SATU dua tahun belakangan ini banyak orang yang ngomong tentang petani, rakyat kecil, rakyat miskin, walaupun dia tinggal dan hidup mewah di kota. Tetapi apakah mereka betul- betul mengerti kehidupan dan problem petani? Benarkah mereka betul-betul ingin berjuang mensejahterakan petani? Tahukah mereka problem yang dihadapi petani?
Problem klasik petani adalah hasil yang tidak seberapa dan lahan garap yang sempit, kurang dari satu hektar, dan pengeluran yang sangat banyak. Terutama jika petani tersebut menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi.
Sangat sulit meskipun mereka petani yang sangat rajin dan tekun. Inilah perlunya ada insentif lainnya dengan konsep petani plus, yaitu bertani tetapi juga memiliki pekerjaan tambahan. Entah sebagai petani plus peternak, petani plus pegawai negeri atau swasta yang tidak penuh kerja seperti menjadi guru, petani plus pedagang, petani plus wirausaha, petani plus penghasil pupuk kompos, petani plus petani Agro Wisata, atau petani offline plus petani online atau petani internet.
Untuk mendukung petani plus perlu koneksi internet. Syukur gratis. Kalau pun tidak gratis minimal murah, agar warnet tidak mati. Pemerintah mungkin bisa “memaksa” pihak provider seperti Telkom, Indosat, Telkomset, XL memberi subsidi silang pada warnet di desa dan pelosok desa. Misalkan warnet yang menyediakan PC dan perlengkapannya dan pemerintah memberi koneksi super murah.
Dengan koneksi internet murah atau paling tidak gratis maka akan memacu pertumbuhan UKM, sekolah dan perorangan dalam mendapatkan infomasi. Sekat-sekat informasi yang membelenggu bisa berkurang, generasi muda jadi lebih bersemangat.
Tetapi, tersedianya koneksi internet, perlu ada pendampingan agar internet bisa tepat guna. Perlu ada “orang kota” yang sudah melek internet untuk mendamingi
Saudaranya yang masih masih “buta” internet. Karena internet sering kali hanya diartikan dengan melihat gambar porno, video porno, chatting, curhat dll. Padahal banyak manfaat lain yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan dalam pemasaran produk, peningkatan wawasan, komunikasi langsung dengan produsen dan konsumen, dan membuka peluang ekspor ke manca negara.
Internet jauh lebih produktif dari pada TV, HP untuk komunikasi. Memang TV dan HP tidak bisa ditinggalkan dan punya manfaat yang lain, tapi dengan internet, fungsi TV, Radio dan HP bisa digantikan.
HP dan internet menjadi satu bagian penting dalam bisnis online, internet menjadi media untuk melakukan semua hal terutama untuk memasarkan produk, menampilkan informasi, dan menjalin komunikasi dengan konsumen lebih inten, lebih dekat dan lebih permanen.
Kemudian yang tidak kalah penting internet menjadi media pembelajaran, dengan jangkauan luas, banyak informasi bermanfaat yang sudah dilakukan orang lain di sebelah sana, kita tinggal mengambil sarinya dan dipadu dengan pengalaman, jadilah produk yang bisa dikemas lebih unggul.
Kendala gaptek, dan menganggap internet itu sudah plus ribet dan yang lebih parah penyakit malas adalah merupakan ganjalan utama dalam implementasi internet masuk desa. Ditambah dengan biaya koneksi dan infrastuktur internet yang saat ini jauh lebih mahal dari pada beli koran yang hanya Rp 1000.
Petani masa depan, bukan hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, bukan hanya jadi bahan kampanye, tapi harusnya menjadi petani plus, petani yang mandiri, petani yang bukan hanya bisa menanam tapi juga bisa mengoptimumkan hasil panen dan bisa memasarkan produk secara bebas tanpa tergantung pada tengkulak yang sering merugikan petani. Petani yang memiliki wawasan luas dengan kemampuan komunikasi dengan petani di seluruh dunia, sehingga menjadi petani yang penuh ide, gagasan, dan kreatifitas untuk selalu semangat mencari inovasi agar produktivitas meningkat.
Petani yang memahami Agro Bisnis, menjadi pusat penyedia energi alternatif seperti Bio Energi. Petani masa depan bisa menjadi seorang abdi masyarakat di bidang pertanian yang visioner dan penuh ide kreatif. Teknologi-teknologi pertanian yang tepat guna dicoba diaplikasikan, mulai dari terobosan mencoba menanam tanaman organik, menerapkan bahan organik alami sebagai pestisida, pemanfaatan bakteri probiotik untuk menghasilkan pupuk alam yang baik. Sehingga keterbatasan lahan bisa diatasi, ketergantungan dengan bahan kimia bisa dikurangi, Lebih ramah lingkungan, merawat dan menjaga keseimbangan alam.
Hidup di desa penuh dengan budaya gotong royong, guyup, rukun, saling menghargai, dan penuh rasa syukur atas nikmat yang melimpah. Ayo, siapa berani bali ndeso dan mbagun deso bersama wong ndeso. //**