Jakarta (07/10) – Terlepas dari berbagai pro dan kontra penanganan pandemi Covid-19 yang berkembang di masyarakat, Ketua DPP LDII dan Wakil Sekretaris Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) Pusat Dr H Ardito Bhinadi SE MSi. menghimbau untuk mengambil sikap sabar dan tawakal serta senantiasa berdoa kepada Allah agar pandemi ini segera diangkat oleh Allah.
“Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki tanggung jawab sosial untuk saling membantu. Ada yang kena PHK, bisnis yang dijalankan macet, ada yang dirumahkan. Maka masyarakat yang mampu dapat membantu masyarakat yang terdampak secara ekonomi,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Yogyakarta ini.
Masyarakat juga perlu saling mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan pada masa pandemi seperti ini. “Agar bisa menjaga diri dan menyadari bahwa menjaga protokol kesehatan selain bermanfaat bagi diri sendiri juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” katanya saat menjadi pembicara diskusi live Instagram DPP LDII dengan tema “Menyikapi Pandemi dari Sisi Sosial Ekonomi,” bersama host Fachrizal Wicaksono.
Kontribusi LDII
LDII sebagai salah satu ormas Islam di Indonesia turut berkontribusi aktif dalam penanganan pandemi Covid-19. “Sejak awal pandemi diumumkan pemerintah, kita telah membuat kegiatan sosial dan ekonomi. Seperti produksi masker, hand sanitizer, dan memberikan bantuan sembako bagi masyarakat yang terdampak ekonomi,” ungkapnya.
Selain itu, LDII juga melaksanakan literasi ekonomi. “Kita menggelar web-series kewirausahaan. Memberikan informasi bisnis yang potensial dari keterbatasan mobilitas yang dihadapi masyarakat, Seperti digital marketing dan pembiayaan syariah sebagai modal bisnis,” lanjutnya.
Terkait dengan resesi yang terjadi, Ardito mengungkapkan bahwa resesi terjadi akibat pertumbuhan ekonomi yang minus. Salah satunya diakibatkan kapasitas produksi yang turun akibat keterbatasan mobilitas di masa pandemi.
“Kita perlu mengetahui faktor penyebab resesi, dimana penyebab resesi kali ini adalah akibat krisis kesehatan. Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya keterbatasan mobilitas penduduk. Hal tersebut menyebabkan perusahaan melakukan pengurangan pegawai, pengurangan jam kerja. Bisnis yang dahulu ramai menjadi tempat tongkrongan sekarang sepi. Ini adalah faktor yang menyebabkan penurunan kapasitas produksi, baik barang maupun jasa,” jelasnya.
Namun kita juga harus percaya bahwa ditengah berbagai permasalahan yang terjadi akibat pandemi, insya Allah selalu ada solusinya. “Dalam masa pandemi seperti ini setidaknya ada tiga lapangan usaha yang tetap mampu berkembang, pertama adalah lapangan usaha pertanian. Misalnya usaha agribisnis, ternak lele, menanam sayuran, dan berkebun buah,” ungkapnya.
Kedua adalah bisnis dibidang teknologi dan informasi, seperti penjualan pulsa dan paket internet. “Ketiga adalah usaha dibidang alat Kesehatan dan pendukung kesehatan seperti desinfektan, minyak eucalyptus, jamu dan empon-empon,” rinci Ardito.
Termasuk juga bisnis yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang melaksanakan WFH. “Termasuk fashion, dulu ke kantor pakai jas atau batik. Sekarang dengan webinar, mereka memerlukan pakaian yang cocok digunakan di rumah. Kemudian ada juga aksesoris laptop dan kamera,” katanya.
Dana Darurat
Ada terminologi, bahwa saving merupakan sisa dari pendapatan setelah dikonsumsi. Ini keliru, semestinya konsumsi adalah sisa pendapatan setelah saving. Menurut Ardito, terminologi tersebut harus dipahami dengan benar agar masyarakat dapat memiliki dana darurat.
“Pendapatan kita sisihkan dahulu untuk tabungan dan keperluan sosial, baru sisanya kita konsumsi. Dengan pola diatas, kita akan memiliki cadangan aset, yang apabila sewaktu-waktu terjadi shock (seperti pandemi Covid-19), kita masih memiliki aset cadangan untuk menutupi kekurangan tersebut,” imbaunya.
Berbicara investasi, ada jangka panjang dan ada juga jangka pendek. “Orang banyak tidak punya dana darurat karena pola keuanganya tidak tepat. Mari menabung di lembaga keuangan syariah. Adapun jika kita menabung di pasar modal dan saham syariah, kita perlu ingat bahwa investasi tersebut bersifat investasi jangka panjang. Jangan juga, dananya pas-pasan tetapi investasi di pasar modal dan saham,” jelasnya.
Kepemimpinan
Ardito mengatakan bahwa penanganan pandemi dapat mencontoh bagaimana Umar bin Khattab menangani wabah. “Ada empat hal yang dilakukan Umar bin Khattab dalam menangani wabah,” ujarnya. Pertama, Khalifah Umar bin Khattab membentuk tim khusus, yang mendata korban yang terdampak langsung atau terinfeksi dan mendata korban tak langsung, yakni mereka yang terimbas secara ekonomi, “Data-data itu dilaporkan setiap hari.”
Kedua, Umar bin Khattab memutus hubungan desa atau wilayah yang kena wabah dengan wilayah lain atau lockdown. Ketiga, ia membangun pusat-pusat karantina, dengan mengisolasi warga di pegunungan yang hawanya relatif bersih dan jauh dari permukiman warga, “Keempat, wilayah-wilayah yang tak terkena wabah diminta untuk mendistribusikan bantuan, “Prinsipnya, Khalifah meminta suatu wilayah yang sumberdayanya surplus dialihkan ke wilayah lain yang kena musibah,” ujarnya.
Kelima, dalam jangka pendek, Umar bin Khattab membangun ketahanan pangan dengan membuka jalur-jalur distribusi pangan. Kerja sama perdagangan pangan juga dilakukan dengan negara-negara di luar Hijaz. Sementara untuk jangka menengah, Umar bin Khattab menghidupkan lahan-lahan tidur dengan membangun pertanian, dengan menanaminya kembali. Catatan khusus, Umar dan para pembantunya sangat cakap dalam membangun irigasi (FF/Lines).
Alhamdulillah, smoga Alloh paring kesehatan, keselamatan, kewarasan, kelancaran dan kebarokahan.. Amiin