Purwakarta – Kewirausahaan merupakan hal yang bukan asing bagi kita semua. Sekarang, hal itu sudah menjadi sebuah tren yang menjamur di masyarakat Indonesia, dari kalangan rakyat hingga kalangan pejabat. Hal yang dikenal dengan entrepreneurship ini memiliki kelebihan dari pekerjaan lain. Untuk itu, Pondok Pesantren di Purwakarta ini wujudkan dengan membuat Pondok Pesantren bernuansa Entrepreneur.
Pesantren Entrepreneur bertekad melanjutkan perjuangan mencetak penghafal Alquran (hafiz) yang memiliki jiwa mandiri. Hal itu menjadi refleksi dalam perayaan Israj Miraj 17 Rajab 1439 H sekaligus peresmian Pondok Pesantren Entrepreneur Kyai Demak, di Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (14/4).
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat LDII, Teddy Suratmadji, Ketua Departemen Litbang, IPTEK, Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Muhammad Ied, Ketua Yayasan Pendidikan Entreprener Kiyai Demak, Muhammad Sabiq, dan Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Al-Mufid, Ahmad Syafi’i Mufid.
Paradigma entrepreneurship memang merupakan paradigma yang terbaik karena melibatkan kemampuan maksimal dalam hal kepemimpinan, fasilitator sekaligus generator bagi seluruh sumber daya yang ada. “Moto sekaligus misi Pesantren Entrepreneur, yakni menggapai kesuksesan dunia akhirat,” ujar Ahmad Syafi’i Mufid. Ia mengatakan, saat ini ada tantangan untuk mewujudkan keseimbangan intelektual dan spiritual. “Banyak orang agamanya bagus tapi tidak mampu bersaing di dunia, begitu juga sebaliknya,” katanya.
Hal inilah yang melatarbelakangi Pondok Pesantren Entrepreneur ini, banyak orang menginginkan dirinya untuk menjadi seorang entrepreneur. “Perlu dipahami, bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur tidaklah mudah. Perlu adanya usaha dan modal yang besar tentunya. Semua itu akan menjadi sebuah kelebihan dari entrepreneurship jika didukung dengan kemampuan jiwa dari dalam diri kita sendiri,” ungkap Pimpinan Pondok Pesantren Entrepreneur.
“Kedua hal itulah yang akan menunjang seseorang menjadi entrepreneur handal, karena ketika suatu usaha didukung dengan bakat, orang yang berkecimpung dalam hal itu cenderung tidak akan bosan karena dia menikmatinya sebagai bakat yang ia kuasai,” tambah Mufid.
Sejalan dengan semangat Pesantren Entrepreneur, Ketua DPP LDII pun mendorong lahirnya pesantren kreatif, yakni pesantren yang mampu mencetak santri yang kompeten di beberapa bidang dalam keduniaan maupun keagamaan.
Menurutnya, sudah saatnya umat Islam tidak fokus dengan dunia politik dan bisnis. Ia menilai, umat Islam kini tertinggal di bidang politik. Akhirnya, perpolitikan negeri ini justru diisi orang yang kurang memerhatikan kepentingan Muslim. Hal yang sama juga terjadi di dunia bisnis.
Ia menekankan, Muslim semestinya berdaya secara ekonomi, bahkan membuka lapangan kerja. Dalam konteks Pesantren Entrepreneur ini sangat relevan untuk menjawab tantangan masa depan. “Untuk mendapat akhirat yang khasanah, dunia juga harus khasanah.”
Apresiasi juga disampaikan Ketua DPP LDII, Teddy. Ia mengaku kagum dengan konsep yang diusung Pesantren Entrepreneur. Ia menilai, investasi dalam dunia pertanian, perkebunan maupun peternakan sekaligus membiayai penghafal Alquran adalah terobosan yang berdampak positif. “Bagi saya, ini ide genius, konsep tersebut mampu menghidupi operasional pesantren sekaligus merawat alam,” ujar Teddy seusai acara penutupan doa Pesantren Entrepreneur. (LINES/Wicak)