Minggu (4/11) menjadi hari yang terkenang bagi para ayah Indonesia, karena ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional meski belum resmi. Momen tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Komunitas Rumah Pencerah (KRP)untuk menyelenggarakan Festival Asah Asuh di area GO-FOOD Festival, Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan.
Acara ini meliputi Peluncuran Kartu Permainan dan Buku Asah Asuh, Lokakarya Hari Ayah Nasional bersama para Mitra Pengemudi Gojek, serta Aktivitas Main Kartu Asah Asuh bersama pengunjung.
Membahas mengenai pengasuhan, masih ada orang tua yang kurang peka terhadap pola pengasuhan anak. Ini disampaikan oleh Nana Maznah, Ketua KRP, Mitra di Pembinaan Pendidikan Keluarga (Bindikkel) Kemendikbud, dan juga salah satu Dewan Pakar LDII. Ia membuka sambutan Festival Asah Asuh.
“Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Namun orang tua adalah pendidik yang paling tak tersiapkan. Masih banyak orang tua yang menggunakan cara-cara terdahulu yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman,” ujar Nana Maznah.
Fery Farhati Bunda PAUD DKI Jakarta yang juga istri Gubernur DKI Jakarta Anies baswedan dalam pembukaan juga menekankan soal kemampuan orang tua dalam menghadapi tantangan jaman. Menurutnya, orang tua harus selalu aktif memperbaharui pengetahuannya agar dalam membesarkan dan mendidik anak-anak selalu relevan dengan jaman.
“Nilai yang harus dimiliki orang tua adalah semangat belajar, cinta, religius, visioner, dan kehadiran. Jika nilai tersebut dimiliki oleh setiap kita sebagai orang tua, maka akan tercipta masyarakat yang berperan aktif meningkatkan kualitas pengasuhan dan pendidikan anak,” ujar Fery.
Kawan-kawan KRP menuangkan idenya kedalam buku Asah Asuh. Buku itu memuat pandangan dan pengalaman mengasuh anak berdasarkan ilmu psikologi. Untuk itu, lewat permainan kartu yang sederhana, keterampilan asah dan asuh orang tua dapat terpenuhi.
Kartu Asah Asuh memuat pesan inti dari Buku Asah Asuh. Kartu ini bisa dimainkan oleh 2 – 7 orang dewasa berusia 17 tahun ke atas secara berkelompok. Setiap orang harus mengumpulkan seri warna kartu secara lengkap. Setiap seri memuat pesan materi pengasuhan untuk memperkaya keterampilan dan pengetahuan orang tua. Lewat permainan ini, orang tua bisa saling belajar dari orang tua lain.
Disamping itu, Festival Asah Asuh mengajak pengunjung memainkan Kartu Asah Asuh secara bersama-sama. Mereka difasilitasi oleh Tim Komunitas Pencerah dan 20 relawan peduli pendidikan anak usia dini. Acara ini juga mendapat dukungan penuh dari Direktur Bindikkel Kemendikbud RI, Dr. Sukiman.
“Kami memiliki kesamaan pandangan dengan KRP bahwa keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak haruslah berdaya,” ujarnya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi bangsa yang berdaya dimulai dari generasi mudanya. Mendidik generasi muda yang paling utama dimulai dari lingkungan keluarga. Maka sudah seharusnya pemerintah, ormas, maupun komunitas bekerjasama menyukseskan konsep pengasuhan yang baik untuk diterapkan para orang tua.