Jakarta (25/4). Setiap 26 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN). HKBN merupakan gagasan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ketua DPP LDII Bidang Pengabdian Masyarakat Rubiyo mengatakan, tujuan dari HKBN agar bisa meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat agar Indonesia Tangguh Bencana.
Menurutnya, bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir. Hal itu, disebabkan oleh anomali global atau pun perubahan iklim yang sulit diprediksi mengakibatkan curah hujan tinggi.
“Ini menjadi faktor penyebab terjadinya bencana akhir-akhir ini,” ujar Rubiyo saat ditemui di Kantor DPP LDII Jakarta, Minggu (21/4).
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menyebut, DPP LDII bekerja sama dengan stakeholder terkait termasuk Senkom Mitra Polri dalam penanganan bencana. Harapannya, penanganan bencana dapat dilakukan secara terstruktur.
“Ini merupakan pengabdian untuk masyarakat dan ini salah satu hal yang harus dipertimbangkan dan penangannya juga harus dilakukan secara terstruktur,” ujar Profesor Riset itu.
Peringatan HKBN tahun 2024 mengangkat tema “Siap untuk Selamat” dengan subtema “Indonesia Tangguh, Indonesia Hebat”. Menurutnya, kebencanaan tidak hanya berdampak pada materil namun bencana juga berdampak pada perkonomian masyarakat.
“Tema yang diambil merupakan semangat untuk bagaimana mengembalikan kepercayaan masyarakat sehingga mendukung tumbuh kembang ekonomi pascakebencanaan,” ungkapnya.
Upaya mitigasi bencana menjadi salah satu langkah yang sangat penting. Agar masing-masing individu mampu mengurangi resiko kebencanaan.
“Pertama memahamkan masyarakat bahwa selain anomali, kebencanaan juga merupakan dampak dari alam, misalkan salah pengelolaan lahan termasuk penebangan hutan secara liar dan mengonversi menjadi tanaman lain,” papar Rubiyo.
Akibatnya daya tahan untuk menahan air sangat lemah, yang menjadi salah satu penyabab terjadinya bencana. Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar saat mengonversi lahan harus mempertimbangkan konservasi tanah dan air. “Sehingga bisa meminimalkan terjadinya bencana khususnya banjir,” ungkapnya.
Sementara itu, Anggota Departemen Pengabdian Masyarakat Wempy Aulia mengatakan, LDII sering berpartisipasi aktif dalam penanganan bencana di antaranya, pengumpulan dan pendistribusian bantuan untuk para korban bencana.
“Selain itu, kami juga memberikan bantuan trauma healing kepada korban bencana dengan menerjunkan para ustadz dan ustadzah pascabencana di lingkungan sekitar bencana,” ujarnya.
Ia menambahkan, bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Untuk itu, program Go Green menjadi salah satu program prioritas LDII dalam melakukan langkah preventif.
“LDII telah mencanangkan program Go Green sebagai wujud mengedukasi warganya dalam hal preventif atau pengelolaan resiko bencana,” tutupnya.