Banyuwangi (9/11). Anggota Tim Rukyatul Hilal DPD LDII Banyuwangi berkumpul di Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (2/11), untuk melakukan rukyatul hilal atau pemantauan hilal. Hal ini bertujuan untuk menentukan awal bulan baru sesuai perintah Allah dan Rasul.
Suasana senja di atas cakrawala Pantai Pancur dipenuhi awan tebal, menyisakan sedikit warna oranye, yang mempersulit proses pengamatan. Para pemantau hilal mengarahkan lensa teropong ke arah matahari terbenam, berharap dapat melihat hilal, bulan sabit muda yang menandai pergantian bulan Hijriyah. Sayangnya, awan tebal menghalangi pandangan mereka, sehingga keberadaan hilal sulit dipastikan.
Menurut Andreas Askhab Firdaus, salah satu anggota Tim Rukyatul Hilal LDII Kabupaten Banyuwangi, meski perhitungan hisab dan kondisi astronomi menunjukkan peluang hilal terlihat, cuaca menjadi tantangan utama dalam pemantauan. “Menurut prediksi hisab, ketinggian bulan pada saat matahari terbenam sekitar 7 derajat di wilayah Banyuwangi. Ini menunjukkan kemungkinan besar hilal terlihat, namun rotasi matahari dan bumi, serta kondisi cuaca, sangat berpengaruh,” jelasnya.
Pantai Pancur sendiri merupakan salah satu dari 73 titik pemantauan hilal yang dilakukan oleh Tim Rukyatul Hilal LDII di seluruh Indonesia. Pada Sabtu sore itu, kondisi cuaca yang cerah berawan dan kabut di sekitar area matahari terbenam menambah kesulitan dalam pengamatan hilal. “Kabut dan awan menghalangi pandangan langsung ke hilal, yang tentunya membuat kami kesulitan,” tambah Andreas.
Meskipun lembaga riset seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi awal bulan Jumadil Awal, LDII tetap menganggap penting melakukan pemantauan langsung untuk memastikan hasil perhitungan metode hisab yang dilakukan. “Ini adalah bagian dari ikhtiar kami, memastikan hilal benar-benar terlihat sesuai dengan perintah dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk melakukan rukyatul hilal,” ungkapnya.
Bagi umat Islam, pemantauan hilal pada setiap akhir bulan Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29 menjadi langkah penting untuk menentukan kapan bulan baru dimulai. Tradisi rukyatul hilal yang memadukan ilmu falak atau astronomi ini menjadi perhatian khusus bagi LDII dalam menjaga ketepatan penanggalan Hijriyah.
Sebelumnya, pada Selasa (27/2), Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII juga mengadakan pelatihan teori dan praktik rukyatul hilal. Pelatihan ini diikuti oleh anggota Tim Rukyatul Hilal LDII dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam pengamatan hilal.