Media memiliki peranan penting dalam masyarakat. Seperti ikan dan air, media telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan sosial. Media menjadi mediator penghubung antara satu orang dengan orang lain tanpa mempertemukan orangnya secara langsung.
Sebagai mediator penghubung, media berperan untuk edukasi dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal baru yang belum diketahui. Melanjutkan pewarisan, juga merupakan salah satu fungsi dari media. Sebab tanpa media seperti radio dan TV, perubahan sosial di masyarakat tidak akan diketahui. Selain itu, terdapat pula fungsi lain dari media diantaranya adalah mengkritik, merekatkan, dan menghibur.
Demikian paparan Dr S. Sinansari Ecip dalam acara Workshop Jurnalisme Damai yang berlangsung di Hotel Grand Imawan, Jl Pengayoman Makassar, Sabtu (22/8/2015). Acara ini diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah wartawan, praktisi media, humas dari berbagai instansi swasta dan pemerintah serta ormas se Sulawesi Selatan. Turut serta pula Wakil Ketua DPW LDII Sulsel Drs Suyitno Widodo, Sekretaris LDII Sulsel Ilmadin Husain, dan biro komunikasi, informasi dan media LDII Sulsel yakni Lukman Azis, Mukhlisa Andini Mukhtar, dan Mustaufiq.
Workshop tersebut menghadirkan beberapa pembicara yang membahas pencanangan jurnalisme damai untuk liputan dan pemberitaan terorisme di media massa. Di antaranya adalah Ketua FKPT Sulsel, Prof Dr H Arifin Hamid dengan materi Perkembangan Gerakan Radikal Terorisme Di Sulsel Dan Posisinya Dalam Gerakan Radikal Nasional. Juga hadir membawakan materi Direktur MUI TV Dr S. Sinansari Ecip, PMD BNPT Fachrul Rozy, dan Kabid Daya Media FKPT Drs. H. Waspada Santing, M.Si, M.HI
Usai pemaparan materi dari beberapa pembicara, acara berlanjut pada diskusi kelompok. Diskusi ini dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok media cetak yang dipimpin oleh Pimred Harian Fajar, kelompok Jurnalis Televisi yang dipimpin oleh Ketua KPID Sulsel, dan kelompok Jurnalis Radio yang dipimpin oleh Ketua Aprasi Sulsel. Hasil diskusi ini menjadi rumusan dan pedoman peliputan terorisme di media massa. (*t)