Lima roda berputar salah satunya yang mampu membantu yang lemah dipraktekkan PC LDII Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Tim Duafa dan Tim Agniya berupaya memberikan modal agar para duafa memiliki pendapatan.
Popularitas rasa teh di Kota Surakarta, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, dan Sukoharjo memang tiada duanya. Saban ke angkringan, tiap kedai menyajikan petualangan rasa teh yang beragam. Itupula yang membuat usaha es teh bertebaran di Solo Raya, mengikuti tren meminum kopi.
Peluang ini yang dibidik Koordinator Tim Duafa PC LDII Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Muhajir dan koleganya Koordinator Tim Agniya, Nuri Trisfiantoro. Keduanya berpikir keras agar para duafa tidak sekadar menerima bantuan sosial (Bansos) tapi juga sebisa mungkin memiliki penghasilan.
“Tidak muluk-muluk, kami ingin mereka memiliki usaha agar mampu mencukupi kebutuhan pokoknya. Kami membuat daftar para duafa yang berpotensi dibantu. Lalu menyerahkan daftar tersebut kepada Tim Agniya untuk dicarikan modal,” papar Muhajir.
Sementara bagi Tim Agniya, menurut Nuri, mereka akan membantu permodalan agar sedekah mereka yang melalui Tim Agniya bisa lebih bermanfaat, “Program ini tentunya juga bermanfaat bagi mereka yang bersedekah, menjadi pahala jariyah mereka. Jadi sekali memodali mereka ikut mengentaskan kemiskinan,” papar Nuri.
Modal diambil dari sedekah dari warga yang mampu yang terhimpun di kas Tim Agniya. Menurut mereka, dengan menyusun daftar mereka yang berpotensi mendapatkan bantuan, kerugian usaha juga bisa ditekan.
Gayung pun bersambut. Di sisi lain, di Kabupaten Sukoharjo terdapat pengusaha muda pemilik bisnis waralaba Es Teh Ndeso Mbahman, Muhammad Yusuf Romzi. Ia memiliki visi yang sama, bagaimana agar para duafa bisa memiliki usaha untuk membeli kebutuhan pokok, “Syukur-syukur usahanya berkembang memiliki banyak kedai dan pegawai, sehingga membuka lapangan kerja,” papar Yusuf.
Untuk bermitra dengan PC LDII Jatinom, ia mengungkapkan tidak mengambil keuntungan karena prinsipnya sedekah. Tentu saja anggapan pebisnis siapa mau rugi bisa ia abaikan untuk mengangkat kesejahteraan para duafa. Seperti layaknya Google yang menggratiskan layanannya, namun punya sisi bisnis pada bidang lainnya.
“Saya memiliki beberapa bisnis, untuk Es Teh Mbah Man saya tidak berpikir untung atau rugi. Kalau untung itu jadi bonus para pengelola dan pewaralaba. Sementara keuntungan berbisnis, ia dapatkan dari usaha lain,” tukasnya. Menurutnya, prinsipnya tersebut bukan pula seperti corporate social responsibility (CSR), tapi memang benar-benar ia dedikasikan untuk membantu duafa dan bersedekah.
Yusuf mengatakan, es teh memiliki pasar yang menjanjikan. Pasalnya, semua orang menyukainya. Sejak lama, minuman ini telah menjadi bagian dari budaya minum masyarakat Indonesia. Teh dinilai sebagai minuman ‘merakyat’ yang cocok untuk semua kalangan. Rasa es teh yang sederhana, bisa diterima oleh lidah semua orang, “Semua orang itu pasti suka es teh, karena teh itu minuman yang benar-benar merakyat,” ucapnya.
Kisah Es Teh Ndeso ia mulai sejak tahun 2022. Saat pandemi ia melakukan riset terlebih dulu sebelum memutuskan untuk berjualan es teh. Menurutnya es teh merupakan minuman yang cocok dengan lidah kebanyakan orang Indonesia, sehingga lebih mudah menjualnya. Kendati persaingan antar penjual es teh cukup ketat, pedagang es teh kekinian berebut lantaran pasarnya masih sangat bagus.
“Kami menciptakan usaha Es Teh Ndeso Mbah Man itu sampai sembilan kali percobaan hingga menemukan takaran yang pas. Kami mendatangkan pecinta-pecinta teh sekitar tujuh orang untuk mencari dan menemukan rasa teh yang autentik,” lanjutnya.
Bagi dirinya, kualitas cita rasa es teh racikannya merupakan kunci untuk menggaet dan menjaga konsumen. Dia menjamin es teh yang dijual tidak cuma asal manis, tapi juga wangi sepet dan kental, karena berasal dari daun teh pilihan, “Tehnya dari magelang, dari sukoharjo, dan beberapa daerah lainnya,” lanjutnya.
Setelah menekuni usaha bisnisnya hingga membuahkan hasil, Yusuf justru tak ingin sukses sendiri. Ia ingin berbagi ilmu dan pengalamannya dengan masyarakat. Ia ingin masyarakat bisa mendirikan bisnis dengan modal terjangkau dan minim risiko. “Kami ingin mewaralabakan secara nasional karena saya ingin sedekah ilmu. Saya sebarkan semuanya, mulai dari resep tehnya, takaran gulanya, dan lain-lain,” ucapnya.
Ia melanjutkan, hanya dengan modal minim mulai dari Rp3 Juta, mitra waralaba Es Teh Ndeso Mbahman sudah dapat menjalankan bisnisnya. Peluang bisnis dengan modal minim ini tentu dapat membantu mereka yang tak memiliki pekerjaan.
“Konsep saya adalah sedekah dan berbagi ilmu, tujuannya untuk mengentaskan kemiskinan. Saya tidak mengambil untung tapi memberdayakan orang-orang di sekitar agar bisa mempelajari ilmunya, dan keuntungannya untuk diri sendiri,” tekannya.
Berbeda dengan merintis bisnis sendiri, Yusuf mengungkapkan sistem waralaba es tehnya sudah dilengkapi manajemen bisnis yang matang, “Kami ingin masyarakat langsung usaha. Berbagi ilmu, berbagi rezeki untuk membantu mereka mencari rezeki, mencari nafkah” lanjutnya.
Dengan begitu, masyarakat tak perlu lagi pusing memikirkan ide bisnis, manajemen, hingga penentuan modal serta keuntungannya. Ia bahkan memberikan sejumlah memberikan pelatihan atau training yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha bisnis tersebut.
“Dari perhitungan kami, 4-6 bulan sudah bisa kembali modal dengan perhitungan sehari mampu menjual di atas 80 cup. Per hari keuntungan bersihnya mencapai Rp100.000,” lanjut Yusuf.
Namun, di balik peluang bisnis yang menggiurkan, usaha minuman es teh juga tak lepas dari tantangan. Kehadiran berbagai merek minuman teh di pasaran saat ini memicu persaingan yang ketat antar perusahaan, mendorong mereka untuk terus berinovasi. Untuk bersaing, Yusuf mengatakan Es The Ndeso Mbah Man tidak hanya menyajikan es teh biasa, tetapi juga menghadirkan variasi rasa yang unik dan menarik. Ini memungkinkan pelanggan untuk menikmati sensasi berbeda setiap kali mereka memesan es teh.
“Di Es Teh Ndeso Mbah Man itu sekitar ada 15 varian jadi kalau es teh, ada es teh lemon, teh kampul, lalu kita baurkan dengan teh susu, teh tarik, greentea, coklat, strawberry, alpukat, dan lain-lain.
Yusuf mengaku meskipun menghadapi tantangan, peluang untuk terus berkembang masih terbuka lebar. Ia optimis bisnis es teh di Indonesia menurutnya akan tetap menjadi bagian penting dari gaya hidup masyarakat kota besar dalam waktu yang cukup lama. Ia pun memasang tagline untuk usahanya: Sugih Dewe Biasa, Sugih Bareng-Bareng Luar Biasa (Kaya sendiri biasa, kaya bersama-sama luar biasa). (Fitri/LINES)
Assalamualaikum
Saya bertempat di Kalimantan Timur,apakah saya bisa bekerja sama dan alamatny berada dimana
Alhamdulillahi jazakumullahu khoiroh🙏