Oleh Thonang Effendi *)
Setiap kali Ramadan tiba, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketulusan. Di balik tantangan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, ada dua kegembiraan yang dijanjikan bagi mereka yang berpuasa.
Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya kelak.” Hadits ini mengingatkan bahwa selain kebahagiaan saat berbuka puasa, ada kebahagiaan hakiki yang menanti di akhirat bagi mereka yang menjalankan ibadah ini dengan penuh keikhlasan.
Kenikmatan Berbuka Puasa
Setelah seharian menahan lapar dan dahaga sambil tetap menjalankan aktivitas harian, azan maghrib menjadi suara yang paling dinantikan. Saat itu, segelas air minum terasa lebih segar dari biasanya, dan sebutir kurma menjadi makanan yang begitu istimewa. Menikmati hidangan berbuka puasa adalah sebuah anugerah. Takjil seperti kurma, gorengan, kue, hingga menu utama seperti nasi dan lauk pauknya memberikan energi baru bagi tubuh. Momen ini mengajarkan betapa berharganya rezeki yang Allah berikan, yang mungkin sering kali kita anggap biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Buka Puasa Bersama: Momen Merajut Persaudaraan
Lebih dari sekadar mengenyangkan perut, buka puasa bersama memiliki makna yang lebih dalam. Kebersamaan dalam menyantap hidangan mencerminkan eratnya silaturahim, baik dalam lingkup keluarga, teman, maupun kolega. Momen ini menjadi ajang bertukar cerita, menjalin keakraban, dan memperkuat rasa persaudaraan.
Dalam kebersamaan, tumbuhlah rasa memiliki atau melu handarbeni, yang dalam psikologi dikenal sebagai sense of belonging. Ketika rasa memiliki ini tertanam kuat dalam diri seseorang, maka akan muncul semangat melu hangrungkebi—yakni menjaga, membela, dan mempertahankan. Dalam konteks sosial dan keagamaan, semangat ini menjadi kekuatan kolektif yang mendukung tercapainya tujuan bersama untuk kemaslahatan umat.
Buka Puasa: Momentum Refleksi dan Rasa Syukur
Buka puasa bersama bukan hanya tradisi, tetapi juga menjadi pengingat bagi setiap individu untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Bersyukur karena masih diberikan kesempatan menjalankan ibadah puasa, menikmati hidangan berbuka, dan merajut tali silaturahim dengan sesama.
Dalam ajaran Islam, bersyukur memiliki dimensi yang luas. Sebagaimana konsep Bersyukur dalam 4 Tali Keimanan yang merupakan komponen dari 29 karakter luhur yang dikembangkan oleh LDII, rasa syukur mencakup berbagai aspek:
- Bersyukur dengan hati: Merasakan kebahagiaan dan keikhlasan atas segala nikmat Allah.
- Bersyukur dengan lisan: Mengucapkan tahmid “Alhamdulillah”, mengungkapkan rasa terima kasih, dan memberikan doa bagi orang yang telah berbuat baik.
- Bersyukur dengan perbuatan: Menggunakan nikmat Allah untuk beribadah, berbuat baik kepada sesama, serta meningkatkan amal kebaikan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 152, “Maka ingatlah kalian kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepada kalian. Bersyukurlah kalian kepada-Ku, dan janganlah kalian ingkar kepada-Ku.” Selain itu, dalam QS. Ibrahim: 7 disebutkan, “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Bersyukur tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia sebagai perantara nikmat. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Bentuk syukur kepada sesama bisa berupa ucapan terima kasih, memberikan hadiah, atau mendoakan kebaikan bagi mereka.
Buka Puasa Bersama: Meningkatkan Kualitas Hidup Bersama
Di balik hidangan yang tersaji, ada nilai-nilai luhur yang terus diajarkan melalui momen buka puasa bersama. Tidak sekadar mengisi perut, tetapi juga mengisi hati dengan kebersamaan, persaudaraan, dan rasa syukur.
Momen ini menjadi pengingat bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, serta berbuat baik kepada sesama, lingkungan, dan alam semesta. Dengan semangat berbagi dan bersyukur, kita tidak hanya menjadikan Ramadan sebagai ibadah tahunan, tetapi juga sebagai pembelajaran hidup yang mendalam.
Maka, di setiap suapan pertama saat berbuka, mari kita ingat: ini bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang kebarokahan, kebersamaan, dan rasa syukur yang mendalam.
*Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII. Thonang Effendi
Buka bersama momen lepas dari segala beban , oleh karenanya sering berbuka bersama insyaallah umur panjang….
Terlebih bagi yg sodaqoh memberi buka bersama wooo jelas memiliki pahala puasanya orang2 yg berbuka tanpa mengurangi pahala mereka…
Buka puasa memang joss kalau bersama. Minimal bersama keluarga, atau bersama jamaah masjid. Moment paling berkesan karena mencicip rejeki kembali setelah seharian menahan lapar dan haus dan nafsu negatif lainnya. Mudah2an semua puaser tahun ini diterima puasanya, mendapat ganjaran yang berlimpah dari Allah SWT.
Alhamdulillah jazakallahu khoiro pak Tonang telah berbagi inspirasinya
Buka bersama merupakan kenikmatan ganda yaitu lepas dari lapar dan dahaga juga kebahagiaan bershilaturrohim…
Semoga barokah
Buka puasa bagi saya jadi momen untuk membuat badan semakin sehat.
Caranya.. Sesaat setelah adzan minum air putih 1 s/d 2 cangkir, lalu makan kudapan berupa buah / kue / umbi-umbian rebus beberapa siap lalu pergi sholat maghrib di masjid. Setelah sholat maghrib baru makan secukupnya sampai kenyang.. Malam sudah tidak makan lagi. Minum boleh.