Virus Ebola yang membuat Afrika panik rupanya sudah ditemukan sekitar 38 tahun yang lalu. Saat itu virus Ebola Zaire adalah yang pertama kali ditemukan setelah kasus kematian seorang guru, 44 tahun bernama Mabalo Lokela dari Yambuku. Virus yang diambil dari nama sungai di Zaire (sekarang Kongo) menyebar akibat penggunaan jarum suntik yang tidak tersterilisasi, serta proses pemakaman penderita yang kurang terjaga kebersihannya.
Kemudian pada akhir 1976, di Nzara, Sudan, virus ditemukan berasal dari para pekerja pabrik kapas setelah sebelumnya seorang pekerja terpapar virus. Namun baru mencuat pada Mei 2004 setelah ditemukan 20 kasus dengan 5 kematian di Yambio Country, Sudan. Virus Ebola Sudan ini merupakan spesies virus yang kedua.
Spesies yang ketiga disebut virus Ebola Reston yang ditemukan ketika pecah virus Simian Hemorrhagic Fever Virus pada kera pemakan kepiting dari Laboratorium Covance pada tahun 1989. Virus ebola ini merupakan non patogenik untuk manusia namun berbahaya bagi kera. Spesies virus ebola yang terakhir adalah Cote d’Ivoire atau disebut juga Tai Ebola virus sebab ditemukan di simpanse dari Hutan Tai, Pantai Gading, Afrika pada 1 November 1994. Penelitian yang dilakukan pada simpanse menunjukkan hasil yang mirip pada kasus Ebola yang terjadi pada manusia di Zaire dan Sudan.
Gejala dan penyebaran virus.
Sekilas, gejala Ebola mirip dengan penderita demam biasa yang disertai flu dan nyeri. Lalu diikuti diare dan ruam-ruam di seluruh tubuh. Penderita baru dikenali terjangkit virus ebola setelah mengalami fase pendarahan dari semua lubang tubuh diikuti dengan rusaknya organ-organ internal penderita. Sebenarnya, gejala awal bisa bervariasi. Selain flu dan nyeri, penderita juga mengalami sakit kepala parah, nyeri otot, sakit tenggorokan, bahkan mual. Pendarahan internal disebabkan sel seukuran lubang dinding kapiler dipotong oleh virus tersebut. Selain itu, virus Ebola dapat mempengaruhi tingkat sel darah putih dan mengganggu proses pembekuan darah.
Penyebaran virus diteliti dapat terjadi melalui air liur dan cairan-cairan tubuh lain seperti darah atau keringat. Penyebaran lebih besar terjadi di rumah sakit yang menangani pasien penderita Ebola. Epidemi ini menular melalui penggunaan jarum suntik tidak higienis serta sanitasi lingkungan yang buruk. Menurut WHO, pada kasus Ebola di Sierra Leone, Nigeria dan Liberia baru-baru ini tercatat 729 orang meninggal dunia pada 31 Juli lalu.
Tidak lama setelah itu, korban tewas bertambah menjadi 1.300 dan 30% perekonomian di daerah yang terkena wabah mengalami deflasi. Ebola mempengaruhi tidak hanya keselamatan penduduk lokal namun juga mengancam turis-turis mancanegara yang sedang berada di daerah rawan. Beberapa negara mengimbau kepada warga negaranya untuk membatalkan perjalanan ke negara tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyebaran lebih luas.
Namun, tidak semua penduduk sipil negara yang terjangkit virus ebola memahami bahwa Ebola adalah penyakit berbahaya dan menular. Sebagian penduduk tersebut malah hanya menganggap bahwa Ebola adalah guna-guna atau santet. Seperti warga ibukota Liberia, Monrovia contohnya, pemerintahnya kewalahan menangani dan mengendalikan penyebaran Ebola dikarenakan para warga tidak peduli dengan peringatan kesehatan pemerintah, menurut Ellen Johnson Sirleaf, presiden Liberia.
Tindak Pencegahan
Seperti diketahui, virus Ebola belum memiliki vaksin bahkan dinobatkan sebagai penyakit paling mematikan tanpa ada obatnya. Namun, penyebaran virus bisa dicegah dengan cara-cara berikut:
1. Hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal terjadi dan sering mencari tahu epidemi yang berkembang.
2. Sering mencuci tangan dengan antiseptik atau alkohol 60%.
3. Hindari daging hewan liar di dan dari negara berkembang.
4. Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi.
5. Ikuti prosedur pengendalian infeksi.
6. Jangan sembarang menangani mayat penderita Ebola karena masih dapat menular.
Pengembangan Vaksin
Meski para sukarelawan yang menangani korban sudah dibekali masker, sarung tangan, baju dan sepatu pelindung khusus, namun masih ada korban berjatuhan, baik dari kalangan penduduk sipil maupun para dokter, perawat dan sukarelawan yang menangani. Sayangnya, beberapa ilmuwan belum mau mengembangkan vaksin virus Ebola dengam dalih, jarang penduduk yang menderita penyakit Ebola. Menyebabkan perusahaan farmasi tidak ingin berinvestasi melakukan riset vaksin seperti dilansir situs iradio.com
Dr. Anthony Fauci Direktur Alergi dan Infeksi Penyakit, Institut Kesehatan Nasional As mengatakan, sebenarnya sudah sejak bulan Maret lalu dilakukan penelitian tentang vaksin Ebola. Namun peneliti lagi-lagi menemui kesulitan disebabkan pertidaksamaan reaksi yang terjadi antara hewan dan manusia. Reaksi hebat terjadi pada manusia, sedangkan pada hewan tidak terjadi apa-apa. Sehingga sulit mencari model hewan dengan reaksi sama untuk manusia. Terlebih lagi, hal ini terjadi di negara berkembang dan kurang mendapat perhatian dari para peneliti Eropa atau AS.
Kalaupun ada, vaksin untuk Ebola baru dapat digunakan pada 2015. Kini seiring meningkatnya korban Ebola, para perusahaan farmasi berlomba mengembangkan vaksin untuk virus mematikan tersebut. Salah satunya perusahaan laboratorium di Halle, Jerman mengembangkan vaksin dari tembakau Australia yaitu Nicotiana Benthamiana yang dinilai ideal untuk melindungi antibodi yang diserang oleh virus Ebola. Vaksin yang dikembangkan oleh Icon Genetics Laboratory memberi nama vaksin tersebut ZMapp yang merupakan gabungan 2 serum yaitu MB-003 yang dikembangkan oleh Mapp Biopharma San Diego dan ZMab dari Defyrus Inc., Kanada.
Meski demikian, mekanisme kerja vaksin tersebut belum sepenuhnya diketahui. Menurut Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama, tujuan vaksin tersebut dikembangkan bisa jadi untuk menghambat sporadis virus atau netralisasi virus. Untuk dapat diakui manfaat serta keamanannya secara luas, perlu dilakukan uji klinik fase 1, 2 dan 3. WHO mengatakan, jika uji klinis dapat dilakukan secepatnya sebelum akhir tahun maka sebelum 2015, vaksin sudah dapat digunakan. (Noni/LINES/dari berbagai sumber)
Sumber Gambar : www.bbc.com, wild-wings-safaris.com, nbcnews.com