Jakarta (19/6). Ketua DPP LDII bidang Pemuda, Kepanduan, Olahraga, Seni dan Budaya (PKOSB) Edwin Sumiroza mengaku bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang bertanding melawan Argentina. Ia mengatakan pertandingan persahabatan itu, bisa memotivasi generasi muda yang ingin menjadi pemain profesional berkarakter.
“Kalau sudah antar negara, ini sudah kebanggaan, kebangsaan kita akan berkibar di sana, nasionalisme itu juga akan menggelora. Jadi sama-sama didoakan bahwa timnas bisa memuaskan kita semua. Ini juga bisa memotivasi generasi muda yang punya kesempatan ingin menjadi pemain profesional,” ujar Edwin.
Pertandingan tersebut merupakan rangkaian FIFA Matchday yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada Senin (19/6). “Ini momentum bagi penggiat sepak bola mulai dari pemain, pelatih, official dan instrumen lainnya lainnya untuk melihat secara dekat bagaimana menjadikan sepak bola itu maju,” ujarnya.
Tidak hanya itu, lanjut Edwin, sepak bola merupakan olahraga untuk membina karakter pemain. “Sebetulnya, sepak bola adalah olahraga yang bisa membangun karakter seseorang. Sepak bola membutuhkan sikap disiplin yang tinggi, harus rukun, kompak dan kerjasama yang baik,” urainya.
Edwin juga menyinggung soal suporter. Menurutnya, suporter adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan sepak bola. Meskipun suporter-suporter di Indonesia masih terlibat rivalitas. Namun dalam laga Indonesia vs Argentina, Edwin berharap mereka menyatu dan sportif.
“Momentum ini bisa menunjukkan bahwa kita memiliki Indonesia dan bisa bersatu-padu di bawah Garuda. Tunjukkan bahwa suporter-suporter Indonesia lebih bijak dalam menyampaikan dukungan dan lebih suportif,” ungkap Edwin.
Sementara itu, Budi Sudarsono yang merupakan mantan pemain sepak bola andalan Timnas Indonesia mengatakan, pertandingan ini menjadi ajang untuk lebih dikenal di banyak negara.
“Ini memang pengalaman sangat luar biasa, jadi kalau menurut saya bukan soal sepak bolanya saja yang akan meluas namun semakin meluas industri kita juga dengan kedatangan pemain-pemain top Argentina kesini. Otomatis Indonesia semakin dikenal banyak negara,” ucapnya dalam podcast lines talk.
Pria yang akrab disapa Budi “Python” Sudarsono itu mengatakan, Argentina pencetak pemain sepak bola kelas dunia. bahkan “Negeri Tango” itu berhasil meraih juara FIFA World Cup 2022 di Qatar, “Di Argentina sepak bola sudah seperti “Dewa”, kalau di sana itu hampir semua masyarakatnya senang sepak bola. Mereka itu termasuk penyumbang pemain terbesar di seluruh dunia dan itu memang seperti industri,” lanjut Budi
Budi juga menambahkan, pertandingan kontra Argentina tidak melulu soal kalah atau menang, yang terpenting adalah pengalaman dan bisa mengambil ilmu dari tim nomor satu dunia itu, “Hasil itu menurut saya tidak penting, yang penting adalah pengalaman. Jadi nanti kita tahu caranya mereka pemanasan, bagaimana caranya mereka main dan itu menjadi ilmu yang harus diambil,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Agus Tarmuji suporter dari Jakmania, berharap laga internasional itu menjadi ajang bersatunya para suporter di Indonesia. Menurutnya, momentum bersatunya suporter Indonesia itu mulai tumbuh sejak kejadian tragedi Kanjuruhan pada Oktober tahun lalu.
Ia menyadari bahwa rivalitas antar suporter masih ada hingga saat ini. Namun banyak di antara mereka yang sudah tidak malu-malu untuk membagikan momen bersatu, “Bahkan saat ini di antara kalangan suporter yang berseteru sudah ada keinginan untuk saling berkunjung,” ujarnya melalui pesan singkat.
Tarmuji berharap momen bersatunya suporter Indonesia terus terjalin baik di level klub maupun timnas Indonesia. Majunya sepak bola Indonesia tidak terlepas peran dari suporter, “Pada zaman sepak bola industri saat ini, suporter adalah nyawa utama bagi sebuah tim. Mereka menjadi partner bukan sekedar customer. Artinya kemana arah kebijakan klub, planning klub ke depan baik jangka pendek, menengah maupun panjang dibicarakan dengan suporter mereka,” paparnya.
Ia mengingatkan, jika klub tidak bisa menjaga hubungan baik dengan suporternya, bisa menjadi bumerang bagi klub. Contohnya kemarahan suporter kepada klubnya sendiri bisa terjadi, “Bahkan mereka tidak segan untuk menyerang pemain maupun manajemen klub kebanggaanya sendiri,” tutupnya.
Mantap