Saat ini muncul tren, orangtua yang memasukkan anak mereka ke sekolah sejak usia sangat dini, bahkan sejak usia satu tahun. Umumnya mereka merasa kecerdasan anaknya memungkinkan sekolah. Atau sebab lain, agar anak ada yang menjaga saat ditinggal ke kantor.
Namun sebelum memutuskan memasukkan anak di usia dini, sebaiknya pahamilah tentang usia anak yang tepat untuk memulai sekolah serta tanda-tanda kesiapannya.
Menurut dokter anak yang berpraktik di rumah sakit EMC Pekayon Bekasi, Andreas, sekolah di Indonesia umumnya terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat bermain, wajib dasar, menengah, dan tinggi, “Namun, orangtua dan anak bebas memilih untuk memulai dari tingkat bermain atau langsung ke tingkat dasar yang wajib,” katanya.
Pada tingkat bermain, seperti taman kanak-kanak (TK), biasanya anak bisa mulai sekolah sejak usia empat tahun. Sedangkan untuk sekolah dasar (SD) yang wajib, anak sebaiknya sudah berusia minimal enam sampai tujuh tahun.
“Namun, kapan sebaiknya anak mulai sekolah? Waktu dan usia untuk memasukkan anak ke sekolah sebaiknya didasarkan pada kesiapan psikososial serta keinginan anak untuk bersekolah,” tambah Andreas.
Umumnya, anak sudah menunjukkan minat untuk bersekolah sekitar usia tiga sampai empat tahun. Pada usia ini, anak sudah bisa mengungkapkan keinginannya untuk bersekolah setelah melihat anggota keluarga atau teman-temannya bersekolah.
Namun, bagaimana jika anak sudah memasuki usia sekolah tetapi masih belum menunjukkan minat untuk bersekolah? “Bunda tidak seharusnya memaksanya untuk langsung masuk sekolah,” jelas Andreas. “Namun, hal ini juga tidak berarti Bunda harus pasif. Bunda perlu membantu anak agar siap dan memiliki keinginan untuk bersekolah.”
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak anak belajar tentang lingkungan sekolah, menjemput kerabat yang bersekolah, atau mengajak anak bermain dengan teman-temannya seusianya.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk tetap aktif dalam memantau keinginan anak untuk mulai bersekolah tanpa menunda-nunda. Menurut American Academy of Pediatrics, menunda sekolah dapat menghambat perkembangan sosial anak.
“Selain menumbuhkan minat belajar, orangtua juga perlu mempertimbangkan kesiapan anak dalam menentukan usia yang tepat untuk memulai sekolah,” kata Andreas.
Faktor kesiapan ini mencakup kemampuan psikososial anak, seperti mengelola emosi, mengikuti instruksi, dan fokus pada tugas. Orangtua juga perlu memperhatikan apakah anak merasa cemas saat ditinggal.
“Bunda dapat mengurangi kecemasan anak dengan menjelaskan bahwa perpisahan ini hanya bersifat sementara, dan anak akan bertemu kembali setelah waktu sekolah selesai,” sarannya.
Selain itu, perkembangan fisik dan motorik juga menjadi faktor penting. Orangtua perlu memperhatikan apakah anak sudah memiliki kemampuan dasar seperti memegang pensil, berpakaian sendiri, atau bahkan koordinasi tubuh seperti berlari dan melompat.
“Tidak kalah penting, pastikan anak mendapatkan nutrisi lengkap untuk mendukung kesiapan belajarnya,” tambah dr. Andreas.
Selain makanan bergizi, lanjut Andreas, susu pertumbuhan dengan tambahan nutrisi seperti DHA, minyak ikan, dan omega 3 dan 6 juga dapat membantu perkembangan anak.
“Dengan memperhatikan semua faktor ini, orangtua dapat memastikan bahwa anak siap untuk memulai perjalanan pendidikannya dengan baik,” pungkasnya. (FWI/LINES)