Al Ekhwan merupakan salah satu pemenang tender katering bagi jamaah haji Indonesia. Perusahaan jasa boga terbesar ketiga di Arab Saudi itu melayani 15.000 jamaah, di bawah Al Andalus (50 ribu) dan Betawi Catering (25 ribu). Peran Syaifulloh dan Subairi sangat vital. Keduanya menjadi pengontrol citarasa dan kualitas masakan di Al Ekhwan. ”Syaifulloh minta gaji 20 ribu riyal (Rp 50 juta) untuk pekerjaan gelombang kedua. Tapi permintaannya tidak dikabulkan oleh Al Ekhwan.
Mereka keluar,” jelas Kepala Pengawas Katering Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah, Sartoyo, Minggu (11/11). Syaifulloh dan Subairi sama-sama berasal dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Keduanya dikontrak oleh Al Ekhwan selama musim haji, yang menurut sistem kerja Saudi dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama adalah masa sebelum Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina) dan gelombang kedua setelah Armina.
Tahun ini, gelombang pertama (sebulan) dimulai 21 September hingga 20 Oktober, sementara geombang kedua 1-30 November. Antara tanggal 20 Oktober hingga 1 November jamaah haji berada di Makah dan dilayani oleh perusahaan katering lain. Minggu kemarin, dalam tugas pertama sebagai juru masak pengganti, Rahmat Muhammad gagal memenuhi ambang selera yang ditentukan oleh Misi Haji Indonesia. Menu sarapan untuk 15 ribu jamaah, berupa nasi putih plus ayam goreng mentega, harus dimasak ulang. ”Citarasanya tidak memenuhi standar yang kita tentukan, jadi harus dimasak ulang. Alhamdulillah beres sebelum batas waktu,” tambah Sartoyo, yang ikut turun membantu memasak di dapur Al Ekhwan. Pada pukul 07.30, sarapan yang sesuai selera Indonesia dari Al Ekhwan pun telah siap disajikan. Al Ekhwan memiliki lebih dari 25 koki, namun hanya punya satu juru masak ahli dan seorang asisten chef. Para koki ini bekerja nyaris 18 jam sehari, mulai pukul 01.00 hingga 19.00. (Dep. KIM DPP LDII)