MINA- Pelayanan di kawasan Mina, terutama menyangkut sanitasi dan kualitas maktab atau tenda, harus ditingkatkan. Di sisi lain, jamaah haji juga harus proaktif melaporkan kekurangan-kekurangan layanan serta membangun komitmen antarjamaah untuk mengatur penggunaan fasilitas yang tak memadai, terutama kamar mandi, guna mengurangi panjangnya antrean.
Anggota Tim Pembantu Peningkatan Pelayanan dan Penyelenggaraan Haji Provinsi Jateng, Khafid Sirotudin, mengatakan, banyak maktab yang terlalu sempit dan kamar mandi pun amat terbatas. Kondisi tersebut membuat banyak jamaah kerepotan. ”Kami berharap pemerintah pusat memperhatikan betul kondisi Mina ini. Kasihan jamaah. Sudah kamar mandinya sedikit, tidurnya juga berimpit-impitan. Bagaimana pun, jamaah sudah membayar biaya haji dan mereka berhak mendapatkan pelayanan yang baik,” ujar Khafid di Mina, Arab Saudi, Minggu (28/10).
Tenda-tenda jamaah yang berada tepat di samping kamar mandi, antara lain yang ditempati oleh Kloter Solo 37 dan Solo 13, sangat tidak nyaman. Bau pesing berat tercium sepanjang waktu hingga dalam tenda. Khafid menilai, meski sudah ada sejumlah perbaikan, layanan dan fasilitas di Mina tetap masih kurang. Ditambah rendahnya budaya antre dan kurangnya komitmen menjaga kebersihan oleh jamaah, situasi Mina pun menjadi makin kurang nyaman.
”Ibadah haji ini kan setiap tahun. Jamaah kita menginap di Mina juga rutin tiap musim haji. Pemerintah pusat, terutama Kementerian Agama, harus menyikapi ini dengan serius. Saya lihat sekarang di pinggir maktab-maktab itu sudah dibuat semacam pembatas sehingga air dari luar tidak bisa masuk tenda. Tiga tahun lalu waktu belum ada pembatas, air kencing dan luberan kamar mandi masuk ke tenda. Itu kan bukan hanya jorok, tapi juga najis dan tidak sehat,” tambah Khafid.
Namun, menurut Khafid, jika para jamaah bisa membangun komitmen bersama antarmereka, buruknya sanitasi, sampah, dan tenda, bisa disiasati. Namun, komitmen antarjamaah tetaplah faktor pendukung. Menurutnya, masalah utama adalah terbatasnya fasilitas kamar mandi.”Jadi apapun, jumlah kamar mandi harus ditambah.”
”Di tenda saya, alhamdulillah kondisinya tidak jorok meski fasilitas MCK juga amat terbatas. Kami membuat komitmen antarsesama jamaah satu maktab, yaitu harus antre dan tidak membuang sampah sembarangan. Jamaah digilir waktu mandi. Yang mau buang air didahulukan, mandi belakangan,” tambah anggota DPRD Jateng dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu. Pihaknya juga selalu berkomunikasi dengan liaison officer atau petugas penghubung maktab tiap kali ada masalah. Dengan demikian, persoalan yang muncul bisa segera diselesaikan oleh pengelola maktab. (Dep. KIM DPP LDII)
Sumber gambar : antarafoto.com