Jakarta (20/2). DPP LDII Helat Focus Group Discussion (FGD) soal akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan. LDII mengusulkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan cara tanggung renteng.
Hal ini disampaikan oleh Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo dalam FGD tersebut. Indonesia telah menandatangani Kesepakatan Paris Agreement tahun 2015 untuk mengurangi emisi dan memanfaatkan EBT hingga 23 persen. Sementara di tahun 2019 ini pemanfaatan EBT baru mencapai 8 persen.
FGD yang bertemakan “Menggali Aspek Strategis dalam Upaya Akselerasi Pendayagunaan Energi Baru Terbarukan” itu mengundang beberapa pakar energi terbarukan. Diantaranya Ir.Hudoyo Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi, Kamar Dagang Industri Indonesia Bidang EBT Fauzi Imron, Suryo Busono Peneliti Senior BPPT, dan Horis Sisworo Penggiat EBT dari LDII.
Lalu seperti apa pemanfaatan EBT dengan tanggung renteng itu? Prasetyo Sunaryo menjelaskan, akselerasi pemanfaatan EBT itu harus melibatkan lima komponen utama. Seperti komponen negara, pengusaha, dunia pendidikan, ormas dan masyarakat, serta elemen media.
“Pemerintah menyediakan regulasi dan insentif. Pengusaha turut menyediakan layanan. Dari pendidikan mulai anak SD harus ada pendidikan tentang energi terbarukan. Ormas melakukan upaya rekayasa sosial ditengah masyarakat. Dari media diharapkan menyemarakan pendayagunaan energi terbarukan,”ujarnya.
Sebagai bagian dari rekomendasi Rakernas LDII, EBT menjadi salah satu dari 8 bidang yang menjadi perhatian LDII untuk membangun bangsa. EBT menjadi tema yang strategis karena tidak mungkin manusia hidup tanpa energi.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tahun 2018 Indonesia memiliki kapasitas pembangkit energi listrik sebesar 65 Giga Watt yang sebagian besar memanfaatkan energi fosil. Padahal Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 411 Giga Watt. Menurut Prasetyo Sunaryo, dari perspektif agama ini adalah hadiah dari Allah.
“Hal-hal yang menyangkut partisipasi masyarakat perlu diwujudkan. FGD ini diusung agar menghasilkan usulan yang mempercepat pendayaan energi terbarukan serta usulan insentif, teknologi, dan Riset dan pengembangannya,” ujar Prasetyo Sunaryo.
Indonesia yang berada di wilayah tropis-vulkanik, memiliki potensi EBT yang beragam. Mulai dari potensi sinar matahari, air, angin, biomasa, pasang-surut air laut, hingga panas bumi. Untuk mengubah potensi itu menjadi riil, perlu upaya penelitian dan pengembangan supaya suplai energi yang besar itu bisa dimanfaatkan masyarakat.(khoir/lines)