Astronomi adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat berpengaruh bagi peradaban umat manusia. Dari sekian banyak astronom, terdapat astronom perempuan yang dianggap sangat revolusioner pada masanya.
Perempuan tersebut bernama Mariam Al-Ijliya, seorang astronom legendaris yang menemukan instrumen astronomi astrolabe. Hingga kini, alat ciptaannya masih bermanfaat bagi ilmu astronomi.
Astrolobe dikenal dengan ponsel pintar kuno. Saat ini, kita mengenal astrolobe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS). Astrolabe merupakan instrumen global positioning yang menentukan posisi matahari dan planet-planet. Instrumen tersebut digunakan untuk keilmuan astronomi, astrologi, dan horoskop.
Astrolobe juga digunakan untuk mengetahui waktu dan sebagai navigasi dengan cara mencari lokasi berdasarkan lintang dan bujur. Sedangkan, bagi umat Muslim astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadahan serta Idul Fitri.
Kerajinan astrolobe sangat berkembang pesat pada abad kesembilan hingga 10. Teknik ini pun tidak sembarang orang dapat menguasainya.
Ketika itu, orang yang ahli dalam membuat astrolobe disebut sebagai insinyur mesin. Mariam merupakan wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.
Tapi, belum banyak artikel atau ulasan yang mengisahkan insinyur astronom wanita pertama dalam masa awal kebangkitan Islam.
Meskipun tidak banyak yang ditulis tentang Mariam Al-Ijliya, diketahui bawa dirinya hidup pada abad ke-10 di Aleppo. Ayahnya juga dikenal sebagai pengrajin alat-alat astronomi. Bakat itulah yang kemudian turun ke diri Mariam.
Dengan bimbingan ayahnya dan astronom terkenal, Bistolus, Mariam memahami ilmu astronomi. Mariam menjadi terkenal setelah astrolabe ciptaannya memiliki cara kerja yang rumit namun inovatif.
Ayah Mariam dikenal dengan gelar al-Ijliya al-Usturlabi. Teknik merancang astrolobe yang dimilikinya merupakan sebuah rahasia.
Ayahnya-lah yang menjadi guru utama Mariam untuk membuat astrolobe. Tapi, Mariam membuat desain dan teknik pembuatannnya lebih rumit dan inovatif.
Dia dan ayahnya pun dipekerjakan penguasa kota. Ketika itu, Aleppo dikuasai Sayf al-Dawla yang memerintah pada 944-967.
Ilmu astronomi yang dikuasai ayahnya secara tradisi memang selalu diturunkan kepada anaknya. Secara turun temurun, keluarga Ijliya memang selalu membuat alat yang berkaitan dengan astronomi.
Setelah mengetahui rahasia profesinya itu, Mariam diajak ayahnya untuk berguru ke orang yang sama. Mereka berguru pada Bitolus bersama 16 orang insinyur lainnya.
Namun, tidak diketahui di mana dan kapan guru astronomi tersebut berada saat Mariam dan ayahnya berguru. Dalam kisahnya, Bitolus justru merupakan ahli astronomi yang paling terkenal.
Nama al-Ijli diambil dari nama Bani Ijli. Sebuah suku yang merupakan bagian dari Bani Bakr, salah satu Bani Arab dari Rabiah.
Sehingga, Mariam dan keluarganya awalnya merupakan penghuni Najd, di tengah Arabia. Tapi, mereka bermigrasi karena menjadi salah satu Badui yang harus berpindah hingga perbatasan selatan Mesopotamia.
Hingga kini, hasil kreasinya menjadi kiblat para ahli astronomi untuk terus berinovasi. Demikian seperti dikutip dari Mosaic of Muslim Women.(lines/wicak)