Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
  • Home
  • Organisasi
    • TENTANG LDII
    • SUSUNAN PENGURUS DPP LDII 2021-2026
    • 8 BIDANG
    • MATERI MUNAS IX 2021
    • MENYIKAPI WABAH COVID-19
    • FATWA MUI
  • DAFTAR WEBSITE LDII
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Materi Webinar DPP LDII
  • Home
  • Organisasi
    • TENTANG LDII
    • SUSUNAN PENGURUS DPP LDII 2021-2026
    • 8 BIDANG
    • MATERI MUNAS IX 2021
    • MENYIKAPI WABAH COVID-19
    • FATWA MUI
  • DAFTAR WEBSITE LDII
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Materi Webinar DPP LDII
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Essai Kehidupan (6): Pembanding

_admin by _admin
May 18, 2009
in Nasehat
0
Esai Kehidupan (22)
155
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Kalau kita cermati, hidup itu ternyata banyak tergantung pada masalah sikap. Artinya bagaimana kita menyikapi segala sesuatu yang berada dan datang kepada kita. Kalau kita menyikapi dengan posistif, maka positiflah hasilnya. Sebaliknya kalau kita menyikapi dengan negatif, maka negatiflah hasilnya. Para pakar leadership sering menyebutnya dengan respon. Bahasa mbah mannya persangkaan sebagaimana disebutkan, dalam hadits qudsi bahwa Allah berfirmah: Ana indza dhonni abdi bihi – Aku di sisi persangkaan hambaku dengan sikap itu.

Masalahnya, bagaimana kalau ternyata kenyataan tidak sesuai dengan keinginan kita? Kita membayangkan ketemu yang baik, kita sudah setting up mind kita dengan hal yang baik, ternyata malah ketemu yang menyulitkan. Ketemu dengan yang jelek, lagi membuat stress. Di luar dugaan. Disinilah letaknya tuntutan mempunyai kepandaian hati dan pikiran untuk membuat pembanding, sebagai respon atas situasi yang ada dan melanjutkan bibit sikap positif – husnudhon kita yang sudah kita tanam dari awal. Jangan malah membuat situasi layu sebelum berkembang. Sebab modal kita sudah positif. Situasi tak terduga merupakan pupuk husnudhon billah kita. Dengannya kita bisa tampil beda, maka akan lebih berdaya menghadapi manisnya hidup di dunia ini.

Ada bermacam cara respon yang diberikan terhadap situasi di atas. Namun ada satu hal yang paling mujarab guna menghadapinya, yaitu kelihaian mengambil pembanding yang tepat – nandes – agar hati dan pikiran kita terjaga, hidup diliputi sikap yang positif terus, serta benih husnudhon berkembang berbuah dan situasi menjadi terkendali. Artinya hidup kita selalu hasanah, selalu bahagia, yang kita nikamti setiap waktu. Tanpa terpengaruh situasi sekitar di luar diri kita. Salah mengambil pembanding, berbahaya akibatnya.  Ingatlah falsafah untungnya wong jowo. Ketika terjadi suatu kecelakaan terus korbannya meninggal, sebagai ungkapan baiknya mereka bilang; untung mati, mungkin kalau hidup pasti nyusahin yang masih hidup dan cacat seumur – umur. Misal korban hidup, mereka juga berteriak untung. Katanya, untung gak mati, kalau mati panjang urusannya. Nyawa nggak ada yang jual. Pasti repot ngurus sana, ngurus sini. Jadi semua disikapi dengan hal yang positif – husnudhon – mental bersyukur yang dahsyat. Dunia tidak tersisa, kecuali baiknya.

Suatu hari, Nasrudin lari terbirit-birit menemui gurunya. Begitu bersua dengannya, dengan napas tersengal – sengal dan tanpa permisi ia langsung nerocos minta tolong; ”Tolong Guru, tolonglah saya. Rumah saya jadi neraka. Ada isteri cerewet, mertua yang banyak maunya, putera – puteri yang ribut serta sepupu – sepupu yang lari kesana – kemari. Apa pun yang Guru sarankan saya berjanji akan saya lakukan, asal nerakanya hilang, surganya datang”.

 Yakin Nasrudin akan memenuhi janjinya, Gurunya pun bertanya; ”Apakah kamu punya binatang piaraan?”. Dengan satu tarikan nafas yang dalam Nasrudin menyebut ada tiga angsa, empat itik, lima bebek, enam ayam, tujuh kambing, delapan kelinci serta sembilan burung. Karena itu, sang Guru menyuruh Nasrudin memasukkan semua binatang piaraan itu ke dalam rumah. Dan juga semua manusia harus berada di dalam rumah, kemudian tutup pintu dan jendela rapat – rapat. Selama sebelas hari tidak boleh ada satu pun yang keluar dari rumah, baik itu manusia maupun binatang.

 ”Tapi, tapi, tapi…..”, sahut Nasrudin dengan nada gugup.  Dengan sigap gurunya menjawab; ”Jangan lupa, tadi kamu sudah berjanji”. Dan terpaksalah  Nasrudin kembali ke rumah untuk melaksanakan perintah Gurunya dalam rangka mendapatkan surga di rumahnya.

Sebelas hari kemudian, Nasrudin datang dengan langkah jauh lebih kacau dan lebih amburadul dari sebelumnya. Muka ditekuk dan langakah diseret. ”Tolong Guru, tolong, jangankan manusia, bahkan kambing pun sudah hampir gila sebelas hari terkurung di dalam rumah”. Dengan tersenyum bijaksana Gurunya berucap; ”Sekarang keluarkan semua binatang piaraan itu. Ajaklah semua anngota keluarga bergotong – royong dengan penuh kegembiraan. Bersihkan dan bereskan rumah kalian bersama – sama”.

Beberapa waktu kemudian selesai melaksanakan perintah Gurunya untuk bersih – bersih, Nasrudin mendatangi rumah Gurunya dengan wajah damai, tenang dan ceria. Dengan penuh keheningan dia berkata; ”Terima kasih Guru, sekarang rumahnya sudah jadi surga”.

Cerita di atas adalah gambaran bagaimana menyikapi kehidupan dengan mengambil pembanding yang tepat agar mendapatkan manfaat yang besar yaitu kebahagiaan karenanya. Dalam kata lain – mendapatkan surga dunia. Manusia dari dulu selalu punya masalah yang pelik dan susah, sehingga sebuah kehidupan, rumah tangga misalnya, bisa berubah menjadi neraka dunia bagi penghuninya. Untuk membuatnya jadi surga perlu pembanding, yang pada akhirnya bisa merubah sikap dari negatif ke positif. Kalau yang menjadi ukuran itu serba ke atas, lebih kaya, lebih cantik, lebih gagah, lebih tinggi, lebih terkenal, lebih bijaksana, dll, maka kunci surga kebahagiaan tak akan pernah terbuka. Bahkan semakin terkunci rapat. Akan tetapi jika, pembandingnya itu yang serba ke bawah, lebih rendah, maka pintu – pintu kebahagiaan dengan sendirinya terbuka lebar. Dalam lelucon di atas, untuk membuka pintu kesadaran manusia dipersamakan dengan hewan piaraan. Inilah maksud mengambil pembanding itu.

Salah satu resep yang diberikan Rasulullah SAW dalam masalah dunia adalah lihatlah kepada orang yang lebih bawah, jangan melihat orang yang lebih atas. Namun banyak orang yang sulit untuk hanya sekedar menundukkan kepala, melihat ke bawah. Mungkin karena kepala letaknya ada di atas. Bayangkan seandainya kepala itu ada di bawah, tentu tidak susah bagi kita untuk melihat ke bawah. Sayang yang ada di bawah hanya mata kaki, yang tidak bisa melihat apa – apa lagi.

 Jadi, kalau kita bisa sabar dan banyak syukur dalam hidup ini, maka surga kebahagiaan dunia yang tampak. Sebaliknya jika, kita selalu mengeluh dan merasa kurang terus, maka tampaklah neraka dunia sepanjang mata memandang dan kepala berpaling. Nah, jika situasi terakhir ini yang terjadi, apa bedanya manuisa dengan binatang…? Pertanyaan yang tak perlu dijawab.
oleh: Faizunal Abdillah

Share this:

  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • Telegram

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Mujiarso on Ridwan Kamil: Saya Salut LDII Sudah Berikhtiar menjadi Agen Pembangunan Bangsa
  • Joko Yuliyanto on Diresmikan Wali Kota Gibran Rakabuming, SMA Budi Utomo Ajarkan Materi Bela Negara
  • Sopyan on Masalah Kebangsaan Kian Kompleks, LDII Ajak Berdayakan Juru Dakwah
  • Sopyan on Masalah Kebangsaan Kian Kompleks, LDII Ajak Berdayakan Juru Dakwah
  • Sahrudin on Gudep Sultan Agung Bekasi Bina Generasi Muda Melalui Latihan Kepramukaan
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Tembus Rp400 Miliar, Begini Cara Warga LDII Berkurban

Tembus Rp400 Miliar, Begini Cara Warga LDII Berkurban

August 2, 2020
Ridwan Kamil: Saya Salut LDII Sudah Berikhtiar menjadi Agen Pembangunan Bangsa

Ridwan Kamil: Saya Salut LDII Sudah Berikhtiar menjadi Agen Pembangunan Bangsa

December 24, 2020

Prasetyo Sunaryo, Tokoh Pemikir dan Ketua DPP LDII Meninggal Dunia

August 9, 2020
Bangga, Generus LDII Raih Award di Konferensi Bergengsi Jepang

Bangga, Generus LDII Raih Award di Konferensi Bergengsi Jepang

March 10, 2021
Tembus Rp400 Miliar, Begini Cara Warga LDII Berkurban

Tembus Rp400 Miliar, Begini Cara Warga LDII Berkurban

72
Tanpa Pancasila, NKRI Ambruk

Tanpa Pancasila, NKRI Ambruk

44
Mengenang KH Kasmudi Asshidiqie, Wanhat DPP LDII yang Rendah Hati

Mengenang KH Kasmudi Asshidiqie, Wanhat DPP LDII yang Rendah Hati

37

Prasetyo Sunaryo, Tokoh Pemikir dan Ketua DPP LDII Meninggal Dunia

32
Ihsan

Ihsan

June 30, 2022
Badan Kerja Sama Umat Agama Kota Bitung Studi Banding Kunjungi LDII DIY

Badan Kerja Sama Umat Agama Kota Bitung Studi Banding Kunjungi LDII DIY

June 30, 2022
Ponpes Wali Barokah Terima Pembekalan Pengelolaan Perpustakaan dari Disperpusip Jawa Timur

Ponpes Wali Barokah Terima Pembekalan Pengelolaan Perpustakaan dari Disperpusip Jawa Timur

June 29, 2022
LDII Sukoharjo Adakan Fatahillah CUP 2022 Wujudkan Kekompakan dan Kerukunan

LDII Sukoharjo Adakan Fatahillah CUP 2022 Wujudkan Kekompakan dan Kerukunan

June 29, 2022

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Ihsan June 30, 2022
  • Badan Kerja Sama Umat Agama Kota Bitung Studi Banding Kunjungi LDII DIY June 30, 2022
  • Ponpes Wali Barokah Terima Pembekalan Pengelolaan Perpustakaan dari Disperpusip Jawa Timur June 29, 2022

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Sitemap
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

  • Home
  • Contact
  • Sitemap
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • Home
  • Organisasi
    • Tentang LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Bidang
    • MATERI MUNAS IX 2021
    • Menyikapi Wabah Covid-19
    • Fatwa MUI
  • Daftar Website LDII
  • Contact
  • Sitemap
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Materi Webinar DPP LDII

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.