Semarang (24/10). Jelang Muswil ke-7, DPW LDII Jawa Tengah Helat diskusi terpumpun atau FGD soal kebencanaan. FGD ini merupakan bagian dari perhelatan muswil yang akan diadakan tanggal 25-26 Januari 2020 mendatang di Hotel Patra Jasa Semarang.
Secara geografis, Indonesia rawan bencana. Bahkan negara yang terletak di garis khatulistiwa ini sepuluh kali lebih rawan resiko bencana gempa dibandingkan Amerika. Hal ini disampaikan oleh salah satu narasumber, Iis Widya Harmoko Kasi Data informasi BMKG Jawa Tengah.
“Kalau di Semarang, potensi bencananya disebut bencana Hidrometeorologi, yaitu hujan, gelombang tinggi, longsor, sambaran petir dan gempa tektonik.Jawa tengah sendiri memiliki potensi curah hujan 5.000 mm pertahun,” ujarnya.
Untuk itu, pemerintah wajib melibatkan ormas terkait penanganan bencana. Hal ini dinyatakan oleh Harun Abdul Khafizh staf ahli Anggota komisi 8 DPR RI Endang Maria Astuti. Menurutnya, banyak ormas memiliki infrastruktur memadai hingga tingkat desa. Ini bisa memberi kontribusi dalam penanggulangan bencana.
Terlebih, personalia pengurus ormas merupakan warga sekitar yang dekat dengan masyarakat. Ormas bisa melakukan pendidikan kebencanaan dengan infrastrukturnya. Ormas juga harus berkontribusi dalam upaya penanggulangan bencana dalam rangka mengembalikan nilai gotong royong.
“Kita sudah mulai kehilangan nilai gotong royong. Saya harap nilai itu bisa kembali. Apalagi soal mengembangkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial. Saya lihat LDII banyak membantu pemerintah. Ormas sangat cocok berpartisipasi dalam penanggulangan bencana karena sifat sosial dan mandirinya,” ujarnya.
Maka ormas harus bisa membangun kesadaran masyarakat atas kerawanbencanaan di Indonesia beserta kesiapsiagaannya. Bersama sama stakeholder lain, ormas bisa menyelenggarakan kegiatan tanggap darurat dan melakukan advokasi kebijakan yang berpotensi menimbulkan bencana.