Jakarta, (8/11). Di area Expo Rakernas LDII 2023, panitia penyelenggara menghelat seminar bertema “Pendidikan Karakter dalam Sistem Pendidikan Profesional Religius”. Acara itu dihelat pada Rabu, (8/11) di area pameran Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Jakarta.
Menurut Ketua DPP LDII Bidang Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP), Basseng Muin, sistem pendidikan yang diusung oleh LDII, di dalamnya terdapat proses pembelajaran yang hasil akhirnya adalah membentuk SDM yang profesional religius.
“Dua karakter profesional religius itu saling terkait dan penting di dalam sebuah sistem. Kalau hanya pintar tapi dia tidak berkarakter jujur amanat maka outputnya akan buruk dan hanya menguntungkan dirinya sendiri,” ujar Basseng yang menjadi narasumber acara itu.
Basseng juga mengingatkan perihal apa yang harus dilakukan dalam menyukseskan program Indonesia Emas 2045. Ia menuturkan indikator keberhasilan Indonesia Emas itu di antaranya kemiskinan mendekati nol persen dan pendapatan per bulan sekitar Rp41 juta.
Untuk pendapatan tersebut bisa diraih dengan menjadi pribadi yang profesional dalam bidangnya. “Indonesia itu negara yang kaya alamnya dan itu bisa dimanfaatkan, serta dikembangkan dalam berbagai industri. Oleh karena itu, ketika menjalankan pendidikannya maka lakukan yang terbaik dan menjadi ahli di bidangnya,” tutur Basseng.
Untuk menjalani sistem pendidikan ini perlu kerja sama dengan berbagai stakeholder di antaranya pengurus yayasan, kepala sekolah atau rektor, guru, tenaga kependidikan, pamong, dan para orangtua. “Karakter religius dapat dibentuk melalui pondok pesantren atau pengajian di majelis taklim, sedangkan karakter professional itu dibentuk melalui sekolah-sekolah,” ucap Basseng.
Senada dengan Basseng, Kepala Departemen PUP DPP LDII, Thonang Effendi mengatakan karakter adalah sebuah konsep. Konsep seperti apa yang harus dibangun dan dikembangkan untuk mencapai kesuksesan. “Karakter itu bukan suapan. Jadi berangkat dari diri sendiri, masuk ke dalam dirinya dan menjadi pembiasaan,” kata Thonang.
Menurut Thonang, pendidikan itu terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan keduniaan, keagamaan, dan karakter. Selain itu, pentingnya sebuah karakter itu untuk membentuk nilai dan prinsip seseorang yang mengarahkan tindakan dan keputusannya.
Thonang mengungkapkan dalam prosesnya terdapat tantangan yang beragam, sehingga perlu mengatur diri untuk menghadapi itu. “Mencoba jadi role model yang baik, sehingga bisa memberi manfaat kepada yang lain. Gunakan keadaan itu menjadi peluang. Pertama terima diri terlebih dahulu lalu nikmati prosesnya,” jelasnya.
Kalau karakter profesional dan religius sudah mendarah daging, kemana saja generasi ini ditempatkan akan bisa berfungsi sesuai aturan .
Ayo budayakan terus 29:Karakter Luhur untuk semua Lapisan masyarakat sesuai porsinys masing2.
Semoga Alloh SWT memberikan kefahaman untuk membudayakan 29 karakter Luhur kepada semua warga LDII.Aamiin