Sepakbola Indonesia baru saja berduka karena kehilangan salah satu pemain andalannya Alfin Lestahulu, pemain nasional U-16 ini meninggal pada kamis 31 Oktober 2019 di RS Harapan Kita Jakarta. Dokter mendiagnosis Alfin terserang Encephalitis dengan hypoalbumin.
Situs Encephalitis Society mengungkapkan bahwa sekitar 500 ribu orang mengalami kondisi ini secara global tiap tahunnya. Sementara tingkat kesadaran publik terkait penyakit ini hanya 22%, alias 78% tidak mengetahui apa itu Encephalitis.
Encephalitis sendiri adalah peradangan (inflamasi) pada otak, banyak faktor penyebab penyakit ini antara lain virus, seperti rabies, herpes, mumps, measles, chickenpox, HIV, dan sebagainya. Bakteri, seperti bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis dan tuberculosis. Jamur, seperti paling sering disebabkan oleh candida. Parasit, seperti toxoplasma. Bahan kimia, seperti alkohol dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Penyakit autoimun, seperti Rasmussen’s encephalitis. Juga karena faktor kanker atau keganasan.
Proses infeksi penyakit ini dapat terjadi secara primer maupun sekunder. Pada infeksi primer, patogen tersebut langsung menyerang otak. Pada infeksi sekunder, patogen tersebut menyerang daerah lain selain otak dan tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun tubuh, akibatnya dapat menyebar ke otak dan menimbulkan peradangan di otak. Timbulnya gejala encephalitis pada infeksi sekunder, biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu setelah infeksi awal terjadi.
Virus yang paling sering menyebabkan encephalitis adalah virus herpes simpleks yang biasa menyerang di usia 20- 40 tahun. Virus herpes simpleks ada 2 tipe, yaitu tipe 1 yang menyerang daerah sekitar mulut dan tipe 2 yang menyerang daerah genital.
Gejala dari viral encephalitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks timbul 2-3 minggu setelah infeksi virus herpes simpleks di daerah mulut atau genitalia, dimana akan timbul seperti bintil-bintil merah berisi cairan yang mudah pecah dan menjadi luka keropeng. Sebagian besar pasien yang terinfeksi dengan gejala yang ringan – sedang, dapat sembuh total. Sedangkan pasien mengalami infeksi berat juga dapat sembuh, namun ada kerusakan pada sistem sarafnya yang bersifat menetap.
Manusia dengan kemampuan sistem imun yang rendah terutama penderita HIV/AIDS atau mengalami gangguan sistem imun lainnya, lebih mudah terserang encephalitis. Beberapa jenis encephalitis dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berada di daerah tertentu; terutama pada musim semi, musim panas dan musim gugur.
Pada bayi, dapat dicurigai terkena ensefalitis melalui pola makan yang buruk, sangat rewel dan terus menerus menangis, mual dan muntah, ubun-ubun yang menonjol, dan tubuh yang kaku. Bayi harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat.
Pada anak-anak dan orang dewasa, gejala encephalitis ringan bisa saja tidak menimbulkan gejala sama sekali atau hampir mirip dengan gejala flu, seperti : demam, nyeri kepala, lemas, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan, kaku pada leher dan punggung, nafsu makan menurun, mual dan muntah, tidak dapat berdiri tegak, gangguan koordinasi gerak, serta sangat sensitif terhadap cahaya.
Akan tetapi pada kasus yang lebih berat, encephalitis dapat mengancam nyawa. Keluhan yang timbul seperti kejang, kelumpuhan, hilang ingatan, delirium dan halusinasi, gangguan penglihatan, gangguan berbicara dan pendengaran, gangguan orientasi tempat dan waktu, serta gangguan kesadaran.(latifah/lines)
pict source: linkedin