Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Kisah

Awas, Mirip Keledai!!

2013/01/08
in Kisah
0
awas mirip kelakuan keledai

awas-jadi-keledai

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Nasi sudah menjadi bubur, entah mengapa hewan yang satu ini identik dengan sebuah kedunguan. Orang sering menyebut namanya, sekedar untuk mengatakan sebuah kebodohan. Orang sering memakai namanya untuk melampiaskan ketololan. Banyak kesalahan dan kejelekan yang tidak ia perbuat, tetapi dialamatkan kepadanya. Dasar keledai! Begitulah yang sering telinga kita dengar selama ini, walau banyak juga di antara kita yang belum melihat seperti apa hewan ini.

Mungkin dari rupanya yang imut, tubuhnya yang tidak gede-gede amat, tinggi semampai – semeter tak sampai, dan polahnya yang lamban – gemulai, itulah yang mendorong menjadikannya sasaran tembak. Orang seenaknya berprasangka, padahal dia punya peran besar dalam perjalanan sejarah umat manusia, sebagaimana tersebut di dalam Kitab Allah, “Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan (Dia telah menciptakan) kuda, bighal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS An-Nahl: 7 – 8).

Juga sejak kapan label itu disematkan kepadanya, tak tercatat dalam sejarah. Sebut saja kisah Nasrudin, tokoh sufi di jamannya, ketika bertemu dengan Timur Lenk. Kesatria Mongol yang meluluh-lantakkan dinasti islam itu, menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Tanpa bermaksud menggurui, apalagi tersinggung, dengan kecerdikannya, Nasrudin menerimanya dengan senang hati hadiah keledai tersebut. Sekalipun dengan tugas yang berat, karena Timur Lenk berkata, “Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat bagaimana hasilnya. Apakah binatang dungu ini bisa membaca?”

Semua orang tahu, keledai tidak bisa membaca, tapi bagi Nasrudin itu hal yang berbeda. Nasrudin berlalu dengan keledai di tangan, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana menjawab tantangan. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya. Si keledai menatap buku itu, dan tak lama kemudian mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus-menerus dibaliknya setiap lembar halaman buku itu sampai ke halaman terakhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. “Demikianlah,” kata Nasrudin, “keledaiku sudah bisa membaca.”

Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca?”

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.”

“Tapi,” tukas Timur Lenk dengan ketidak-puasannya, “bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?”

Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.”

Bagi pecinta lelucon, cerita di atas cukup untuk membuat kedua bibir merekah. Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Namun sebenarnya terdapat pesan mendalam dari anekdot di atas. Bukankah masih banyak manusia yang semisal keledai di atas? Allah bahkan sudah mengingatkan; “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dhalim.” (QS Jumuah: 5). Bagaimana dengan umat islam sendiri?

Fakta membuktikan angka buta huruf Alquran di kalangan mereka yang mengaku islam masih tinggi. Yang melek huruf dan bisa membaca hanya sebagian, kurang dari sepertiga. Itu pun hanya bisa membaca, belum bisa mengetahui isinya: arti dan maknanya. Jadi bukan hanya pemilik Taurat yang seperti keledai sebagaimana Allah sebut di atas, keadaan kita umat islam juga serupa bin sama.

Tak usah menunjuk hidung orang lain, saya pribadi mempunyai kebiasaan yang boleh disebut seperti keledai. Kenapa? Membaca alquran tidak bisa setiap hari. Mengaji al-hadits tidak bisa setiap minggu. Saya suka membawa Al-quran, al-hadits atau kitab sebagai bacaan setiap kali pergi ke kantor. Maksudnya ingin membaca atau menderesnya, jika ada waktu luang. Ternyata sampai saat pulang kembali, buku itu masih tersimpan rapi dalam tas. Tak ada waktu membukanya. Ia hanya nunut bertamasya setiap pagi ke kantor dan balik lagi ke rumah dibalik punggung saya. Saya memanggulnya setiap hari. Kadang saya kaget sendiri ketika membuka tas dan mendapati kitab itu ada di dalamnya. Dengan coolnya dia seperti menampar kesungguhan dan niat baik saya untuk mendalaminya. Astaghfirullah…!

Perilaku saya dalam hal ini, jika tidak saya kontrol dengan baik lambat – laun akan serupa dengan spirit ayat di atas. Wah, lupa deres. Wah, sibuk! Itu sudah menjadi jamak dan menjadi permakluman. Jika tidak dideteksi sejak dini, menyadari sedari awal, semakin banyak kita yang terlena. Hanya bangga punya al-quran dan al-hadits, tetapi cuma sekedar punya. Sekedar memajang atau membawanya. Tanpa mau bersusah – payah membuka, membuka lagi dan mempelajarinya. Tanpa mau dan peduli mengkaji dan menderesnya.

Oleh karena itu, saya melecut diri saya dengan mengumpamakan seperti keledai agar bangkit dan bersemangat lagi uthlubul ilma. Mencari ilmu. Biar semangat lagi deres atau mengulangnya. Semangat ngaji, kalau tidak mau jadi keledai beneran. Jangan sampai Al-quran dan hadits hanya menjadi pajangan saja. Jadi beban bawaan saja tanpa mau mendalami dan mendalaminya yang akhirnya kayak Yahudi, dari lupa kemudian mendustakan. Naudzubillah,,,!!! Semoga kita semua benar – benar menyadari ini semua dan segera merubahnya. Agar semakin lama, semakin khusyu dan istiqomah dalam tuntunan quran hadits yang membahagiakan ini. Apalagi kalau mengingat pesan Allah yang satu ini.

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS al-Hadiid:16)

Masa yang panjang, kehidupan yang tenang, kondisi yang nyaman tanpa halangan, kadang sangat melenakan. Apalagi jika banyak diisi dengan kelupaan dan kemalasan. Dan saya pikir, lebih beruntung keledai yang tak harus berpikir itu semua. Sebab perannya sebagai hewan, yang tak harus dihisap seperti manusia layaknya. Jadi, di kelindan jaman yang disebut modern ini, di kehidupan yang dilabeli globalisasi ini, masih sangat relevan kita meneriakkan peringatan; awas keledai! Sebab masih banyak tingkah – laku muslim sepertinya. Setuju?

Oleh: F.A.

Sumber : http://kmi-s.ppisendai.org

 

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Angka DH on Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII
  • Dimitri on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • ahmad shobirin on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • KRISHNA PURNAWAN CANDRA on Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan
  • Pri Adhi Joko Purnomo on Wali Kota Palembang Ajak LDII Berantas Buta Aksara Al Quran
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

May 24, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

May 27, 2025
Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

May 21, 2025
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

May 27, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

16
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

12
Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

4
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

4
Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

June 1, 2025
Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

June 1, 2025
KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

June 1, 2025
KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

June 1, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa June 1, 2025
  • Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan June 1, 2025
  • KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim May 31, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.