Jakarta (16/4). Seiring perkembangan teknologi, informasi semakin mudah didapatkan. Menurut data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), sejak tahun 2015 masyarakat pengguna internet sudah menembus angka 88,1 juta yang sebagian besar di wilayah Barat indonesia. Dari total tersebut, penetrasi penggunaan internet di DKI Jakarta mencapai 65 Persen jumlah penduduknya yang 12,7 juta orang.
Potensi pengguna internet yang besar membuat informasi semakin mudah diviral. Demikian halnya dalam berdakwah. Hal inilah yang dibidik DPW LDII DKI Jakarta, untuk menginformasikan berbagai kontribusi dan kegiatan positif kepada warga Jakarta.
“DPW LDII Provinsi DKI Jakarta perlu mencetak kader-kader muda jurnalis yang dapat turut aktif mensyiarkan dakwah dan memberitakan kontribusi LDII,” ujar Eko Mugianto Ketua Biro Komunikasi Informasi dan Media DPW LDII DKI Jakarta sekaligus ketua panitia.
Media massa merupakan bagian penting dalam penyebaran informasi. Tak hanya itu, menurut Eko media juga bisa menjadi sarana dakwah dan pendidikan bagi generasi muda. Namun informasi kadang menjadi pemecah belah umat. Hal ini berbahaya bagi pembaca yang hanya menyerap informasi tanpa memilah dengan cermat.
Hal inilah yang mendorong diadakannya pelatihan jurnalistik yang digelar di Gedung Serbaguna DPW LDII DKI Jakarta. Pelatihan ini dihadiri 35 orang perwakilan dari wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Mereka memperoleh materi pelatihan berupa etika jurnalistik, teknik penulisan berita, dan fotografi jurnalistik. Sebagai penyedia informasi kegiatan warga LDII DKI Jakarta, peserta diharapkan memahami etika jurnalistik.
Fauzan Muhkrim wartawan CNN Indonesia yang memberikan materi Etika Jurnalistik, mengajak peserta memahami pekerjaan jurnalis atau wartawan, “Jurnalistik adalah pekerjaan paling tua di dunia. Mereka bertugas menulis pengetahuan. Pengetahuan tidak bisa terwariskan bila tidak ada jurnalistik. Ibarat kitab suci adalah produk jurnalistik dan Rosul adalah pewarta,” kata Fauzan.
Menurut Fauzan, semua orang bisa menulis dan membuat media, namun tanpa etika, berita yang disampaikan justru dapat membuat kekacauan.
“Kita hidup bermasyarakat dan agar tidak ada hak yang dilanggar, yang paling mendasar adalah tidak memberitakan berita bohong. Jurnalistik harus berdasarkan fakta agar tidak menzalimi orang lain.” Ujar Fauzan. Berita bohong bukanlah pengetahuan, namun penzaliman terhadap manusia lain.
Maka Wartawan tidak boleh bekerja dengan asumsi dan asumsi tidak boleh dijadikan dasar jika tidak mengalami kejadian dengan mata kepala sendiri. Jurnalis bekerja dengan fakta dan tidak bekerja dengan asumsi. Seorang jurnalis tidak menyampaikan sebuah kabar yang ia sendiri tidak yakin akan kebenarannya.
“Misalkan Jokowi tidak suka sate kambing. Seseorang menulis judul Jokowi tidak suka makanan Rasulullah. Karena tidak menyukai makanan Rasulullah, Jokowi diberitakan membenci Islam. Kalau tidak benar ini menjadi fitnah, bahkan kalau benar ini menjadi ghibah,” ujar Fauzan.
Pembicara lainnya, Dede Ariyanto, wartawan lepas yang menulis untuk beberapa media massa cetak nasional dan televise. Ia juga seorang blogger yang banyak menerbitkan buku. Dalam pelatihan ini ia mengajarkan teknik penulisan berita dan produksi video dengan menggunakan ponsel.
Selain Dede, pelatihan ini juga diisi Ludhy Cahyana pemimpin redaksi Majalah Venue sekaligus Koordinator LDII News Network (LINES) DPP LDII. Ia membawakan materi teknik wawancara. Para peserta juga memperoleh materi fotografi dari Erwin Gumilar, pewarta foto yang fokus terhadap foto lanskap, sosial, dan budaya.
Pelatihan ini diharapkan mampu melahirkan penulis atau wartawan, yang beretika dan mampu menulis mengenai dakwah dengan baik. Dengan demikian LDII DKI Jakarta, turut berkontribusi kepada pembangunan Jakarta.