Allah SWT menyukai keindahan, itulah yang menyebabkan setiap muslimah dituntut menjaga kebersihan, kerapian, dan keindahan. Untuk tampil indah, terkadang wanita kerap mengabaikan syar’i, hal itulah yang menjadi perhatian PC LDII Kembangan, Meruya Utara, Jakarta Barat dengan menghelat seminar “Beauty on Hijab”.
Urusan cantik namun syar’i seperti berjalan sendiri-sendiri. Tapi sebenarnya tidak. Kecantikan dan syar’i adalah kesatuan. Begitulah keyakinan desainer busana muslim Fatimah Rommy. Di tangan Fatimah, kecantikan dan syar’i menjadi padu padan yang indah. Acara yang dihelat dihelat di Masjid An-Nur pada 19 Oktober 2014 silam itu mengundang remaja putri seluruh PC LDII Kembangan.
Dengan kepiawaiannya itu, Fatimah Rommy mampu mempesona peserta dengan desain busana yang syar’i namun tetap cantik. “Cantik itu jauh dari fenomena jilboobs, yang menjangkiti umat muslim khususnya remaja putri yang ingin berhijab modis, namun belum paham bagaimana seharusnya berbusana muslimah sesuai syariah,” papar Fatimah Rommy.
Keputrian PC LDII Kembangan menjadikan Fatimah Rommy sebagai narasumber bukannya tanpa alasan. Wanita yang akrab disapa Mbak Rommy ini seorang desainer busana muslimah kelas wahid dan sudah memiliki merek “Frostya by Miyromiiy”. Selain itu Rommy juga pernah tergabung dalam Hijabers Community Jakarta dan menjabat sebagai komite bendahara pada komunitas tersebut. Meski telah berkeluarga, Rommy adalah sosok yang muda dan enerjik. Ia terus berkarya di level teratas. Rommy bersama desainer LDII yang lain, seperti Aprilla dan Jenahara, memiliki brand yang kuat di industru busana muslimah.
Menurut Rommy, remaja putri PC LDII Kembangan cukup kreatif dalam berhijab yang sesuai syariah. Menurutnya dengan perkembangan zaman, remaja putri dapat melihat tutorial hijab dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan lain sebagainya. “Konsep hijab syariah harus sesuai dengan tuntutan agama seperti menutup bagian dada atau aurat yang seharusnya tidak boleh dilihat lawan jenis, seperti rambut dan lekukan leher. Gunakan jilbab yang tidak tipis dan menerawang serta bahannya agak tebal,” ujar Fatimah Rommy.
Namun demikian, dalam mendefinisikan “cantik” tentu masyarakat memiliki pandangan masing-masing. Sebagai umat Islam hendaknya tidak ikut-ikutan. Selain menutup aurat juga perlu menghindari wangi-wangian yang memunculkan syahwat ataupun pakaian yang ketat, serta tidak menyerupai lelaki. Seorang muslimah hendaknya menjaga pandangan dan niatnya ditata karena Allah SWT bukan untuk mengumbar syahwat. Rommy menyitir hadits: “Sesungguhnya Allah SWT itu indah dan mencintai keindahan.”
Keindahan dapat dipadu padankan agar muslimah terlihat cantik. Menurut Rommy, berpakaian syar’i yang cantik adalah dengan padu padan atau mix and match yang sesuai dan tidak berlebihan. Mulai dari pemilihan model baju, warna, bahan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat. Jangan mengenakan baju dengan warna-warna yang mencolok. “Jika baju sudah terlalu banyak motif, bisa memakai jilbab yang polos. Kalau baju sudah warna terang, bisa memilih jilbab warna netral, warna dasar, atau warna gelap,” saran Rommy.
Ia menyarankan, untuk tampil cantik tidak perlu make up yang berlebihan. Cukup disesuaikan dengan kebutuhan, baik untuk sehari-hari maupun untuk acara tertentu seperti undangan pesta. Selain itu pemilihan model jilbab sebaiknya tidak terlalu rumit. Sebisa mungkin tidak memakai jarum pentul yang terlalu banyak sehingga membuat kita tidak nyaman. Material jilbab sebaiknya tidak licin, terlalu tebal atau tipis. “Untuk mengatasinya, bisa menggunakan daleman atau inner ninja yang menutupi kepala sampai dada,” begitu tutur Rommy dengan semangat.
Kehadiran Rommy memberi warna baru bagi para remaja putri LDII, yang selama ini hanya mendapat teori bagaimana mengenakan hijab dari pengajian yang rutin mereka ikuti. Seminar “Beauty on Hijab” memperkaya khazanah remaja putri PC LDII Kembangan dalam berhijab namun sesuai syariah. (Khoir/LINES)