Tegal (20/3). Memahami nama Allah yang baik (Asma’ul Husna) merupakan pintu ilmu yang mulia untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Kholiq. Semakin memahami dan mengenal sifat-sifat Allah SWT, pribadi mukmin akan semakin khusu’ dalam beribadah, menghamba kepada Dzat Yang Esa, dan semakin zuhud dalam menyikapi kehidupan dunia.
Guna memfasilitasi usaha mulia yang dilakukan setiap jiwa muslim tersebut, DPD LDII Kabupaten Tegal menyelenggarakan Pengajian Kitab Syarah Asmailllahil Husna, Senin 21 hingga 23 Maret 2016 di Masjid Al Huda, Dukuh Petiyangan, Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat.
Kegiatan yang diikuti ratusan dai dan daiyah LDII utusan PC dan PAC se-Kabupaten Tegal tersebut sebagai tindak lanjut kegiatan serupa yang diselenggarakan Pondok Pesantren Wali Barokah Kota Kediri. Perhelatan nasional yang diikuti 15 ribu santri alumni Pesantren Wali Barokah, yang ditutup oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan beberapa waktu yang lalu.
Selesai mengikuti asrama Syarah Asmaul Husna, para duta asrama dari Kabupaten Tegal mengajarkan atau mentransferkan ilmunya kepada saudara-saudayanya di daerah asal. Acara diawali dengan gema kalam Illahi, dilanjutkan dengan pengajian muqodimah Syarah Asmaillahil Husna yang disampaikan oleh Ustad Abdul Muindari Kedungbanteng.
Abdul Muin menjelaskan bahwa syarat terkabulnya doa adalah dengan menyebut Asma Allah. Ada 10 keutamaan orang yang telah meyakini sepenuhnya adanya Allah dengan Asmaul Husna dan sifat-sifatnya, di antaranya: hilang rasa takutnya kepada makhluk, dan hanya takut kepada Allah; menemui manisnya keimanan sepanjang hidupnya; lebih senang kepada akhirat, dan mengambil sedikit/seperlunya dalam urusan dunia (tidak berlebihan); malu berbuat maksiat; dan rindu kepada Allah.
Kepala Kantor Kementerian Agama yang diwakili Kasi Bimas Islam, Drs. H. Nurrotib, M.Pd. dalam sambutan pengarahannya mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya kegiatan yang sangat positif yang diprakarsai LDII. Lebih lanjut Nurrotib yang juga sekretaris MUI Kabupaten Tegal berpesan agar para dai dan daiyah menyampaikan Islam yang santun, Islam yang damai, yang toleran, yang menyaudara, tidak saling mengolok dan mencaci. Sebagai pelaku dakwah, para Dai dan Daiyah harus meniru perilaku dan sifat-sifat Rosululloh yakni : jujur, sidik, tabligh, amanah, dan fathonah. Mengajarkan kebenaran jangan dengan kekerasan.
Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan para dai dan daiyah, yakni: 1) materi yang disampaikan merupakan kebenaran, jangan sampai dibelok-belokkan; 2) orang yang menyampaikan harus menjadi panutan karena merupakan public figure; 3) dirinya harus menjadi sumber moralitas, bisa dicontoh istrinya, anak-anaknya, dan masyarakat luas. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan tenda besar akan selalu memayungi semua umat, yang di dalamnya ada Nahdhotul Ulama, Muhammadiyah, LDII, Al Irsyad, dan lain-lainnya.
Terkait dengan kegiatan dakwah, Ketua DPD LDII Kabupaten Tegal, Drs. H. Walidi, MM dalam sambutannya menegaskan bahwa LDII menolak dakwah yang radikal. Dakwah yang mengedepankan kekerasan tidak selaras dengan Islam itu sendiri. Dakwah yang dikembangkan LDII adalah dakwah yang menyejukkan, dakwah persuasif yang menyadarkan umat untuk beribadah secara ikhlas sesuai tuntunan.
Lebih lanjut Walidi menjelaskan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, LDII turut mendukung tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI sudah final, harga mati, tidak perlu diutak-utik lagi. Sebagai wujud partisipasi bela negara, LDII Kabupaten Tegal mengirimkan utusan untuk mengikuti Diklat Kader Bela Negara yang diselenggarakan DPW LDII Provinsi Jawa Tengah dan DIY bekerja sama dengan Kodam IV Diponegoro bertempat di Rindam IV Magelang pada 19-21 Maret 2016.