Jakarta (8/3). DPW LDII Jakarta mengikuti rukyatul hilal yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) RI pada Jumat (28/2). Pengamatan hilal itu dilakukan di tiga titik strategis, yaitu Kanwil Kemenag DKI Jakarta oleh tim DPD LDII Jakarta Timur, Masjid Hasyim Ashari, Cengkareng dan Ponpes Hidayatulloh, Kembangan oleh DPD LDII Jakarta Barat, serta di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu oleh DPD LDII Jakarta Utara.
Sementara itu, Pemerintah melalui Kemenag RI secara resmi menetapkan 1 Ramadan 1446 H pada 1 Maret 2025, setelah hilal berhasil diamati di wilayah paling barat Indonesia, yaitu Aceh. Menteri Agama, Nasaruddin Umar, dalam konferensi pers menyampaikan bahwa meskipun di beberapa wilayah hilal belum tampak, hasil pengamatan di Aceh telah menjadi acuan dalam penentuan awal Ramadan.
“Kami harus menunggu wilayah paling barat di Aceh. Karena di Indonesia bagian timur, tengah, dan barat di ekor Pulau Jawa masih belum terlihat,” ungkap Nasaruddin. Keputusan ini juga didasarkan pada perhitungan astronomi yang menunjukkan bahwa ketinggian hilal di Indonesia berada dalam rentang 3° 5,91′ hingga 4° 40,96′, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03′ hingga 6° 24,14′.
Ketua Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII, KH Aceng Karimullah, menjelaskan bahwa dalam penentuan awal Ramadan digunakan dua metode, yaitu hisab dan rukyat. “Hisab merupakan metode perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan secara matematis, sementara rukyat mengandalkan pengamatan langsung terhadap hilal,” jelasnya.
Menurut KH Aceng, berdasarkan metode hisab, bulan sudah berada di atas ufuk saat matahari terbenam, yang secara perhitungan menandakan awal Ramadan. Namun, metode rukyat tetap menjadi dasar utama dalam pengambilan keputusan, sehingga pengamatan langsung tetap diperlukan.
Koordinator Tim Rukyatul Hilal DPP LDII, Wilnan Fatahillah, menegaskan pentingnya penggunaan kedua metode tersebut. “Kami mengikuti keputusan Komisi Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah harus menggunakan rukyat dan hisab. Kedua metode ini memiliki landasan dalil yang kuat,” ujar Wilnan.
Selain di Jakarta, LDII secara nasional mengerahkan tim pemantau di 82 titik yang tersebar di berbagai daerah. Upaya ini bertujuan memastikan hasil rukyatul hilal yang lebih akurat serta mendukung penentuan awal Ramadan secara ilmiah dan syar’i.
Wilnan juga mengajak umat Islam untuk tetap menjaga persatuan dan toleransi dalam menyambut bulan suci Ramadan, meskipun terdapat perbedaan dalam metode penentuan awal bulan. “Yang terpenting adalah menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan menjaga kebersamaan sebagai umat Islam,” tutupnya.
Semangat LDII utk bangsa