Jakarta (25/10). Indonesia segera menghadapi pasar bebas ASEAN atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA membuat persaingan tenaga kerja, barang, dan jasa kian sulit bagi bangsa Indonesia, meskipun dengan dalih meningkatkan daya saing dan meningkatkan kesejahteraan regional Asia Tenggara.
Menyadari fakta tersebut, Media Teaching of Islam (MTI) yang merupakan wadah pembinaan generasi penerus (generus) LDII dalam dakwah dengan bahasa asing, menggelar One Day Challenge. Kegiatan ini dilaksanakan di masjid Baitul Zaki Mustofa, Bintaro, Jakarta Selatan dengan mengundang peserta dari generus LDII Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, serta wilayah lainnya.
“One Day Challenge merupakan salah satu kegiatan rutin yang diadakan oleh MTI, dan pada tahun ini merupakan kegiatan yang kedua,” ujar Ketua Panitia David Fernando. Jika pada tahun pertama peserta hanya 20 orang dari Generus LDII Jakarta Selatan, pada tahun kedua pesertanya mencapai 80 orang.
Kegiatan One Day Challenge ini bertujuan untuk melatih kepercayaan diri generus LDII dalam berbahasa asing. Terutama bahasa Inggris dan berbagai bahasa asing lainnya yang kerap digunakan untuk percakapan internasional. Tuntutan terhadap penguasaan bahasa asing memang menjadi faktor utama di samping profesionalitas SDM. Pasalnya, ini adalah tuntutan dari adanya pasar bebas dunia dan ASEAN.
Sebagai Generus LDII, kehadiran MEA adalah tantangan sekaligus ladang mencari pahala. Bebasnya arus barang, jasa, dan keahlian artinya akan terjadi mobilisasi tenaga kerja dari negara asal ke negara tujuan. Ini akan menjadi ladang dakwah bagi generus LDII untuk amar maruf bil hal. Untuk itu, Scott atau yang akrab disapa dengan “Mr. Scott” yang menjadi pembicara mengatakan bahwa untuk jago berbahasa Inggris harus dimulai dari memperbaiki cara pandang atau perspektif.
“Kalian harus ubah cara pandang kalian dalam belajar bahasa Inggris. Semuanya tidak ada yang mustahil di dunia ini termasuk bahasa Inggris, setiap masalah pasti ada jalan keluar. Selanjutnya adalah keberanian. Berbicara itu menyenangkan, apalagi menyampaikan ide-ide kalian agar orang lain mengerti. Untuk itulah keberanian diperlukan, jika sudah memiliki keberanian, maka akan ada jalan keluar untuk berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris,” ujar Scott.
Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi 10 kelompok dan setiap kelompok berdiskusi untuk selanjutnya mempresentasikan hasil diskusi mereka. Tema diskusinya cukup menarik. Peserta mendiskusikan kota-kota di Jamaika, Jepang, dan Austria. Dalam diskusi tersebut detiap kelompok harus menjelaskan beberapa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki kota. Di akhir diskusi peserta diminta untuk memilih kota mana yang paling ingin dkunjungi dengan alasan yang kuat dan logis.
“Kegiatan ini cukup menarik. Kami dipaksa dan wajib berbahasa inggris meskipun sedikit belepotan. Kami tidak belajar teori di sini dan hampir keseluruhan praktek. Apalagi dikemas dengan kegiatan yang menyenangkan. Yang terpenting menurut saya, kami harus memiliki keberanian untuk menyampaikan ide dan masalah komunikasi dengan bahasa Inggris, tata bahasa bisa diperbaiki dengan perlahan” ujar Rosdiq.
Di akhir acara, peserta, panitia, dan narasumber berkumpul bersama untuk melakukan pembagian hadiah kepada peserta yang menjadi pemenang lomba diskusi. Setiap peserta mendapat bingkisan yang diberikan oleh panita dan Mr. Scott, dan sang juara mendapat bingkisan yang paling besar. (Khoir/LINES)