Jombang – “Setiap harinya, pertambahan pecandu narkoba mencapai 40-50 orang. Sementara angka pecandu narkoba di Indonesia mencapai 5 juta orang,” ungkap Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Ali Djohardi Wirogioto yang berkunjung ke Pondok Pesantren Gadingmangu, Jombang, Jawa Timur pada Minggu(20/01).
Ia mewakili Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso, untuk menyampaikan Wawasan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dan Prekursor Narkotika di Kalangan Pelajar dan Santri Ponpes Gadingmangu. Acara yang dihelat di aula Pesantren Gadingmangu itu dihadiri sekitar 3.000 siswa sekolah SMU Budi Utomo yang sekaligus santri pesantren tersebut.
“Penyalahgunaan narkotika menyebabkan rusak permanen pada otak. Dan pecandu narkoba hanya memiliki dua pilihan, masuk rumah sakit atau mati. Bila generasi muda bangsa ini menjadi pecandu narkoba, bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia pada 2030, tidak akan ada artinya,” kata Ali Djohardi Wirogioto.
Ali mengingatkan, bahwa Indonesia bukan lagi pasar narkoba tapi sudah menjadi negara produsen. Menurut Ali, BNN telah mengungkapkan hampir semua narkoba ada di Indonesia. Di Amerika Utara dan Eropa hanya mengenal lima jenis narkoba, sisanya yang ratusan itu digolongkan sebagai sampah, lalu diekspor ke Indonesia. Sementara, Indonesia merupakan penghasil ganja terbaik di dunia yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi di dunia.
“BNN memerlukan kerja sama dengan semua pihak berdasarkan kemampuan masing-masing. Pesantren Gadingmangu dan pesantren LDII lainnya, bisa ambil peran. Apalagi LDII telah melarang merokok warganya, dengan demikian pintu untuk mencoba narkoba menjadi sulit,” imbuh Ali.
Sementara itu Asisten I Bupati Jombang, Purwanto, mengingatkan penyalahgunaan narkotika merupakan bahaya laten. Meskipun BNN Jombang belum berdiri, bukan berarti kasus narkoba di Kabupaten Jombang tidak ada, “Justru, karena Polres Jombang bekerja dengan keras dan baik, peredaran narkoba di kabupaten ini dapat ditekan,” ujar Purwanto.
Ia mengatakan, Pemkab Jombang memiliki komitmen yang kuat untuk memberantas narkoba. Menurutnya, Polres Jombang menempati urutan ketiga terbaik dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika di Jawa Timur, “Untuk itu budaya anti-narkoba ini harus dikuatkan di Jombang dan di pesantren-pesantren,” imbuh Purwanto. Ia mendukung penyelenggaraan Wawasan P4GN, kerja sama antara DPW LDII Jawa Timur dan BNN, serta Pondok Pesantren Gadingmangu.
Dalam sambutannya, Ketua DPW LDII Jawa Timur H.M. Amien Adhy mengatakan DPW LDII Jawa Timur telah membudayakan anti-narkoba dengan mencegah penyalahgunaan narkoba sejak dini. Para ulama LDII, menurut Amien Adhy telah memberikan ijma’ mengharamkan rokok bagi setiap warga LDII. Hal itu untuk mencegah warga LDII, terutama generasi muda, untuk mencicipi narkoba.
Sebagai langkah pencegahan, DPW LDII Jawa Timur dan BNN pada 23 Mei 2017, mengadakan kerja sama melakukan tes urin secara acak terhadap 100 santri di Pesantren Wali Barokah Kediri. Dari tes itu, terbukti tak satupun santri Pesantren Wali Barokah yang menggunakan narkoba atau 100 persen negatif.
Bagi LDII pencegahan penyalahgunaan narkotika sangat penting, karena narkotika mampu merusak generasi di masa mendatang, “LDII memiliki program mewujudkan Tri Sukses Generasi Penerus, yakni mencetak generasi yang paham agama, berakhlak mulia, dan mandiri. Dengan kami menutup celah pengaruh narkoba di kalangan generasi muda, khususnya generasi muda warga LDII,” papar Amien Adhy.