PADANG (28/3). Dalam dua tahun terakhir, media massa lokal maupun nasional memberitakan kejahatan seksual, penculikan, bahkan pembunuhan ataupun orang hilang akibat media sosial. Para gadis rela lari dari rumah hanya karena bujuk rayu pemuda yang baru beberapa hari ia kenal di Facebook, Twitter, Path dan lain-lain. Hal ini mengundang keprihatinan LDII Padang.
Untuk memberi pemahaman mengenai bahayanya media sosial dan mengajak para generasi muda untuk memanfaatkan untuk hal positif, LDII Kota Padang mengadakan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT). Acara tersebut dibuka oleh Dewan Penasehat DPD LDII Kota Padang, KH. M. Hayan. Dalam nasehatnya, Hayan generasi muda harus hati-hati karena banyak sekali dampak negatif dari media sosial. Seperti halnya pemberitaan di media massa, banyak remaja yang kabur dari rumah setelah berkenalan dengan teman barunya di dunia maya. Situs-situs pornografi yang sangat banyak, juga dapat merusak pikiran generasi muda saat ini.
“Game online yang sangat mewabah, sehingga pada jam sekolah bukannya pergi menuntut ilmu malahan duduk di warnet dan menghambur-hamburkan uang hanya untuk bermain game online. Sungguh sangat disayangkan jika genersi muda dapat mengetahui betapa banyaknya hal-hal yang sangat bermanfaat dari media social namun menggunakan media sosial untuk hal yang negatif,” ujar Hayan.
KH Hayan menyitir firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ia berpesan agar generasi muda LDII memanfaatkan media sosial dengan arif dan bijak, “Manfaatkanlah ilmu yang kalian dapat dan berdakwalah di media sosial serta serukan dan ajaklah orang-orang dalam berbuat kebaikan. Sehingga tindakan ini bisa menjadi pahala dan amalan,” ujar KH Hanan. Menurutnya orang iman jangan bergegas dan berlebihan terhadap perkara dunia karena hal tersebut perbuatan tercela, karena dapat membawa kehancuran atau kebinasaan di dunia.
KH Hayan menambahkan Rasulullah SAW bersabda: “Bergembiralah kalian dan berharaplah terhadap apa-apa yang menggembirakan kalian, maka demi Allah! Bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku takutkan atas kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah akan dibentangkannya dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba maka hal itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhori).
Senada dengan KH Hayan, Ust H Yulianto Nugroho juga mengingatkan, internet secara khusus atau teknologi informasi (IT) secara umum, termasuk dampak positif dan negatifnya, tidak bisa dihindarkan lagi karena sudah merupakan kebutuhan pada zaman sekarang ini. Internet adalah sesuatu yang sangat individual, yang susah dikontrol. “Bekalilah dan fahamkanlah diri kita dengan agama serta tingkatkanlah bekal ilmu agama untuk menyaring dampak negatifnya,” ujar Nugroho.
Ia menekankan faktor penting dalam menghadapi kehadiran internet ini adalah kefahaman, komitmen, dan kesungguhan untuk berusaha hanya mengambil manfaat positifnya dan dengan ridho meninggalkan negatifnya. Kendalikan waktu dan biaya ketika mengakses internet. “Selain itu informasi dalam internet tidak semuanya benar dan bisa dijadikan acuan, maka seleksilah dan bandingankan dengan informasi lainnya yang lebih akurat, serta telaah dulu sebelum memanfaatkan informasi tersebut sebagai suatu kesimpulan,” imbuh Nugroho
Kegiatan MABIT dilaksanakan pada 28-29 Maret 2015 beRtempat di Masjid Miftahul Huda, Jl. Bakti Abri RT II/RW V, Kel. Koto Panjang Ikua Koto, Kec. Koto Tangah, Padang. Kegiatan ini dihadiri 120 peserta se-Kota Padang. Selain kegiatan MABIT para generasi muda diajak kembali ke surau. Mereka tidur di masjid dan pada dini hari diajak berdoa dan tahajud. Untuk memberi pemahaman yang kuat terhadap agama, selain mengaji Alquran dan Alhadits, mereka mendapat tausiyah agama, agar menjadi insan yang profesional religius. (agl)