Jakarta (5/1). DPP LDII kedatangan tamu dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Lhoksumawe. Kedatangan mereka bertujuan untuk silaturahim dan melakukan tabayun, dengan mengunjungi DPW LDII Jawa Timur, Pondok Pesntren Wali Barokah, Kediri, dan bertemu dengan DPD LDII Kabupaten Jombang.
Usai melawat ke berbagai tempat di Jawa Timur, rombongan MPU Lhoksumawe yang dipimpin KH Abu Bakar Ismail atau yang biasa disapa Abati, bermalam di Wisma Besar DPP LDII atau kantor DPP LDII di Patal Senayan, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan itu, MPU Lhoksumawe dan pengurus DPP melakukan diskusi, seputar kegiatan LDII sembari menerima berbagai masukan. DPP LDII diwakili oleh Ketua DPP Ashar Budiman, KH Aceng Karimullah, Muhammad Ied, Rioberto Sidauruk, dan Ludhy Cahyana.
Dalam pertemuan ini, Rioberto Sidauruk, dari Departemen Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan memaparkan berbagai aspek legal LDII dan berbagai kegiatan yang LDII lakukan bersama dengan ormas Islam lain.
“Warga LDII ratusan orang yang menjadi pengurus MUI, dan kami bersama dengan ormas Islam lain seperti PBNU dan Muhammadiyah, banyak melakukan pelatihan dakwah dan menangkal radikalisasi,” ujar Rioberto.
Menurut Abu Bakar Ismail, ia mengakui bahwa Aceh memiliki masyarakat yang fanatik terhadap para ulama. Hal ini memiliki sisi positif, namun kadangkala menciptakan kebuntuan dalam ukhuwah islamiyah. Misalnya, seorang ulama atau tengku tak menyukai ormas lain, maka masyarakat dapat dipastikan menolak ormas tersebut.
Dari perjalanan mereka di Pesantren Wali Barokah, KH Abu Bakar Ismail menyatakan LDII sesuai dengan jalan dan pemikiran Ahlul Sunnah wal Jamaah. “Meski ada sisi-sisi yang berbeda, tapi menurut ilmu kami perbedaan yang ada pada LDII bukanlah perbedaan yang harus dipermasalahkan. Yang terpenting adalah akidah, asalkan ahlul Sunnah wal Jamaah bukan menjadi masalah,“ ia berpendapat. (Khoir, Arif/LINES)