang mereka tunggu-tunggu. Ternyata benar yang mereka duga: sekelompok pasukan berkuda lewat membawa Dhirar. Dhirar berada di tengah-tengah barisan.
Rafi’ bertakbir keras setelah yakin bahwa lelaki yang dibawa pasukan berkuda itu Dhirar. Takbir Rafi’ dan pasukannya mengejutkan mereka. Apa lagi setelah Rafi’ dan pasukannya melancarkan serangan. Serangan Muslimiin yang ganas itu membuat mereka berhamburan lari kecuali mereka yang tertebas pedang atau tertembus tombak. Dalam waktu sekitar satu jam; serangan yang membabi-buta itu mengakhiri hidup seratus pasukan berkuda pembawa Dhirar. Dhirar selamat dan barang-barang milik 100 mayat dirampas.
Ada yang mengejutkan pasukan Muslimiin: sekelompok pasukan berkuda muncul dari jauh berjumlah banyak sekali. Tapi lalu mereka berlarian kabur semakin-lama semakin jauh. Pasukan itu ternyata benar-benar tidak muncul lagi. Rafi’ perintah, “Ayo kita kejar!.”
Rafi’ dan pasukannya memacu kuda untuk mengejar pasukan yang telah berlari menjauh. Namun akhirnya Rafi’ menarik lagi pada pasukannya menuju Wadil Hayah.
Entah siapa yang membocorkan berita pada Wardan bahwa Khalid telah mengutus Rafi’ memimpin 100 pasukan berkuda agar menyelamatkan Dhirar.
Wardan mengkhutbahi pasukannya agar bersiap lagi, berperang melawan Muslimiin, dengan harapan agar mendapat pahala mati syahid dan mendapat surga yang tinggi. Sebetulnya Wardan dan pasukannya lah yang bergerak cepat untuk membantu 100 pasukan yang membawa Dhirar yang akan dihalang-halangi oleh Rafi’ dan pasukannya itu. Tetapi lalu lari ketakutan setelah tahu 100 teman-temannya yang membawa Dhirar berguguran mati di Wadil Hayah. Selanjutnya >>>