Jakarta (29/8). Ketua Departemen Pemuda, Kepanduan, Olahraga dan Seni Budaya (PKOSB) DPP LDII Adityo Handoko, M.M., mengungkapkan bahwa mandiri tidak harus menjadi karyawan. Kemandirian dapat lahir dari kreativitas. “Di masa pandemi ini, kreativitas dapat muncul dari hobi yang ditekuni dan dipersungguh lalu dipasarkan melalui dunia maya sehingga dapat menghasilkan keuntungan,” ujarnya saat membuka Temu Tamu 2.0. dengan tema Kreativitas Penambah Imunitas.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Komunitas Titik Temu dengan Departemen PKOSB DPP LDII bertujuan memberikan wawasan dan kesempatan usaha pada bidang industri kreatif, sehingga dapat mendorong kemandirian pemuda Indonesia.
Dilaksanakan melalui kombinasi luring dan daring dari Gedung DPP LDII, Patal Senayan, Jakarta Selatan pada Minggu (29/8), talkshow kali ini menghadirkan narasumber praktisi industri kreatif yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing, yaitu Farah Baharessa (Fashion Designer dan Creative Director Baharessa Studio), Febriyana Fadhillah (Freelance Illustrator), Saiful Bahri (Visual Designer dan Editor), dan Tangguh Mafaza (Graphic Designer dan Marketing Strategis).
Farah berpendapat bahwa saat kita sudah terjun ke dalam industri kreatif, kita dapat secara bebas untuk mengekpresikan ide-ide dan yang paling mengesankan adalah saat orang lain sudah tertarik dengan karya kita.
“Kalau kita tidak mulai mencoba, maka kita tidak akan tahu kalau kita memiliki passion di bidang tersebut” jelas Farah.
Sejalan dengan Farah, Saiful berpendapat mengenai hal yang paling berkesan. “Saya tidak pernah menyangka kalau karya saya diterima oleh klien dari luar negeri dan hal itu menjadi titik paling membanggakan bagi saya terjun di dunia ini (industri kreatif),” tambah Saiful.
Tangguh Mafaza pembicara lainnya juga menyampaikan tidak perlu takut untuk menghadapi persaingan yang ketat di industri kreatif karena di balik ketatnya persaingan, terdapat kesempatan yang semakin besar. “Walaupun berhadapan dengan perusahaan yang besar, kita harus bisa standout dan jangan mau kalah,” jelas Tangguh.
Berbicara menjalankan karir dengan status mahasiswa, Febriyani berpendapat bahwa dalam menjalankan kedua hal tersebut tentu harus berani berkorban. “Yang paling banyak dikorbankan adalah waktu. Terkadang waktu istirahat digunakan untuk bekerja. Tentu hal tersebut menjadi dorongan untuk meraih sukses,” tambah Febriyani. (Dzul/FF/Lines)
Mantap memang ldii
Mantap semoga lancar Barokah
Alhamdulillah
Mantap LDII, diarahkan untuk sukses dunia akhirat
Inspiratif
Semoga Alloh paring barokah.
Mantap
Moga aselabar..
Josss
Alhamdulillah..mantab
Alhamdulillah, Mantap
Josss ldii
Perlu digerakkan pelatihan2 dan seminar2 untuk para generus LDII supaya bisa mempunyai kemandirian dan kreativitas yang sesuai dengan passionnya masing-masing
Sepakat 🤝
Mandiri untuk mencapai pendapatan tak terbatas
Mantab,ikut bangga,semoga yg lain segwra menyusul
mugi mugi Alloh paring lancar barokah, Aamiin
Tapi memang sebaiknya jadi karyawan dulu agar merasakan suka duka menjadi karyawan. Sehingga ketika dia menjadi bos bisa ‘mengkaryawankan’ karyawan, artinya bisa memperlakukan karyawan layaknya karyawan, bukan -maaf- babu.
Karena banyak dijumpai milenal yg punya usaha lalu memperkerjakan karyawan itu kurang bisa memperlakukan karyawan dengan baik. Bahkan, dalam beberapa kasus, tidak memenuhi hak-hak karyawan.
Semoga para pemuda pemudi di daerah-daerah ikut termotivasi agar bisa mandiri dalam perekonomiannya
Sukses
Alhamdulillah sangatlah bermanfaat ,Ya Alloh bukakanlah jalan menuju kesuksesan dunia akhirot.,aamiin
Justru dengan “harus jadi karyawan”, maka kita memposisikan diri dalam ketergantungan pada suatu usaha, yang artinya kemandirian jadi kurang dioptimalkan.
“Mencari pekerjaan” masih menjadi budaya masiv daripada “menciptakan pekerjaan”.