Entah kenapa, susah memungkiri, kegemaran mulut untuk menyalahkan. Padahal jumlahnya cuma satu. Susah menjaganya. Walau sudah sering diingatkan, tetap saja banyak yang tersakiti karenanya. Ini salah, itu salah, begitu itu salah, begini juga salah. Kalau boleh jujur, akar masalah sering menyalahkan ini adalah perbedaan.
Ia beda dengan saya, ia beda dengan peraturan dan tidak umum. Tanpa menafikan benar dan salah itu sendiri, mari kita coba telaah akar dari kebiasaan ini. Maksudnya mari melakukan apa-apa yang bisa dilakukan untuk membangun sikap positif, agar mulut selamat, lingkungan mendapat berkat. Apalagi di era 4.0 yang mau tidak mau membuat manusia bisa melihat dan merasakan semakin banyaknya perbedaan di mana-mana.
Sekali lagi, kalau boleh jujur, sumber utama adalah pikiran. Bagi pikiran yang sempit dan picik, apa lagi fanatik, perbedaan itu sangat berbahaya. Sedikit beda itu masalah. Namun bagi pikiran yang luas, lebih-lebih sangat mendalam, perbedaan itu berkah kehidupan yang bisa menjadi pelangi indah kedamaian. Lihatlah pelangi yang indah dari perpaduan tujuh warna. Begitulah faktanya, dan itulah mengapa Allah menciptakan banyak perbedaan. Contohnya, manusia dilahirkan dalam jenis kelamin yang berbeda, suku bangsa yang berbeda, bahasa yang berbeda, tempat yang berbeda serta sejuta perbedaan lainnya. Tak lain agar tercipta keindahan di mana saja.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Pekerjaan rumah selanjutnya adalah mari belajar memperlebar ruang-ruang pengertian di dalam pikiran, kapan saja orang lain terlihat berbeda, jangan buru-buru menyebutnya salah. Cepat lihat kembali semua kerangka yang ada di dalam pikiran. Meminjam bahasa sederhana Confucius: “Jika orang terlihat baik, jadikan mereka teladan. Jika orang terlihat jahat, periksa kembali pikiran Anda sendiri.”
Dengan kata lain, begitu dalam kondisi tanda-tanda berbahaya seperti mau menyalahkan sesuatu, periksa kembali seluruh arsitektur pikiran di dalam. Di saat orang terlihat aneh, berbeda, apa lagi terlihat menjengkelkan, tidak selalu sebabnya ada di orang lain. Sering terjadi, akar terpentingnya terletak pada pikiran yang belum berhasil untuk sepenuhnya mengerti. Bisa jadi karena memang tidak tahu. Sama sekali. Seperti menerima hadiah buku yang belum bisa dimengerti. Simpan saja dulu, mana tahu suatu hari tatkala bertumbuh dewasa, buku itu bisa berubah wajah menjadi buku yang penuh dengan cahaya makna.
Melalui pendekatan seperti ini, tidak saja lebih sedikit tindakan menyalahkan yang dilakukan. Model ini juga berperan dalam pengurangan tindakan kekerasan. Hasilnya, akan lebih banyak kasih sayang dan kedamaian yang bisa dibagikan. Namun ini mungkin terjadi kalau manusia tekun untuk melatih diri bahwa perbedaan bukan ancaman. Perbedaan adalah kekayaan kehidupan. Dan di tengah riuhnya sosial media oleh saling menyalahkan dan tindak kekerasan, layak direnungkan lagi dan lagi, bahwa tidak ada yang lebih indah dari sikap yang indah.
“Lisanul hal afshahu min lisanil maqal,” keteladanan lebih memberi arti dan mempengaruhi daripada ucapan.
Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.
Alhamdulillaahi jaza kumulloohu khoiroo atas ilmu nyaa..🖒😁
Terkadang memang pikiran yg selalu mengawali sebuah tindakan, jadi harus..terus.. berusaha.. belajar.. mengendalikan pikiran agar selalu positif
Sejatinya memang kita diciptakan dalam perbedaan baik lahir apalagi batinnya, yang sama hanya satu yaitu punya kewajiban untuk ibadah kepada Allah. Jazakallahu choiro
banyak hikmah dari tulisan di atas. terima kasih
Sifat pemaaf harus kita miliki maka kita harus bisa berani mengalah (keporo ngalah) agar hidup nyaman dan damai
alhamdulillahi jazakumuallohu khoiro