Setiap orang pernah mengalami apa yang disebut jatuh cinta. Umumnya, jatuh cinta itu terjadi pada lawan jenis. Berjuta rasanya. Tak ada satupun kata-kata yang bisa mewakili perasaan orang jatuh cinta. Sebutlah misalnya kata senang, gembira, bahagia, bergetar, berdebar, takut kehilangan, cemburu, ingin selalu bersama, semua terlihat indah dan menyenangkan, tetap saja tidak bisa mewakili seluruh nuansa yang namanya jatuh cinta. Biasanya yang lama diingat orang melalui jatuh cinta adalah kejadian-kejadian yang mengesankan, walau bersifat sederhana. Memegang tangan pasangan saja misalnya bisa membuat jantung berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa membuat terkenang-kenang selamanya. Kata-kata pertama yang meluncur ketika menyatakan cinta kepada lawan jenis, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap hari.
Inilah rangkaian peristiwa yang membuat jatuh cinta diidentikkan dengan perasaan (feeling). Banyak sudah lagu, film, sinetron, novel, syair, legenda, puisi yang lahir dari sumber cinta sebagai perasaan. Ceritanya tak akan ada habisnya. Coba perhatikan pengalaman jatuh cinta kita masing-masing. Ada kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang membuat badan, jiwa dan pikiran ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh memindahkan gunung pun rasanya bisa. Disuruh mengecat langit pun mampu. Tak ada yang tak mungkin. Tak ada yang muskil.
Kekuatan cinta memang luar biasa. Tengoklah sejarah tentara Inggris yang demikian perkasa harus pergi dari India karena kekuatan cinta Mahatma Gandhi beserta pejuang lainnya. Negeri ini dideklarasikan secara amat gagah berani melalui cinta duet Sukarno-Hatta. Sulit membayangkan bagaimana seorang Jenderal besar Sudirman bisa memimpin pasukan melawan Belanda dengan badan yang sakit-sakitan, kalau tanpa modal cinta yang mengagumkan. Banyak usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang menyadari kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan halal, jalan cinta. Banyak orang yang dijemput keajaiban karena kemampuan untuk membangkitkan tenaga maha dahsyat ini. Maka tak heran pengarang buku The Path To Love, Deepak Chopra, menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata bertemunya dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang berdebar-debar. Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat. Persoalannya kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi digunakan.
Bermula dari pemahaman seperti inilah, maka saya terhenti pada salah satu sabda Rasulullah SAW yang begitu mendalam. Inspiratif, sehubungan dengan masalah jatuh cinta ini. Dari Anas ra., dari Nabi SAW beliau bersabda, “Ada tiga perkara barangsiapa tiga hal itu ada pada dirinya, maka ia menjumpai manisnya iman, yaitu jika Allah dan RasulNya lebih dicintainya ketimbang selain keduanya, dan jika cinta kepada seseorang, dimana tidak mencintainya kecuali karena Allah dan jika benci kembali kepada kekafiran sebagaimana benci apabila dilempar ke dalam api neraka.” (Rowahu al-Bukhary Juz I Bab Halawatul Iman)
Rupanya Rasulullah SAW sudah jauh – jauh hari memberikan wejangan yang luhur, menyebutkan secara tersirat penggunaan kekuatan cinta dalam beribadah. Bahwa apa yang seseorang alami berupa jatuh cinta bukan melulu masalah dunia saja. Tetapi di dalam masalah agama juga bisa terjadi hal serupa. Kalau seseorang bisa jatuh cinta kepada lawan jenisnya dan memperoleh kekuatan maha dahsyat sehingga bisa melampaui segala rintangan dan cobaan sehingga tercapai tujuan, maka demikian juga dalam hal beroleh keimanan ini. Lihatlah Perang Badar, 313 orang iman bisa mengalahkan 1000 orang kafir yang bersenjata lengkap. Ini adalah bukti kekuatan cinta orang iman, ketika mereka sudah jatuh cinta di jalan Allah dan RasulNya. Hidup dipenuhi kemuliaan. Hidup penuh dengan kesadaran untuk menjalankan setiap perintah dengan sami’na wa atho’na. Mati bukanlah hal yang menakutkan, justru dengannya terbentang jalan lebar cinta untuk menemui Sang Kekasih yang sebenarnya; Allah SWT. Jika mereka kembali, maka kembali dengan penuh kesyukuran dan kepasrahan yang mendalam. Merenda kasihNya dengan cara menjalankan semua perintah dan menjauhi laranganNya. Selalu bangun, bersimpuh di 1/3 malam yang akhir. Semua berakar karena cinta dan diliputi kerinduan yang sangat, sehingga berulang dan mendalam. Dalam beribadah jalan cinta merupakan lorong terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apalagi jika sudah benar – benar jatuh cinta.
Pendekatan jatuh cinta dalam beribadah memang luar biasa. Namun tidak gampang untuk bisa jatuh cinta dalam beribadah. Perlu perjuangan tersendiri. Mulai sekarang sadarilah bahwa jatuh cinta bukan sekedar masalah perasaan saja, temukan dan bangunlah jatuh cinta sebagai kekuatan spiritual. Jatuh cinta bisa digunakan sebagai sarana bagi orang yang berjalan menekuni lorong – lorong keimanannya untuk menemukan manisnya iman. Dan ada tiga jalan cinta yang saling menguatkan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas; cinta Allah – Rasul, cinta kepada seseorang karena Allah dan benci kembali pada kekafiran. Jatuh cinta sebagai kejadian spiritual, yang dituju adalah bergabungnya diri kita dengan Yang Maha Kuasa. Ketika kita menemukannya, kata manapun tidak bisa mewakilinya. Yang ada hanya : ahhhhh…subhanallah…sempurna!
Dari Zaid bin Tsabit r.a., dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang menjadikan dunia sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kefakiran di depan matanya dan Allah akan cerai – beraikan kebutuhannya. Dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, Allah akan mencukupi kebutuhannya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (Rowahu Ibnu Majah)
Oleh karena itu, mari kita jatuh cinta. Serupa dengan pengalaman jatuh cinta ketika kita masih muda, di mana semua unsur badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh cinta sebagai kejadian spiritual. Dari sinilah sang Khalik kemudian menarik kita tinggi-tinggi ke rangkaian realita yang oleh pikiran biasa disebut luar biasa. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan, mengagumkan dan menakjubkan. Nah, sesuai dengan maksud di awal tulisan ini, yaitu untuk mawas diri, sebenarnya sudahkah kita jatuh cinta secara spiritual ini, setelah sekian lama menyebut diri orang iman? Jika belum, mari kembangkan diri lebih baik lagi, bukan target dan pencapaian – pencapaian tahunan yang kita cari, tetapi kematangan diri dalam persiapan kembali ke surgawi. Dan jalan – jalan cinta sudah menunggu, dengan sabarnya mereka menanti, kapan kita jatuh cinta di jalan Allah dan RasulNya ini.
Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah