Jakarta (23/8). Penggunaan internet di dunia yang melambung tinggi, yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Terlebih lagi untuk generasi milenial tidak bisa lepas dari yang namanya teknologi digital, yang wujudnya adalah smartphone, internet dan otomatisasi kehidupan dan sistem produksi baik barang maupun jasa, baik itu untuk kehidupan sehari-hari maupun pada kegiatan bisnis.
Solusi dapat diperoleh secara lebih cepat, karena dunia telah bertambah fungsi yaitu menjadi laboratorium global. Jawaban atas berbagai persoalan bisa diperoleh dari seluruh pelosok dunia, melalui perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menyikapi keadaan tersebut rencananya DPP LDII bakal menggelar lokakarya nasional yang fokus kepada bidang pendidikan dan ekonomi. Lokakarya nasional ini menjadi penting, pasalnya, dunia sedang diterjang gelombang industri 4.0 atau yang dikenal sebagai era digital.
“Era digital yang termasuk didalamnya Industri 4.0 ini menciptakan perubahan besar, di bidang ekonomi, yang mengubah cara orang berproduksi, berinvestasi, distribusi dan konsumsi. Sementara di dunia pendidikan, memberi pilihan-pilihan bagaimana siswa belajar dari sisi substantif, yang juga perlu penyesuaian metode dan instrumen pembelajarannya.
Era disrupsi diupayakan menjadi era peluang, yang memindahkan aktivitas sosial, politik, dan ekonomi dari alam nyata ke alam maya, memang memerlukan upaya serius. Menurut Prasetyo, semua manusia tak ada yang berpikir bahwa dunia bisa seperti ini. Terjadinya economic shifting sangat terasa, yang mengakibatkan taksi dan rental mobil kewalahan menghadapi taksi online. Bahkan pameran komputer sepi, karena masyarakat bisa beli secara online, demikian pula retail.
Sementara di bidang pendidikan, sangat memungkinkan lembaga-lembaga kursus atau les, harus mengubah proses pembelajarannya, karena terdapat aplikasi yang memungkinkan siswa atau orangtua memilihkan guru les, seperti ruangguru.com dan aplikasi cara memperoleh knowledge/pengetahuan.
Tanpa antisipasi atau pengetahuan yang cukup dalam penggunaan instrumen digital, masyarakat bisa kehilangan mata pencaharian. Namun di sisi lain, bila mampu memanfaatkan, era digital memberi kesetaraan bagi semua orang untuk mengakses kesejahteraan, membuka usaha, bahkan menjadi artis di Youtube, tanpa harus membintangi film atau membuat karya seni yang hebat.
“LDII berupaya mendorong warganya untuk bisa beradaptasi dengan era digital dan revolusi industri 4.0, agar imbas terpuruknya ekonomi, bisa disiasati dengan memanfaatkan kemudahan-kemudahan di era digital ini.”
Kegiatan ini dilakukan LDII, sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan digital yaitu digital divide yang mempunyai arti, sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ICT)
Sementara di sisi lain, juga perlu pengenalan bahwa pengembangan ekonomi berbasis bagi-hasil akan merupakan mitra alamiah dengan ekonomi digital, karena pola penggalangan dana investasi juga semakin beragam, karena itu perlu semakin memahami pola-pola crowd fund.
“Dunia pendidikan dan ekonomi merupakan tulang punggung bangsa untuk menjadi bangsa yang maju, untuk itu kedua hal ini harus bisa beradaptasi dengan era digital. Khususnya usaha-usaha yang dikelola dalam bentuk koperasi-koperasi majelis taklim dan bentuk – bentuk gig ekonomi.
Lokakarya rencananya digelar pada 10-13 September tersebut, akan dihadiri sejumlah akademisi dan praktisi di bidang pendidikan dan ekonomi. Dari sisi teoritis, peserta bisa memahami gejala atau fenomena, sementara para praktisi akan memberikan pengalamannya di era digital dan industri 4.0.(*)