Jombang (11/11). DPD LDII Jombang menggelar penyuluhan pertanian dan pembagian bibit unggul. Acara yang dipusatkan di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang itu dihadiri sekitar 1.000 warga LDII. Acara ini merupakan program ketahanan pangan anggota Komisi IV DPR RI Ir Mindo Sianipar bekerja sama dengan DPD LDII Jombang.
Acara ini merupakan tindak lanjut Rakernas LDII pada Oktober lalu. Dari delapan bidang pengabdian LDII kepada bangsa, ketahanan pangan merupakan program kerja unggulan LDII. Dalam bidang ini LDII mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan DPR RI.
Acara yang dihadiri sekitar 1.000 orang ini, dirangkaikan dengan pengajian umum, “Para peserta umumnya adalah petani, mereka mendapat berbagai pengetahuan penting mengenai cara menanam padi yang benar sehingga hasil panennya tinggi,” ujar Tamsir, staf dan koordinator lapangan program ketahanan pangan dari Mindo Sianipar.
Dalam acara itu, Mindo memberikan berbagai kiat agar bibit padi MSP (Mari Sejahterakan Petani) bisa memberikan hasil panen yang optimal, “Para petani itu sering salah kaprah, padi yang hijau dan rimbun dianggap subur. Padahal yang dibutuhkan bulir padi bukan batang padi yang rimbun,” ujar Mindo. Maka menanam padi MSP butuh perlakuan khusus, misalnya memperhatikan jarak tanam dan pemupukan – yang sebaiknya menggunakan pupuk organik.
“Jarak tanam antara 24-30 cm antarbatang padi. Jarak tanam ini sangat penting karena MSP bila dirawat dengan benar satu tangkai padi MSP mencapai 200-300 bulir padi,” kata Mindo. Bandingkan dengan padi lain yang maksimal sekitar 180 bulir. Padi MSP hanya memerlukan 3 ton pupuk organik atau kompos dalam satu hektar.
Cara pembuatannya juga mudah, kotoran ternak dicampur dengan batang padi kering disiram dengan cairan yang mengandung bakteri. Nah, dengan demikian pertanian dengan padi MSP sangat ramah lingkungan. Karena limbah ternak pun bisa dimanfaatkan, “Ketahanan pangan menjadi penting, pasalnya dalam setahun 100.000 hektar lahan pertanian beralih fungsi, sementara pertumbuhan lahan baru hanya 6.000 hektar per tahun,” ujar Mindo.
Sebagai solusi, Mindo menawarkan penggunaan bibit unggul dan teknologi tepat guna dalam bidang pertanian, dan manajemen pertanian, “Hal yang paling utama dari ketahanan pangan adalah petani bisa memberi nilai tambah pada produknya dan mengetahui situasi pasar untuk menjual produk,” papar Mindo.
Dalam acara ini Mindo menyerahkan bantuan berupa bibit padai MSP, larutan bakteri untuk pembuatan pupuk organik, dan bibit singkong unggul dari Nangrek, Jawa Barat. Baik bibit padi MSP dan singkong bisa ditanam ulang terus-menerus.
Untuk meningkatkan produktivitas, Mindo menggelar lomba di kalangan petani. Bagi mereka yang menanam singkong unggul, saat panen bisa mendapatkan singkong seberat 23 kg ke atas, Mindo memberi hadiah seekor sapi, “Dengan hadiah seekor sapi, kami berharap petani terpacu produktivitasnya dengan merawat tanaman singkongnya dengan baik,” papar Tamsir.