Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Di lingkungan kelompok spiritual-religius, kalimat ini mudah ditemukan. Di belantara kehidupan, kalimat ini tampak menawan. Bagi pemerhati kehidupan, pemilik jiwa-jiwa yang bersih lagi damai, kata-kata ini sering diperbincangkan. Indah penuh hikmah; “Bloom where you are planted.” Sangat puitis. Sudah puitis, berdaya magis lagi. Penuh pesona. Mekarlah dimana engkau ditanam. Sebarkanlah bau harum ke segala penjuru. Hiasilah lingkungan dengan warna indahmu. Semakin mendalam dan mengakar, karena memang Allah menitahkan demikian. Begitu pula dengan wasiat tua utusanNya.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran:110)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Dari Abdillah bin Amr, dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda; “Orang-orang yang menyayangi orang lain, mereka disayangi oleh (Allâh) Yang Maha Penyayang. Maka sayangilah orang yang berada di bumi, niscaya kalian disayangi oleh Yang berada di langit.” (HR At-Tirmidzi).
Ternyata, bukan hanya di ajaran samawi saja, banyak tradisi dan warisan leluhur yang berpesan demikian. Tentu kita masih ingat pepatah; di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Sekelompok tetua berpesan; di mana ranting dipatah, di situ air disauk. Bagi pemerhati satwa mengatakan; masuk di dalam kawan gajah berdering. Ini bukan masalah benar atau salah. Ini masalah respon. Adaptasi dan perjuangan. Di mana, semua itu mengandung makna tersirat yang indah dan dalam. Artinya ada lahan subur untuk membuat jiwa mekar nan indah. Dimana saja, kapan saja berada dan bagaimana saja keadaannya. Jika tanahnya kering, mekarlah seperti bunga kamboja indah di sana. Bila tanahnya basah, mekarlah menjadi bunga teratai indah di sana. Bahkan dengan alam yang ekstrim sekalipun. Ringkasnya, olah setiap berkah dan anugerah yang datang menjadi bunga-bunga yang indah. Dalam bahasa lain yang juga indah, Allah berfirman;
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim:24-25)
Ada baiknya kita belajar dari negeri di belahan bumi bagian utara. Negeri dengan cuaca yang sangat dingin ini ternyata berisi orang-orang yang peduli. Walau jarang melihat matahari, tetapi mereka sangat suka sekali berbagi, meninggalkan competition (persaingan) bebas berlebih. Pribadi-pribadi bertumbuh menuju compassion (belas kasih) terlatih. Hasilnya, secara mengejutkan mengantarkan Norway menjadi negara paling bahagia di dunia. Pelajaran yang diwariskan, cuaca ekstrim di luar memaksa mereka untuk saling menghangatkan diri di dalam. Tidak saja saling menghangatkan di dalam rumah, tapi juga saling menghangatkan keluar rumah, terus ke sebelah rumah dan seterusnya. Dinginnya udara di luar, membuat cairnya keangkuhan di dalam. Mengalir dari satu pribadi ke pribadi yang lain. Lahirlah kebersamaan dan saling pengertian. Gelapnya hari, hampir sepanjang tahun berjalan, membuat bersinarnya mata hati. Menyinari lingkungan sekitar. Jadilah cahaya terang penuntun kehidupan. Merambat dari satu hati ke hati lain. Sambung-bersambung. Dari tangan satu ke tangan lain. Tampak kompak dan rukun. Hal ini mengingatkan suatu riwayat dimana Rasulullah ﷺ pernah ditanya manusia seperti apakah yang terbaik? Inilah pesan menyentuhnya;
ابن عمر رضي الله عنهما: أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : ( يا رسول الله ! أيُّ الناس أحبُّ عَنْ إلى الله ؟ فقال : أحبُّ الناس إلى الله أنفعهم للناس
Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ ; “Ya Rasulullah manakah manusia yang lebih disenangi oleh Allah?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Lebih disenanginya manusia oleh Allah adalah yang paling bermanfaatnya mereka bagi sesama manusia.” [HR. Thabrani]
Sebagai pembelajaran dan pengayaan, tidak perlu malu belajar hal-hal yang remeh namun baik dari sekitar. Termasuk cerita di atas. Setidaknya mengambil i’tibar sebagaimana yang dilakukan jiwa-jiwa indah di Norway. Ternyata yang terpenting bukan apa yang terjadi di luar. Yang terpenting adalah bagaimana mengolahnya di dalam. Apa-apa yang di luar memang bukan kehendak dan di luar jangkauan kita. Apa-apa yang di luar adalah pemberian Sang Pencipta. Namun tetap ada berbagai pilihan yang tersedia, sedikit mengeluh banyak bersyukur adalah sebuah pilihan. Melihat apa yang ada di sekitar sebagai bahan-bahan untuk membuat jiwa mekar, itu pilihan lain. Tidak membandingkan dengan yang lebih atas adalah pilihan yang baik. Menerima dengan penuh kesabaran, memaksimalkan kelebihan, melihat ke bawah adalah pilihan yang sempurna. Dan masih banyak lagi yang lain.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda; “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan atas kalian.” (HR. At-Tirmidzi)
Cahaya-cahaya yang muncul di negara-negara bahagia seperti tersebut di atas, seolah mau berpesan sederhana; “Ukuran kehidupan tidak saja berdasarkan apa-apa yang disimpan di buku tabungan.” Di luar buku tabungan, ada banyak sekali hal yang membuat jiwa jadi kaya. Tidak hanya kaya, tapi juga berjaya. Bahkan jiwa bisa mekar dan menebar harum ke segala penjuru. Melewati batas ruang dan waktu. Dari saling memaafkan, mengisi keseharian dengan penuh penerimaan, sampai dengan tekun dan tulus menghadapi setiap jengkal kehidupan, minimal dengan berbagi senyuman. Menerima dengan penuh kesyukuran dan berbagi dengan penuh kehangatan kasih dan sayang. Sabar, tidak mengeluh dan bersahabat sepenuhnya dengan lingkungan dan kekinian.
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِحْصَنٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا .
Dari Abaidillah bin Mihshan Al-Anshari, dia berkata Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya.” (HR. At-Tirmidzi)
Dan tidak ada salahnya, kali ini saya mengajak semua untuk menabung (pahala).
subhanallah sangat bermanfaat
subhanallah sangat bermanfaat, disini saya bisa belajar bahwa kita harus memandang yang lebih bawah daripada kita agar kita bisa lebih bersyukur
subhanallah sangat bermanfaat, disini kita bisa belajar bahwa kita jangan sering memandang yang lebih atas daripada kita karena itu akan membuat kita susah menerima kenyataan