Penghujung Oktober, halaqoh tahfidzul quran digelar untuk keempat kalinya pada Minggu, (30/10). Hajat besar para tahfid-tahfid qur’an dari berbagai daerah sekitar dan luar Jabodetabek kali ini diikuti sekitar 2.500 peserta.
Bertempat di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, para peserta halaqoh diberi pembekalan materi yang berkaitan dengan tahfidzul quran, sebagaimana materi yang disampaikan di Jakarta Islamic Center (JIC). Bedanya, perhelatan di JIC mengundang langsung para ulama-ulama dari Mekah. Para ulama besar itu menekankan, betapa pentingnya menghafal Alquran, bahkan tidak hanya siswa tahfid, namun juga guru pendamping dan orang tua.
Menurut Dewan Penasehat LDII KH. Edi Suparto, orang tua atau pendamping, diharapkan juga menghafalkan Al Qur’an. “Menghafalkan, memahami, dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari pasti tri sukses generasi penerus akan terwujud,” ujar Edi. Tri Sukses Generasi Penerus yang dimaksud yakni target program pembinaan anak didik yakni faqih dalam agama, berakhlaqul karimah, dan mandiri.
Selain itu, menghafal quran juga memiliki banyak faktor positif utama, serta menjaga keimanan agar lebih kuat, karena senantiasa mengingat pada Allah. “Yang terpenting, dalam menghafal qur’an perlu kesungguhan niat,” kata Abdul Aziz Ridwan, guru besar tahfidzul quran. Niat dalam menghafal qur’an, yakni mau meluangkan waktu sehari-hari untuk membaca bahkan menghafalkannya.
Aziz Ridwan menuturkan, program tahfidzul quran ini sebenarnya adalah cara bagaimana setiap orang mau memberikan waktu terbaik untuk membaca Alquran, sebagaimana dicontohkan sahabat nabi, Ubay bin Ka’ab. Waktu terbaik yang dikatakan beliau yaitu pada saat sahur, waktu subuh, dan saat menjelang tidur. “Karena itulah, supaya menyisakan waktu membaca Alquran,” katanya.
“Bahkan dalam hadist dikatakan, hitungan derajat surga itu tergantung dari jumlah ayat Alquran yang dibaca, satu ayat sama dengan satu derajat.” Aziz Ridwan juga mengutip syair Syaikh Al Baidhoniyy mengenai ahli Alquran, “Bacalah Alquran di setiap waktu tanpa ada batasan waktu, dan jika engkau mempunyai waktu untuk beraktivitas, maka jadikan Alquran sebagai kesibukanmu.”
Abdullah Mas’ud, salah satu guru besar tahfidzul quran juga mengatakan ahli Alquran haruslah istimewa. Mereka keluar dari kebiasaan umumnya orang-orang yang menggemari kegiatan yang terkadang tidak bermanfaat atau membuang waktu. Beliau mengutip ucapan sahabat nabi yang bernama Fudhail bin Iyadh, “Pembawa Alquran adalah pembawa panji-panji Islam, tidak selayaknya bersenda gurau bersama orang-orang yang bersenda gurau. Sesungguhnya Alquran diturunkan untuk diamalkan, maka manusia menjadikannya amalan.”
Pentingnya kedudukan Alquran dalam hajat hidup orang banyak, digambarkan dengan orang-orang terdahulu yang memaknai dan memahami bahwa Alquran adalah ‘surat’ dari Allah untuk orang tersebut. Sehingga intensitas pemahaman dan penghafal Alquran pada zaman itu, sangat tinggi.
Karena itu, dari pertemuan halaqoh ini diharapkan menjadi ajang berbagi ilmu, silaturrahim, serta meningkatkan rasa persaudaraan antar halaqoh. Sehingga nantinya, halaqoh tahfidzul qur’an dapat berkembang dalam cakupan yang semakin luas. (Noni, Puteri/LINES)