Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Pada suatu waktu, seseorang akan sampai pada pemahaman dan kesadaran tertentu yang indah. Cakrawalanya terbuka dan dengannya menembus horison. Pencerahan penuh nuansa. Misalnya, kenapa sepertiga isi dari Quran adalah cerita-cerita fenomenal. Yang dalam bahasa lainnya disebut kisah heroik. Tengoklah cerita Nabi Musa melawan Firaun. Paling banyak diulang, diulas dan diulang dibanding yang lain. Adakalanya memang kita perlu mengulang kisah-kisah heroik seperti ini. Bukan untuk gagah-gagahan, juga bukan anti kemajuan. Justru mengulangnya, seperti menyerap energi yang terkandung di dalamnya dan menggunakan untuk berjalan ke depan. Harapannya, dengan energi itu, menjadikan diri lebih kuat, mandiri serta semakin dekat dengan kemerdekaan diri ketika berdiri menghadap Ilahi Robbi. Memenuhi kewajiban, memenuhi panggilan dan menghamba sebenar-benarnya. Dan kita akan merasa bahwa selama ini kita masih memiliki jiwa yang terpasung, banyak gangguan dan masih banyak penghalang.
Demikian juga dengan kisah ini. Saat itu Perang Dzatur-Riqa’ baru saja usai. Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin kemudian memutuskan menginap di suatu tempat. Rasulullah menunjuk beberapa orang untuk berjaga bergantian. Seorang lelaki Anshor dan seorang lelaki Muhajirin yaitu Ammar bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyr. Selengkapnya tersaji dalam riwayat berikut ini.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي فِي غَزْوَةِ ذَاتِ الرِّقَاعِ فَأَصَابَ رَجُلٌ امْرَأَةَ رَجُلٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَحَلَفَ أَنْ لَا أَنْتَهِيَ حَتَّى أُهَرِيقَ دَمًا فِي أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ فَخَرَجَ يَتْبَعُ أَثَرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْزِلًا فَقَالَ مَنْ رَجُلٌ يَكْلَؤُنَا فَانْتَدَبَ رَجُلٌ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَرَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ كُونَا بِفَمِ الشِّعْبِ قَالَ فَلَمَّا خَرَجَ الرَّجُلَانِ إِلَى فَمِ الشِّعْبِ اضْطَجَعَ الْمُهَاجِرِيُّ وَقَامَ الْأَنْصَارِيُّ يُصَلِّ وَأَتَى الرَّجُلُ فَلَمَّا رَأَى شَخْصَهُ عَرِفَ أَنَّهُ رَبِيئَةٌ لِلْقَوْمِ فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ فَوَضَعَهُ فِيهِ فَنَزَعَهُ حَتَّى رَمَاهُ بِثَلَاثَةِ أَسْهُمٍ ثُمَّ رَكَعَ وَسَجَدَ ثُمَّ انْتَبَهَ صَاحِبُهُ فَلَمَّا عَرِفَ أَنَّهُمْ قَدْ نَذِرُوا بِهِ هَرَبَ وَلَمَّا رَأَى الْمُهَاجِرِيُّ مَا بِالْأَنْصَارِيِّ مِنْ الدَّمِ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ أَلَا أَنْبَهْتَنِي أَوَّلَ مَا رَمَى قَالَ كُنْتَ فِي سُورَةٍ أَقْرَؤُهَا فَلَمْ أُحِبَّ أَنْ أَقْطَعَهَا * رواه أبو داود
Dari Jabir dia berkata; Kami pernah keluar bersama Rasulullah ﷺ, yakni pada perang Dzat Ar-Riqa’, kemudian ada seseorang (dari kaum muslimin) yang menangkap istri seorang laki-laki kaum musyrikin. Maka dia (sang suami) bersumpah dengan berujar, “Saya tidak akan henti-hentinya membalas, sehingga aku dapat menumpahkan darah seseorang dari kalangan sahabat Muhammad.” Maka dia pun pergi mengikuti jejak Nabi ﷺ. Setelah Nabi ﷺ singgah di suatu tempat, beliau bersabda, “Siapa yang akan menjaga kita?” Maka seorang dari kaum Muhajirin dan seorang dari Anshar memenuhinya. Lalu beliau bersabda, “Berjagalah kalian berdua di mulut celah kedua bukit itu!” Jabir berkata; Tatkala kedua orang tersebut pergi ke celah bukit tersebut, laki-laki dari Muhajirin itu berbaring (tidur), sedangkan laki-laki dari Anshar berdiri (melaksanakan shalat), lalu laki-laki musyrik itu datang. Tatkala si musyrik itu melihat sosok orang Anshar tersebut, dia mengetahui bahwa orang Anshar itu adalah perintis pasukan, maka dia pun melemparkan anak panah ke arahnya dan mengenainya. Maka orang Anshar itu mencabut anak panah tersebut, sampai si musyrik memanahnya dengan tiga anak panah, lalu orang Anshar itu rukuk dan sujud. Kemudian sahabatnya (orang Muhajirin) terbangun. Tatkala si musyrik itu mengetahui bahwa para sahabat telah mengetahuinya, maka dia pun lari. Pada saat laki-laki Muhajirin itu melihat tubuh laki-laki Anshar itu berlumuran darah, dia berkata; Subhaanallah (Mahasuci Allah), mengapa kamu tidak membangunkanku ketika dia memanahmu pertama kali? Dia menjawab, “Waktu itu saya sedang membaca suatu surah, sementara aku tidak suka memotong bacaan tersebut.” (Rowahu Abu Dawud).
Beda dulu dengan sekarang. Kini, rasanya tidak akan ada benda tajam semisal panah yang akan melukai kita. Maksudnya, mengganggu ibadah shalat kita. Tapi banyak panah dalam bentuk lain yang datang mengganggu sholat kita. Bukan hanya dari musuh, kadang malah dari orang dekat kita, bahkan diri kita sendiri. Dari dunia informasi misalnya, mulai dari HP, media sosial, televisi, video adalah wujud panah-panah modern yang siap setiap saat mengganggu konsentrasi shalat kita. Tidak menembus kulit ari kita, tetapi langsung menembus batas nurani dan jiwa kita. Tidak ada darah yang tumpah, tapi banyak orang yang naik darah di mana-mana karenanya. Ketika lengang saat shalat berjamaah, tiba-tiba ada dering hp dengan ring tone lagu-laguan dari salah satu peserta shalat jamaah. Lagi enak-enaknya baca quran, tahu-tahu ada anak menyalakan TV dengan kencang. Terlambat bangun malam, gara-gara asik melihat video kiriman dari grup medsos sehingga terlambat ke peraduan. Dan masih banyak lagi yang lain.
Dalam hal bertumbuh dan mencari jalan pencerahan, bisa jadi kita memilik imajinasi yang sama dalam hal ini. Membayangkan betapa hebatnya orang-orang dulu itu, dan betapa jauhnya kita dari mereka. Khusyu’ dalam sholat. Tuma’ninah dalam gerak. Senang dengan baca Quran dan merasakan kehadiranNya dalam setiap jengkal jejak kehidupan. Ada rasa takjub. Ada rasa iri di hati. Bisakah kita seperti itu? Energi apa yang bisa kita dapatkan? Ya, kita masih jauh, tetapi akan lebih jauh lagi kalau kita tidak mau instrospeksi. Mengharap dan menyerap energi dari cerita-cerita inspiratif untuk kontemplasi ibadah kita. Dan bersyukur ada teladan yang bisa kita jadikan rujukan, walau berat meraihnya. Ada saatnya kita perlu mengulangnya. Kembali menikmati kata demi kata untuk mendapatkan hikmahnya.
alhamdulillahi jaza kallohu khoiro, atas perkelingnya, mudah mudahan kita menjadi orang yang khusuk dan tuma’ninah dalam sholatnya. Aamiiin
Muga allah senantiasa memberikan ketatapan iman, kebaikan serta sehat buat semua tim di website ini,,
MasyaAllah mantap sekali nasehatnya.. Semoga Alloh paring kesehatan kewarasan yang barokah bagi seluruh warga ldii