Jakarta (6/2). Fauzan Abdul Syukur Kesuma, lebih dikenal dengan nama Fauzan Kesuma, putra kelahiran Kota Kembang pada 26 April 1992. Ia menjadi salah satu pemateri dalam “Pelatihan Jurnalistik Batch#6” yang diselenggarakan Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) DPP LDII dan LDII News Network (LINES) di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Jakarta, pada 2-4 Februari 2024.
Ia mengungkapkan pengalaman pribadinya sebagai wartawan foto karena film mengenai para fotografer yang meliput kekerasan di Afrika Selatan, “Berawal dari hobi saya menonton film “The Bang Bang Club” saya mengawali karier saya sebagai jurnalis foto sejak tahun 2013 di Pasundan Ekspres sampai sekarang,” ungkapnya.
“Saya rasa enak ya, jadi wartawan foto bisa jalan-jalan ke mana-mana, berpakaian bebas, jam kerja yang mengatur kita sendiri,” tambah pria yang biasa disapa Ojan atau Tema.
Sebagai wartawan foto bapak dari dua anak itu telah memperoleh banyak penghargaan. Penghargaan yang terbaru tahun 2023 dari Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil. “Waktu itu Pak Ridwan Kamil membuat sayembara bertema energi terbarukan. Saya mengambil foto Pak Ridwan Kamil yang sedang naik motor listrik karya siswa SMK. Kemudian saya submit ke provinsi dan saya dinyatakan sebagai fotografer terbaik,” ujarnya.
Penghargaan lain yang dia peroleh yaitu dari BUMN (Pindad dan Biofarma), serta penghargaan dari provinsi Jawa Barat. Untuk memberikan pesan-pesan visual yang bagus, Fauzan menjelaskan wartawan foto harus banyak membaca, “Harus banyak literasi, ikut kelas foto, mengikuti pameran foto sehingga bisa menginspirasi,” ujar Ojan memotivasi para generasi muda untuk mengikuti jejaknya.
Ternyata menjadi wartawan foto tidak mudah. Bahkan ia harus menampik penugasan, antara lain memotret keindahan dalam laut. “Waktu itu saya mendapat tawaran dari majalah wisata Singapura memotret keanekaragaman di Pulau Sulawesi. Karena saya tidak bisa berenang tidak saya ambil, lalu saya diberi tugas lain yaitu tentang foto kuliner,” tuturnya.
Dalam melaksanakan tugas, ia juga merasa dilema. Misalnya saat ada peristiwa kebakaran, lalu di depan matanya ada korban kebakaran, “Nah, dalam posisi seperti ini kita motret dulu atau menolong orang dulu? Ya, motret dulu saja, karena ada petugas lain yang menolong korban,” ungkapnya.
Kendala lain yang dihadapi sebagai wartawan foto yaitu membagi waktu dengan keluarga. “Pernah suatu ketika saya bersama istri sudah memesan steak di rumah makan, tiba-tiba ditelepon ada kebakaran. Ya, jadi nggak jadi makan steak bersama istri. Pada waktu itu kami belum punya anak. Tapi sekarang dengan komunikasi yang baik, keluarga sudah memahami profesi saya.” (Riyanto)
Moga Alloh paring Lancar barokah,mas atau kang ojan.sukses dunia akhirat🤲👍👍
semoga Alloh paring aman lancar manfaat dan barokah, utk maisyah dan ibadah . . . lanjutkan Tem
Aamiin Pak..
Luar biasa perjuangan sebagai pewarta semoga allah memberikan kelancaran keamanan dan kebarokahan aamiin
Alhamdulillah…
Menjadi jurnalis yang profesional dan religius…
Semoga barokah