Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menggelar acara Silaturahmi Kebangsaan untuk warga LDII Bekasi. Kegiatan ini sejalan dengan rangkaian Sosialisasi Empat Pilar MPR yang dicanangkan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan sejak 2015 silam.
Dialog ini dihelat di Masjid Baitul Aziz, Teluk Pucung, Bekasi Utara (22/2). Hampir 500 warga LDII Bekasi dan warga sekitar memadati Masjid Baitul Aziz. Dalam dialog tersebut hadir sebagai narasumber Anggota Komisi Tiga DPR RI Risa Mariska dan Staf Ahli Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Bob Randilawe.
Sebelum memasuki masjid, Riska Mariska yang hadir terlebih dahulu disambut oleh warga LDII bekasi dengan pertunjukan Persinas ASAD. Diawali dengan seni regu tepak tilu dan pertunjukan senjata, ia terkesima dengan seni beladiri warga LDII.
Bersama Rombongan, Riska Mariska dan Bob Randilawe disambut warga LDII yang sudah menunggu di dalam masjid. Sebelum Riska Mariska memaparkan materi, Ketua PAC LDII Teluk Pucung Afif Fauzi memberikan sambutan dan pembukaan.
“Sebagai warga LDII kita mencoba berdiskusi bagaimana Pancasila sebagai ideologi. Paham pancasila seperti islam, ada kerukunan dan kebersamaan. Maka warga LDII sejak generus hingga dewasa sudah ditanamkan pemahaman Pancasila. Namun, saat ini pemahaman pancasila sulit ditemui diruang publik,” ujarnya.
Menjawab keheranan Afif Fauzi, Bob Randilawe menjelaskan temuan yang didapatkan bersama UKP PIP. Lembaga yang berdiri sejak tahun 2016 ini menemukan fakta bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi mempunyai alat perekat yang menyatukan kejiwaan antar golongan, suku, dan agama.
“Banyak temuan yang didapatkan salah satunya ada tetangga yang tidak tegur sapa karena Pilkada. Bahkan adanya serangan neokolonialisma dan liberalisme yang secara tak langsung mempengaruhi kita lewat android. Dalam majelis ini saya berharap Pancasila bisa jadi titik temu dan tujuan dalan kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Pada kesempatan selanjutnya, Riska Mariska memaparkan Pancasila sebagai salah satu bagian dari Empat Pilar MPR RI. Ideologi bangsa Indonesia ini tidak terlepas dari pemikiran Presiden RI yang pertama, Soekarno. Menurutnya, selama ini tidak banyak yang memahami bahwa pemikiran awal Bung Karno dibentuk oleh pemikiran Islam.
“Momentum itu diperoleh beliau ketika ayahandanya, Raden Sukemi Sosrodiharjo menitipkan Sukarno remaja kepada Haji Oemar Sahid Tjokroaminoto, seorang tokoh Islam besar pada masa itu dan pendiri organisasi Sarikat Islam,” ia menjelaskan.
Pemikiran keislaman Bung Karno kemudian dipadukan dengan konstruksi pemikiran nasionalisme dan sosialisme dari berbagai tokoh dunia. Semangat pemikiran Islam, Nasionalisme, dan sosialisme itu akhirnya dikristalkan dengan kondisi, nilai-nilai dan natur kulturnya bangsa Indonesia.
Hasil penggalian nilai-nilai yang dilakukan Sukarno dikonseptualisasikan dan dipersembahkan sebagai mutiara terpendam kepada bangsa Indonesia. Mutirara terpendam itu kemudian dipidatokan pada saat sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945 dengan agenda membahas dasar negara Indonesia. Maka Bung Karno pun memberu limadasar falsafah Indonesia merdeka dengan Pancasila.
“Kita sepakat menjadikan pancasila sebagai way of life, bukan hanya dasar negara tapi jalan hidup. Pancasila berusaha menyediakan cara kita bermasyarakat dan berbangsa,” ujar Risa Mariska menutup penjelasannya.