MADINAH- Sedikitnya 1.715 tas milik jamaah calon haji masih tertinggal di Madinah, sementara jamaah yang bersangkutan saat ini telah berada di Makah. Tas-tas tersebut terpaksa ditinggalkan oleh para pemiliknya karena bagasi bus yang mengangkut mereka tidak memadai. Ribuan tas tersebut berasal dari 20 kloter, di antaranya Solo 2 (70 tas), Solo 3 (78), Solo 9 (86), Solo 11 (112), dan Solo 30 (74). Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah harus bekerja keras mengamankan dan mengirimkan tas-tas itu ke masing-masing jamaah.
“Kami harus menyewa truk dan mengerahkan armada angkutan yang tersedia di Daker untuk mengantarkan tas-tas itu sampai kembali ke tangan para pemiliknya,” ujar Sekretaris Daker Madinah, Sofwan Abdul Djani, Rabu (10/10). Hampir semua tas-tas itu, kemarin, telah disusulkan ke Makah dan telah diterima olah masing-masing jamaah. Sofwan juga menegaskan, sejauh ini tidak ada komplain dari jamaah yang kehilangan barang dari tas mereka yang tercecer. ”Alhamdulillah tidak ada barang di dalam tas-tas jamaah yang tertinggal itu yang dilaporkan hilang, semua aman,” katanya. Para petugas Misi Haji Madinah dikerahkan untuk menjaga tas-tas tersebut sampai diangkut truk atau angkutan lain yang ditentukan. Daker Madinah mengerahkan dua mobil civilian, dua truk, dan beberapa mobil kecil untuk mengangkut tas-tas tersebut ke Makah.
Tas-tas milik jamaah itu tertinggal bukan karena kelebihan bawaan, melainkan akibat armada bus yang disediakan untuk mengantar mereka ke Makah selepas menjalankan ibadah shalat arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi Madinah, tidak memadai. Bagasi bus terlampau kecil. Padahal, oleh Kementerian Haji Arab Saudi jamaah dilarang membawa tas ke dalam bus. Para jamaah yang tasnya tak bisa masuk itu seluruhnya dilayani oleh armada Abu Sharhad.
”Hanya Abu Sharhad yang bagasinya tidak memadai, terlalu kecil. Saya sudah memeriksa tas-tas jamaah, tidak ada yang berlebihan. Semua tetap membawa dua biji, satu koper dan satu tas tenteng seperti aturan yang disepakati. Kalau alasan mereka (Abu Sharhad) karena tas jamaah terlalu banyak, jelas itu tidak benar. Bagasi mereka saja yang kecil,” tegas Sofwan.
Daker Madinah telah menyampaikan keluhan atas jeleknya layanan Abu Sharhad ini ke pihak Naqabah –semacam asosiasi angkutan darat– Kota Madinah, namun belum mendapatkan jawaban. Sofwan akan mengusulkan ke Kementerian Agama agar pada tahun-tahun mendatang lebih tegas dalam membuat perjanjian kontrak dengan Naqabah. Dalam kontrak harus ditegaskan bahwa barang bawaan jamaah juga menjadi tanggung jawab Naqabah, termasuk jika terjadi kasus tas tertinggal seperti kemarin.
”Saya akan usulkan agar tahun depan, itu menjadi tanggung jawab Naqabah. Selama ini mereka (bus) selalu mengeluh barang bawaan jamaah terlalu banyak, padahal kan tidak. Jamaah tetap hanya membawa dua tas sesuai kesepakatan,” jelas Sofwan. (Dep. KIM DPP LDII)