Lukman bahkan sudah tak ingat lagi kapan terakhir kali hujan turun. Namun seingatnya sudah lebih dari setahun lalu. Menurut dia, biasanya orang Arab merayakan turunnya hujan dengan makan-makan bersama, dengan bubur kacang kuning sebagai salah satu hidangan setengah wajib. ”Kalau Makah sudah lebih dulu hujan, beberapa hari sebelum wukuf kemarin,” tambah Lukman.
Pada 21 Oktober –empat hari menjelang wukuf di Arafah– Makah memang dilanda hujan. Fenomena hujan di Makah lebih unik dibanding kota-kota
lain di Arab Saudi. Di Makah, hujan hampir selalu ”menyesuaikan diri” dengan Hari Arafah atau Wukuf, yang dilaksanakan tiap tanggal 9 Dzulhijah. Pada 2009, hujan turun di Makah sehari menjelang wukuf. Hujan pada 2009 itu merupakan yang paling deras sepanjang 27 tahun terakhir dan menewaskan sekitar 70 jamaah haji dari berbagai negara. ”Kalau di Makah, hujan lebih unik karena selalu turun menjelang wukuf. Tahun ini hujan juga empat hari sebelum wukuf, tahun lalu juga,” tambahnya.
Hujan di Madinah kemarin dianggap sebagai pertanda berakhirnya musim panas dan awal masuk musim dingin. November merupakan masa pancaroba
atau peralihan musim di Arab Saudi, dari panas ke dingin. Pada musim dingin, suhu biasanya mencapai 13 derajat celcius. Saat ini, suhu Madinah masih berkisar pada 32-41 derajat. Perubahan suhu sering terjadi mendadak sehingga terasa sangat ekstrim. Saat ini masih ada sekitar 92.000 jamaah haji Indonesia di Madinah. Mereka tengah menunaikan shalat arbain di Masjid Nabawi sembari menungu jadwal pemulangan. Shalat arbain dilaksanakan 40 waktu berturut-turut atau selama delapan hari. (Dep. KIM DPP LDII)